30 C
Medan
Thursday, October 10, 2024
spot_img

Suasana Mataraman Warnai Halal Bihalal Punggowo di Batam

Paguyuban Wargo Jowo (Punggowo) di Kepri seolah menemukan habitatnya dengan menghadirkan Bahasa Jawa Kromo Hinggil yang halus, tari gambyong yang lembut gemulai, dan gamelan khas Mataraman di Dataran Engku Putri, Batam Center, Minggu (27/8).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bahasa Jawa Kromo Hinggil yang halus, tari gambyong yang lembut gemulai, dan gamelan khas Mataraman mewarnai Dataran Engku Putri, Batam Center, Minggu (27/8). Paguyuban Wargo Jowo (Punggowo) di Kepri seolah menemukan habitatnya aslinya.

Para tamu, mengenakan busana Nusantara dengan blangkon, iket, beskap, dan keris yang sangat Jawa. Seolah sedang berada di Jogja atau Solo, meskipun acara Halal bi Halal itu digelar di Batam, Kepri.

Buat orang yang pernah mengalami masa kecil di Jawa Tengah, Kawa Timur, Jogja, acara “kumpul bareng” itu mirip bernostalgia. Lagu-lagu pop dangdut campursari yang biasa dipopulerkan Didi Kempot pun semakin mengingatkan memori mereka, yang sudah hidup merantau jauh dari kota aslinya.

Sukses, kegiatan itu memecahkan dua Rekor Muri – Museum Rekor Dunia Indonesia. Pertama, Rekor Muri acara Punggowo ini menjadi Halal Bi Halal dengan jumlah peserta terbanyak, sekitar 140 ribu pasang mata. Tahun lalu masih di 137.000 orang.

Kedua, rekor Muri buat pagelaran kesenian dalam jumlah terbanyak dalam satu kegiatan. Rekor itu disahkan oleh Perwakilan Rekor Muri Indonesia, Andre Purwandono.

“Kalau pagelaran seni, tahun 2017 ini memang mementaslan kesenian terbanyak dalam satu even,” ujar Andre.

“Halal Bihalal ini even tahunan, dan akan kami pertahankan sebagai tradisi Jawa untuk mempererat silaturahmi, gorong royong dan guyup rukun. Tahun ini tema kami Bhinneka Tunggal Ika,” kata DR.HM. Soerya Respationo, SH.MH, yang sering dipanggil Ki Lurah  Punggowo.

Tidak hanya Halal Bihalal, kegiatan yang rutin dilakukan sejak tahun 2004 silam ini juga diisi dengan pementasan dari 68 grup kesenian daerah dan bazar kuliner.

Berbagai kelompok kesenian tradisional akan menggelar pentas sejak Minggu pagi. Dan siangnya, akan ada kirab tamu undangan dan fashion carnival yang menghadirkan perwakilan dari berbagai kota seperti Jember, Solo, Kendal, Semarang, Jakarta, Bandung dan beberapa kota lainya.

Fashion Carnival ini akan menunjukkan karya seni fashion dengan tema Archipelagowear Carnival, Artwear Carnival serta Herowear Carnival. Juga tari tradisional Jawa untuk mengingatkan peserta akan kampung leluhurnya.

Fashion Carnival ini akan menunjukkan karya seni fashion dengan tema Archipelagowear Carnival, Artwear Carnival serta Herowear Carnival. Juga tari tradisional Jawa untuk mengingatkan peserta akan kampung  leluhurnya seperti Tari Gambyong, Topeng Ireng, Barongan, Tari Gedrug Buto dan tentunya Reog Ponorogo juga akan jadi pembeda.

Karena itu, ujar Soerya, setiap tahunnya akan dijadikan event pariwisata yang selalu ramai dihadiri wisatawan.

