26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Medan Banjir, Solusinya Normalisasi Sungai dan Drainase

Foto: Pran/Sumut Pos Escavator menumbangkan tembok yang dibangun warga di pinggir Sungai Bederah, dan mengeruk sungai sebagai upaya normalisasi aliran sungai, Selasa (20/9/2016).
Foto: Pran/Sumut Pos
Escavator menumbangkan tembok yang dibangun warga di pinggir Sungai Bederah, dan mengeruk sungai sebagai upaya normalisasi aliran sungai, Selasa (20/9/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Persoalan banjir di Kota Medan tidak lepas dari kualitas drainase dan sungai. Intensitas hujan tinggi dan sering membuat resapan air melambat, dan adanya perubahan siklus alam yang mengakibatkan banjir rob meluas ke Medan Marelan dan Medan Labuhan.

Permasalahan banjir pun diurai melalui Diskusi Kamisan Sumut Pos, Kamis (6/10) di Gedung Graha Pena Jalan Sisingamangaraja Km 8,5, Medan Amplas. Dalam diskusi yang dihadiri Wakil Wali Kota Medan Ir Akhyar Nasution MSi, Ketua Komisi D DPRD Medan Sabar Syamsurya Sitepu dan Anggota Komisi D Goldfried E Lubis, Pj Wali Kota Medan 2008-2009 yang juga anggota Dewan Kota Afiffudin Lubis, Anggota Dewan Kota DR Ir Budi D Sinulingga MSi, Pengamat Tata Kota & Tata Wilayah DR Ir Dwi Lindarto Hadinugroho MT, Pengamat Anggaran Elfenda Ananda, Kepala Seksi Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II Junjungan Saragi dan Kepala Seksi Perencanaan BWSS II Herbet Sihite, Komunitas Go River, Sekretaris LAPK Padian Ade S, mewakili netizen di Medan Deddy Ardiansyah, mewakili masyarakat Ahmad Parlindungan Batubara dan mewakili Dinas Bina Marga Kota Medan.

Diskusi yang berlangsung serius, masing-masing peserta diberikan pendapat untuk mengurai banjir. Mulai dari pemaparan dari Wakil Wali Kota Medan hingga perwakilan masyarakat.

Akhyar memaparkan, seksi per seksi kawasan di Kota Medan sedang dikerjakan penggalian drainase, baik dilakukan Pemko Medan maupun Pemprovsu serta Balai Jalan Nasional. Pengerjaan yang sampai saat ini sebagai bagian untuk mengurai banjir di Gerbang tol Mabar, Medan Deli dan Kawasan Industri Medan (KIM).

Dia menyebutkan, persoalan banjir memang ada perluasan pada tahun 2016, di mana kawasan Medan Marelan menjadi tambahan yang terdampak banjir rob, selanjutnya KIM menjadi banjir pada saat hujan deras karena saat ini KIM menjadi cekungan. Guna gerbang tol Mabar dan Martubung serta sekitarnya termasuk KIM, maka Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga melakukan pengorekan Sungai Pasangan dan pelebarannya menjadi 6 meter. Sungai tersebut akan bermuara ke Seruwai, dan akan dibagikan ke kanal. Setelah dilakukan pengukuran, levelnya hanya 1 meter.

“Inilah yang menyulitkan bila kendalanya ada pada tupologi, saat ini konsultan yang dibiayai KIM sedang bekerja untuk menyiasati kendala tupologi ini,” katanya.

Pindah ke Jalan Letda Sujono, dekat gerbang tol. Diperkirakan ada tujuh instansi yang harus menyelesaikan persoalan di wilayah tersebut. Mulai Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga, Pemprovsu melalui Tata Ruang dan Pemukiman, Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Jabatan Perkereta Apian di bawah Kementerian Perhubungan, PT KAI, PT Jasa Marga, dan Balai Besar Jalan Nasional.

Akhyar menyebutkan, di sisi utara mulai Aksara Plaza hingga Gerbang Tol Tanjung Selamat, normalisasi drainase dilakukan Balai Besar Jalan Nasional, dan dari gerbang tol tersebut hingga Titi Sewa, normalisasi drainase dikerjakan Pemko Medan, selanjutnya dari RS Martondi ke Gerbang Tol H Anif serta ke Bagya City dikerjakan Tarukim Sumut.

Sementara itu, pada sisi Selatan, Jawatan Perkeretaapian sedang membangun double track, sesuai kebutuhannya 60×80 cm, karena kebutuhannya drainse harus dilebarkan maka Pemko Medan meminta agar dijadikan 2,5 meter x 2,5 meter. “Saat ini, Pemko Medan sedang menunggu keputusan dari Direktorat Jenderal Perkeretapian. Pemko Medan meminta itu tujuannya agar air di Jalan Bersama bisa ditarik ke Jalan Mandala dan diarahkan ke Sei Percut,” katanya.

Selanjutnya, mengenai kawasan di Medan bagian Selatan seperti di Medan Amplas. Di kawasan ini ada sejumlah sungai, kesemuanya ada pada regulasi Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II. Seperti diketahui bersama, sungai-sungai yang ada perlu dilakukan normalisasi, karena kondisinya yang sudah overload.

“Ketika ini dibicarakan dengan BWSS II, jawabannya kementerian sedang fokus untuk pengairan irigasi untuk ketahanan pangan, sehingga apa yang dikerjakan saat ini untuk normalisasi sungai belum dilakukan. Kendala ini juga yang membuat Pemko Medan masih mencari solusi-solusi, seperti nantinya akan membuat sodetan dari Sungai Sikambing ke Sungai Belawan, ini bagian untuk overflow,” paparnya.

