BATAM, SUMUTPOS.CO – Tidak pernah terbayangkan dalam benak Muhammad Efendi bisa membawa pulang piala Al Ahmadi ke Riau. Keikutsertaannya dalam Al Ahmadi Award se-Sumatera 2015 itu hanya untuk mencari pengalaman. Sekaligus mencari mitra baru.
Ketika kemudian panitia mengumandangkan namanya sebagai pemenang bidang kuliner inovatif, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau ini malah bingung. “Saya tidak tahu, nama saya itu dipanggil kenapa?” katanya usai menerima penghargaan.
Pendi, begitu ia biasa disapa, akhirnya sadar telah memenangi kompetisi pemilihan wirausahawan terbaik se-Sumatera tahun ini. Ia merasa sangat luar biasa. Kompetisi ini saja sudah bisa memberinya motivasi untuk mengembangkan bisnis. Apalagi ia yang jadi pemenangnya.
“Juri-jurinya profesional. Mereka mau memberikan masukan-masukan bagi kami-kami yang baru memulai bisnis,” tuturnya.
Pendi merupakan seorang pebisnis pemula di bidang kuliner. Ia membuat kebab turki dengan brand Pandawa. Usaha ini dimulai sejak akhir tahun 2012. Waktu itu, ia masih berstatus sebagai mahasiswa semester VI. Hanya saja, ia sedang cuti.
“Saya tidak punya uang untuk membayar kuliah. Makanya saya ambil cuti satu tahun,” ujarnya.
Ia sebenarnya ingin bekerja saja. Ia sudah mengikuti pelatihan kerja selama tiga hari di suatu perusahaan. Namun, tak kunjung ia mendapat panggilan kerja.
Ia pun banting setir ke usaha kebab. Ia beranikan diri meminjam uang sebesar Rp 10 juta. Pada tanggal 15 Desember 2012, ia membuka outletnya yang pertama di Riau.
Di tahun pertama, ia fokus mengembangkan usaha untuk mengembalikan modal. Targetnya tercapai. Modal kembali dan ia pun berhasil kembali ke bangku kuliah. Di tahun itu juga, Pendi menetapkan target membuka sepuluh outlet dalam satu tahun.
“Target saya meleset. Ternyata dalam satu bulan, saya bisa membuka satu outlet,” katanya lagi.
Pemuda yang juga tergabung dalam Komunitas Wirausaha Muda Mandiri itu bisa memenuhi targetnya dalam kurun waktu sepuluh bulan. Hingga saat ini, ia telah memiliki sebelas outlet. Ia juga memiliki lima belas karyawan. Tahun depan, ia berniat menambah sepuluh outlet lagi.
Pendi menjadi satu dari empat mahasiswa start up business yang memenangi Al Ahmadi Award. Selain ia, ada Ridho Putra Pratama dari Universitas Jambi, Wendi Permana dari Universitas Andalas, Padang – Sumatera Barat, dan Legino Alex Sandra dari Universitas Negeri Medan – Sumatera Utara. Ridho mengembangkan bisnis toples hias dari kain flanel. Sementara Wendi mengembangkan usaha binatang peliharaan dengan brand W-Pet’s. Dan Legino muncul dengan usaha budidaya rumah jamur tiram-nya.
Sementara itu, di kategori usaha mikro, kecil, dan menengah, keluar nama Zulfayetri dari Sumatera Barat, serta Aditya, Sry Lestari, dan Muhammad Rudi yang sama-sama berasal dari Sumatera Utara sebagai pemenang. Zulfayetri memenangi bidang usaha kuliner dengan rendang yang ia namai Kokoci. Aditya membuat usaha industri dan jasa dengan brand DreamARCH. Sry Lestari berhasil mengolah salak menjadi produk-produk lain yang ia beri merek dagang Salacca. Dan Muhammad Rudi berhasil membawa songket yang ia beri nama Hilwa Songket sebagai juara di bidang talent inovatif.
Satu pemenang, Sry Lestari, bersedia berbagi cerita kebahagiaan. Wanita asal Tapanuli Selatan ini mengaku tak percaya bisa menang. Sebab, dari kelompok finalis agri inovatif, usahanya memiliki omzet yang paling rendah. Tapi ia yakin pada satu hal: inovasi.
“Di kampung saya, ada juga yang melakukan pengolahan salak semacam ini. Tapi yang bisa membuat salak menjadi kecap, agar-agar, bakso, dan kopi, ya hanya saya,” katanya usai menerima penghargaan.
Total, ada empat belas jenis produk yang bisa ia olah dari salak. Seperti, dodol, kripik, hingga kurma. Produk-produk itu dihasilkan baru dari daging dan biji saja. Di tahun yang akan datang, ia berniat mengolah hingga ke kulit salak. “Inspirasi saya datang dari keluarga saya,” katanya.