“Tahun lalu, dengan jumlah yang hadir 137 ribu orang dan dimeriahkan dengan Pagelaran seni budaya oleh 132 grup dari masing masing paguyuban berhasi menorehkan Rekor Dunia MURI. Tahun ini dipastikan lebih banyak, sekitar 150 ribu. Kita juga sudah sudah minta MURI untuk datang dan mencatat, semoga ada pemecahan rekor tahun ini,” lanjutnya.

Punggowo adalah wadah bagi lebih dari 100 paguyuban Jawa yang merupakan representasi asal daerah dan profesi di kalangan etnis Jawa dan Pujakesuma di Batam dan Kepulauan Riau. Pujakesuma sendiri adalah akronim  dari Putra Jawa Kelahiran Sumatera.

Meski sebagai bagian dari acara halal bihalal, tidak sedikit pula wisatawan yang akan hadir di acara ini. Termasuk para TKI dari Singapura dan Malaysia yang akan menyeberang ke Batam. Pemantiknya adalah, dalam acara ini juga dihadirkan ragam kesenian dan makanan khas dari kampung halaman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik terselenggaranya acara berbasis budaya ini. Ia mengatakan, silaturahmi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi masyarakat Indonesia. Sehingga acara halal bihalal dengan menampilkan paguyuban budaya seperti ini perlu untuk terus dijaga.

“Ini bisa menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan. Kalau 140 ribu orang berkumpul, itu luar biasa. Budaya itu semaki dileatarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar Arief Yahya.

Sebagai pembuka, justru ditampilkan tarian selamat datang Melayu dengan memberi sirih kepada Sesmenpar Ukus Kuswara yang hadir mewakili Menpar Arief Yahya. Juga Gubernur Kepri Nurdin Basirun yang duduk di kursi terdepan, berhadapan dengan panggung megah di lapangan itu.

Hujan yang mengguyur Kota Batam pun tidak menyurutkan amimo orang untuk datang. Kegiatan ini dikatakan Menpar juga menambah warna dari kegiatan MICE yang ada di Batam.

Silakan nikmati Batam. Wisatawan dapat mengeksplorasi wisata lainnya yang ada di Batam selepas kegiatan ini,” ujar Menpar. (rel)

Paguyuban Wargo Jowo (Punggowo) di Kepri seolah menemukan habitatnya dengan menghadirkan Bahasa Jawa Kromo Hinggil yang halus, tari gambyong yang lembut gemulai, dan gamelan khas Mataraman di Dataran Engku Putri, Batam Center, Minggu (27/8).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bahasa Jawa Kromo Hinggil yang halus, tari gambyong yang lembut gemulai, dan gamelan khas Mataraman mewarnai Dataran Engku Putri, Batam Center, Minggu (27/8). Paguyuban Wargo Jowo (Punggowo) di Kepri seolah menemukan habitatnya aslinya.

Para tamu, mengenakan busana Nusantara dengan blangkon, iket, beskap, dan keris yang sangat Jawa. Seolah sedang berada di Jogja atau Solo, meskipun acara Halal bi Halal itu digelar di Batam, Kepri.

Buat orang yang pernah mengalami masa kecil di Jawa Tengah, Kawa Timur, Jogja, acara “kumpul bareng” itu mirip bernostalgia. Lagu-lagu pop dangdut campursari yang biasa dipopulerkan Didi Kempot pun semakin mengingatkan memori mereka, yang sudah hidup merantau jauh dari kota aslinya.

Sukses, kegiatan itu memecahkan dua Rekor Muri – Museum Rekor Dunia Indonesia. Pertama, Rekor Muri acara Punggowo ini menjadi Halal Bi Halal dengan jumlah peserta terbanyak, sekitar 140 ribu pasang mata. Tahun lalu masih di 137.000 orang.

Kedua, rekor Muri buat pagelaran kesenian dalam jumlah terbanyak dalam satu kegiatan. Rekor itu disahkan oleh Perwakilan Rekor Muri Indonesia, Andre Purwandono.

“Kalau pagelaran seni, tahun 2017 ini memang mementaslan kesenian terbanyak dalam satu even,” ujar Andre.