Foto: Pran/Sumut Pos Escavator menumbangkan tembok yang dibangun warga di pinggir Sungai Bederah, dan mengeruk sungai sebagai upaya normalisasi aliran sungai, Selasa (20/9/2016).
Foto: Pran/Sumut Pos
Escavator menumbangkan tembok yang dibangun warga di pinggir Sungai Bederah, dan mengeruk sungai sebagai upaya normalisasi aliran sungai, Selasa (20/9/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Persoalan banjir di Kota Medan tidak lepas dari kualitas drainase dan sungai. Intensitas hujan tinggi dan sering membuat resapan air melambat, dan adanya perubahan siklus alam yang mengakibatkan banjir rob meluas ke Medan Marelan dan Medan Labuhan.

Permasalahan banjir pun diurai melalui Diskusi Kamisan Sumut Pos, Kamis (6/10) di Gedung Graha Pena Jalan Sisingamangaraja Km 8,5, Medan Amplas. Dalam diskusi yang dihadiri Wakil Wali Kota Medan Ir Akhyar Nasution MSi, Ketua Komisi D DPRD Medan Sabar Syamsurya Sitepu dan Anggota Komisi D Goldfried E Lubis, Pj Wali Kota Medan 2008-2009 yang juga anggota Dewan Kota Afiffudin Lubis, Anggota Dewan Kota DR Ir Budi D Sinulingga MSi, Pengamat Tata Kota & Tata Wilayah DR Ir Dwi Lindarto Hadinugroho MT, Pengamat Anggaran Elfenda Ananda, Kepala Seksi Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II Junjungan Saragi dan Kepala Seksi Perencanaan BWSS II Herbet Sihite, Komunitas Go River, Sekretaris LAPK Padian Ade S, mewakili netizen di Medan Deddy Ardiansyah, mewakili masyarakat Ahmad Parlindungan Batubara dan mewakili Dinas Bina Marga Kota Medan.

Diskusi yang berlangsung serius, masing-masing peserta diberikan pendapat untuk mengurai banjir. Mulai dari pemaparan dari Wakil Wali Kota Medan hingga perwakilan masyarakat.

Akhyar memaparkan, seksi per seksi kawasan di Kota Medan sedang dikerjakan penggalian drainase, baik dilakukan Pemko Medan maupun Pemprovsu serta Balai Jalan Nasional. Pengerjaan yang sampai saat ini sebagai bagian untuk mengurai banjir di Gerbang tol Mabar, Medan Deli dan Kawasan Industri Medan (KIM).

Dia menyebutkan, persoalan banjir memang ada perluasan pada tahun 2016, di mana kawasan Medan Marelan menjadi tambahan yang terdampak banjir rob, selanjutnya KIM menjadi banjir pada saat hujan deras karena saat ini KIM menjadi cekungan. Guna gerbang tol Mabar dan Martubung serta sekitarnya termasuk KIM, maka Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga melakukan pengorekan Sungai Pasangan dan pelebarannya menjadi 6 meter. Sungai tersebut akan bermuara ke Seruwai, dan akan dibagikan ke kanal. Setelah dilakukan pengukuran, levelnya hanya 1 meter.

“Inilah yang menyulitkan bila kendalanya ada pada tupologi, saat ini konsultan yang dibiayai KIM sedang bekerja untuk menyiasati kendala tupologi ini,” katanya.

Pindah ke Jalan Letda Sujono, dekat gerbang tol. Diperkirakan ada tujuh instansi yang harus menyelesaikan persoalan di wilayah tersebut. Mulai Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga, Pemprovsu melalui Tata Ruang dan Pemukiman, Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Jabatan Perkereta Apian di bawah Kementerian Perhubungan, PT KAI, PT Jasa Marga, dan Balai Besar Jalan Nasional.

Akhyar menyebutkan, di sisi utara mulai Aksara Plaza hingga Gerbang Tol Tanjung Selamat, normalisasi drainase dilakukan Balai Besar Jalan Nasional, dan dari gerbang tol tersebut hingga Titi Sewa, normalisasi drainase dikerjakan Pemko Medan, selanjutnya dari RS Martondi ke Gerbang Tol H Anif serta ke Bagya City dikerjakan Tarukim Sumut.

Sementara itu, pada sisi Selatan, Jawatan Perkeretaapian sedang membangun double track, sesuai kebutuhannya 60×80 cm, karena kebutuhannya drainse harus dilebarkan maka Pemko Medan meminta agar dijadikan 2,5 meter x 2,5 meter. “Saat ini, Pemko Medan sedang menunggu keputusan dari Direktorat Jenderal Perkeretapian. Pemko Medan meminta itu tujuannya agar air di Jalan Bersama bisa ditarik ke Jalan Mandala dan diarahkan ke Sei Percut,” katanya.

Selanjutnya, mengenai kawasan di Medan bagian Selatan seperti di Medan Amplas. Di kawasan ini ada sejumlah sungai, kesemuanya ada pada regulasi Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II. Seperti diketahui bersama, sungai-sungai yang ada perlu dilakukan normalisasi, karena kondisinya yang sudah overload.

“Ketika ini dibicarakan dengan BWSS II, jawabannya kementerian sedang fokus untuk pengairan irigasi untuk ketahanan pangan, sehingga apa yang dikerjakan saat ini untuk normalisasi sungai belum dilakukan. Kendala ini juga yang membuat Pemko Medan masih mencari solusi-solusi, seperti nantinya akan membuat sodetan dari Sungai Sikambing ke Sungai Belawan, ini bagian untuk overflow,” paparnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/