27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Gerindra, PKS dan PAN Beri Sinyal Koalisi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Koalisi Partai Gerindra, PKS, dan PAN di tingkat nasional, tampaknya bakal belanjut ke Pilkada Kota Medan. Masing-masing pimpinan partai di Kota Medan telah memberi sinyal, kalau mereka bakal kembali berkoalisi di Pilkada Medan yang digelar September 2020 mendatang.

HUBUNGAN harmonis Partai Gerindra, PKS dan PAN memang sudah terjalin sejak Pilpres 2014 lalu, saat mereka mengusung pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Kemudian koalisi ini kembali berlanjut di Pilpres 2019 lalu, di mana mereka mengusung pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ternyata, hubungan harmonis ketiga parpol ini tak hanya di tingkat pusat saja, namun berlanjut hingga ke tingkat daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Wakil Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan, Ihwan Ritonga membenarkan baiknya hubungan Gerindra dengan PAN dan PKS. Tak cuma di pusat, hal itu juga terjadi pada kepengurusan tingkat Kota Medan. “Oh iya, itu benar. Kami dengan PKS dan PAN hubungannya baik, sangat baik. Itu dari hulu hingga hilir, dari pusat hingga daerahn

kita kompak dan seringkali sejalan dalam berpandangan politik,” kata Ihwan Ritonga kepada Sumut Pos, Rabu (7/8).

Ditanya soal kemungkinan Gerindra berkoalisi dengan PAN dan PKS pada Pilkada Medan 2020, Ihwan tak menampiknya. “Mengapa tidak? Doakan saja. Kita siap bersatu untuk membangun Kota Medan ini menjadi lebih baik,” ujar Ihwan yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Medan.

Namun, kata Ihwan, hal itu baru sebatas wacana. Karena hingga saat ini belum ada pembicaraan resmi dan serius terkait hal itu. “Mungkin kami berpikiran yang sama. Mungkin juga berharap yang sama, tapi memang belum ada pembicaraan resmi terkait itu. Mungkin nanti, bukan sekarang,” katanya.

Hal itu dapat dimaklumi Ihwan. Sebab dirinya yakin bahwa saat ini semua partai sedang ingin fokus pada pelantikan kader-kader mereka yang duduk di legislatif periode 2019-2024. “Karena kami pun begitu, kami juga sedang fokus pada pelantikan yang baru terpilih dari hasil Pemilu 2019 lalu,” terangnya.

Begitu pun dengan Ketua DPC PAN Kota Medan, HT Bahrumsyah. Dia mengakui punya hubungan baik dengan Gerindra dan PKS. Hal itupun sangat diyakininya sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk ketiganya dapat bersatu dalam koalisi pada Pilkada Medan 2020.

“Kami hubungannya sangat baik. Kalau bicara soal kemungkinan tentu sangat besar, peluang pun sangat terbuka lebar,” ucap Bahrum yang juga Ketua Komisi II DPRD Medan itu kepada Sumut Pos, Rabu (7/8).

Dia juga mengamini, bahwa pembicaraan resmi terkait koalisi di Pilkada Medan itu memang belum ada. “Tapi memang belum ada bicara yang resmilah antara partai ke partai, mungkin belum waktunya saja,” kata Bahrum.

Beberapa waktu yang lalu, kepada Sumut Pos, Ketua DPD PKS Kota Medan, Salman Alfarisi juga pernah menyebutkan bahwa partainya tidak pernah menutup kemungkinan untuk berkoalisi dengan partai manapun, termasuk dengan Gerindra dan PAN. Salman juga mengatakan, bukan hanya kepada Gerindra dan PKS, tapi PKS juga punya hubungan baik dengan partai-partai lainnya.

Melihat hasil Pemilu 2019 lalu, Gerindra, PKS, dan PAN jika berkoalisi, maka akan memiliki 23 dari 50 jumlah kursi di DPRD Medan atau 46 persen. Di mana Gerindra memperoleh 10 kursi, PKS 7 kursi, dan PAN 6 kursi. Artinya, jumlah kursi yang dimiliki sudah sangat melebihi dari yang disyaratkan untuk mengusung pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, yakni 20 persen atau 10 kursi dari total 50 kursi di DPRD Medan.