“Halal Bihalal ini even tahunan, dan akan kami pertahankan sebagai tradisi Jawa untuk mempererat silaturahmi, gorong royong dan guyup rukun. Tahun ini tema kami Bhinneka Tunggal Ika,” kata DR.HM. Soerya Respationo, SH.MH, yang sering dipanggil Ki Lurah  Punggowo.

Tidak hanya Halal Bihalal, kegiatan yang rutin dilakukan sejak tahun 2004 silam ini juga diisi dengan pementasan dari 68 grup kesenian daerah dan bazar kuliner.

Berbagai kelompok kesenian tradisional akan menggelar pentas sejak Minggu pagi. Dan siangnya, akan ada kirab tamu undangan dan fashion carnival yang menghadirkan perwakilan dari berbagai kota seperti Jember, Solo, Kendal, Semarang, Jakarta, Bandung dan beberapa kota lainya.

Fashion Carnival ini akan menunjukkan karya seni fashion dengan tema Archipelagowear Carnival, Artwear Carnival serta Herowear Carnival. Juga tari tradisional Jawa untuk mengingatkan peserta akan kampung leluhurnya.

Fashion Carnival ini akan menunjukkan karya seni fashion dengan tema Archipelagowear Carnival, Artwear Carnival serta Herowear Carnival. Juga tari tradisional Jawa untuk mengingatkan peserta akan kampung  leluhurnya seperti Tari Gambyong, Topeng Ireng, Barongan, Tari Gedrug Buto dan tentunya Reog Ponorogo juga akan jadi pembeda.

Karena itu, ujar Soerya, setiap tahunnya akan dijadikan event pariwisata yang selalu ramai dihadiri wisatawan.

“Tahun lalu, dengan jumlah yang hadir 137 ribu orang dan dimeriahkan dengan Pagelaran seni budaya oleh 132 grup dari masing masing paguyuban berhasi menorehkan Rekor Dunia MURI. Tahun ini dipastikan lebih banyak, sekitar 150 ribu. Kita juga sudah sudah minta MURI untuk datang dan mencatat, semoga ada pemecahan rekor tahun ini,” lanjutnya.

Punggowo adalah wadah bagi lebih dari 100 paguyuban Jawa yang merupakan representasi asal daerah dan profesi di kalangan etnis Jawa dan Pujakesuma di Batam dan Kepulauan Riau. Pujakesuma sendiri adalah akronim  dari Putra Jawa Kelahiran Sumatera.

Meski sebagai bagian dari acara halal bihalal, tidak sedikit pula wisatawan yang akan hadir di acara ini. Termasuk para TKI dari Singapura dan Malaysia yang akan menyeberang ke Batam. Pemantiknya adalah, dalam acara ini juga dihadirkan ragam kesenian dan makanan khas dari kampung halaman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik terselenggaranya acara berbasis budaya ini. Ia mengatakan, silaturahmi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi masyarakat Indonesia. Sehingga acara halal bihalal dengan menampilkan paguyuban budaya seperti ini perlu untuk terus dijaga.

“Ini bisa menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan. Kalau 140 ribu orang berkumpul, itu luar biasa. Budaya itu semaki dileatarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar Arief Yahya.

Sebagai pembuka, justru ditampilkan tarian selamat datang Melayu dengan memberi sirih kepada Sesmenpar Ukus Kuswara yang hadir mewakili Menpar Arief Yahya. Juga Gubernur Kepri Nurdin Basirun yang duduk di kursi terdepan, berhadapan dengan panggung megah di lapangan itu.

Hujan yang mengguyur Kota Batam pun tidak menyurutkan amimo orang untuk datang. Kegiatan ini dikatakan Menpar juga menambah warna dari kegiatan MICE yang ada di Batam.

Silakan nikmati Batam. Wisatawan dapat mengeksplorasi wisata lainnya yang ada di Batam selepas kegiatan ini,” ujar Menpar. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/