Rahmad alias Amat (31), warga Dusun IV Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu tak mengira jika dirinya bakal selamat setelah sampan miliknya dihempas ombak setinggi 3 meter di perairan laut Pantai Labu, Sabtu (5/11) sekira pukul 06.30 WIB. Nelayan yang memiliki satu anak itu selamat dari maut setelah sempat terombang-ambing menahan ombak selama 3 jam.
Menurut cerita Rahmad kepada Sumut Pos di kediamannya, seperti hari biasanya, untuk memenuhi nafkah keluarga prias berusia 23 tahun itu berangkat ke laut dari rumah sekira pukul 06.00 WIB.
Tak mengetahui jika cuaca sedang ekstrim, Rahmad pun membawa sampannya menuju laut dengan harapan mendapat banyak ikan agar dapat dijual guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Namun belum sampai angannya terwujud, sampan Rahmat yang telah berada di tengah laut justru digulung ombak setinggi 3 meter. Akibatanya, sampannya terbalik dengan posisi menutupi Rahmad. “Aku berada di bawah sampan dan posisi sampan hanya ujung depan saja yang kelihatan,” sebutnya
Sadar maut telah menantinya, Rahmad tak tinggal diam. Dua menit kemudian, Rahmat pun berenang dan tetap berusaha untuk tetap mengapung di atas permukaan air.
Sambil memegang tali sampan, Rahmad terus berusaha berenang ke tepi laut. Tapi kuatnya hempasan ombak sempat membuatnya berulangkali tenggelam. Namun bayang wajah istri dan anaknya membuat semangat Rahmad terpacu untuk tetap bertahan hidup, untuk selanjutnya pulang ke rumah dalam keadaan selamat
Harapan untuk selamat sempat terbentang ketika sebuah kapal melintas di dekatnya. Namun lambaian tangan yang dilakukan Rahmad ternyata tak terlihat oleh pengemudi kapal tadi sehingga terus berlalu meninggalkan Rahmad.
Dengan kondisi yang kian lemah, Rahmat terus berupaya berenang ke tepian. Usaha dan kerja keras Rahmad untuk tetap bertahan hidup dan berkumpul dengan keluarga akhirnya membuahkan hasil setelah dirinya selama tiga jam terus berenang tanpa henti.
Hasilnya, Rahmad bisa sampai ke tepian di sekitar Pantai Putra Deli, Desa Denai Kuala, Kecamatan Pantai Labu. Setiba di pantai, Rahmad ditolong warga sekitar, Ijal, Apit dan Heri warga sekitar. “Tidak tahu lagi, sudah berapa banyak air laut yang kuminum. Tekadku saat itu adalah aku harus tetap hidup,” sebutnya
Menurutnya, selama menjadi nelayan, baru kali ini Rahmad mengalami hal seperti itu. Namun begitu, tak lantas membuat Rahmad takut dan kapok untuk kembali melaut. Baginya, melaut adalah hidupnya, karena hanya itu kemampuannya untuk bisa menghidupi keluarga.
“Kalau banyak dapat ikan, maka aku bisa berpenghasilan Rp100 ribu. Dari jumlah itu, pemilik sampan mendapatkan Rp10 ribu. Jadi, bagaimana un dana apa pun yang terjadi, aku akan tetap melaut. Kalau tak melaut, kami mau makan apa,” tuntasnya. (mag-2/ije)