Pengamat sosial politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Suwardi Lubis berpendapat, ketiga parpol tersebut memang punya peluang besar untuk berkoalisi pada Pilkada Medan 2020. “Yang kita lihat memang ketiganya sering sejalan dalam berpolitik, walau mungkin terkadang ada gesekan seperti di pusat. Tapi untuk di Kota Medan sendiri, kemungkinan untuk berkoalisinya ketiga partai itu memang sangat besar,” ucap Suwardi kepada Sumut Pos.

Selain itu, kata Suwardi, ketiganya juga memiliki banyak tokoh muda yang layak untuk diajukan sebagai bakal calon pemimpin masa depan Kota Medan. “Saat inikan memang trennya anak muda yang diberikan kepercayaan untuk maju. Nah, mereka juga punya kader yang merupakan tokoh muda yang pantas untuk diusung. Kalau di Gerindra kita sering dengar nama Ihwan Ritonga, PKS ada nama Salman Alfarisi dan di PAN sendiri ada nama Bahrumsyah. Walaupun saya yakin mereka masih punya nama-nama kader lainnya yang juga merupakan tokoh muda dan berkompeten dan tidak tertutup kemungkinan untuk bertambahnya nama-nama lainnya dari ketiga partai tersebut,” pungkasnya.

Eldin Tak Berambisi Lagi

Sempat bungkam dan menghindari wartawan, akhirnya Dzulmi Eldin kembali menegaskan kalau dirinya tidak akan maju dalam Pilkada Medan 2020 mendatang. Eldin mengaku, tak berambisi lagi menjadi wali kota. Hal itu disampaikannya ketika diwawancarai wartawan saat berada di salah satu kafe di Jalan Uskup Agung, Rabu (7/8) pagi. “Saya tidak punya ambisi lagi, sudah selesailah. Kalau ada sosok generasi muda yang berani, memiliki visi dan misi membangun kota ini, kenapa tidak? Itu yang diusul,” ujarnya.

Namun, dia tak menjelaskan secara gambling, apakah masih akan maju di Pilkada Medan 2020 atau tidak?

Ia menyebutkan, pernyataannya beberapa waktu lalu tidak maju lagi dalam kontestasi politik tahun depan kepada salah satu wartawan media online, tidak dalam kapasitas menjawab pertanyaan wartawan. Melainkan, dalam situasi bercanda.

“Saya heran juga itu yang diangkat media. Jadi, saya waktu itu lagi jalan, lalu diajak bicara dan saya jawab. Saya pikir hanya sekadar ngobrol saja, tetapi malah dibuat menjadi sebuah berita,” jelasnya sambil tertawa.

Eldin mengaku, keputusannya tidak maju dalam kontestasi politik pada tahun depan bukan karena ada tekanan dari pihak manapun. Artinya, memang benar-benar tanpa ada paksaan. “(Keputusan) ini tidak ada sesuatu atau tekanan dari pihak manapun,” ucapnya.

Pun begitu, lanjutnya, hingga saat ini partai politik belum ada yang menyampaikan nama-nama calon wali Kota Medan. Sebab, waktunya masih cukup lama. Kata Eldin, siapapun sosok yang mau maju menjadi wali kota Medan harus dapat berbuat untuk membangun kota ini lebih baik lagi ke depannya. Membangun dalam arti membenahi infrastruktur, seperti jalan, drainase, jembatan dan lain sebagainya. Selain itu, mengatasi permasalahan banjir dengan membenahi sungai.

“Sebagai contoh, pembangunan tanggul rob di Belawan yang sampai sekarang belum terealisasi. Pembangunan proyek tersebut anggarannya bersumber dari pemerintah pusat, bukan APBD Medan. Oleh karenanya, siapa yang maju menjadi wali kota harus mampu menjembatani persoalan di daerah ke pemerintah pusat. Sebab, kendala pembangunan selama ini karena terbentur anggaran dan kewenangan. Saya yakin, apabila ini dapat terjangkau maka persoalan lain akan mudah dapat diatasi,” ungkapnya.

Diutarakan dia, siapa saja yang mau membangun Kota Medan ini silahkan. Akan tetapi, jangan semangat gagahan saja, misalnya mau maju jadi wali kota hanya ingin terkenal. “Saya sudah merasakan menjadi wali kota dan bahkan cukup lama. Awalnya, beranggapan persoalan di Medan ini bisa dijangkau. Akan tetapi, ketika kenyataannya ternyata berbeda dan tidak semudah yang dibayangkan,” cetusnya.

Semisal, sambung Eldin, sudah dirancang atau terpola sedemikian baik pembangunan kota. Akan tetapi, nyatanya banyak kendala yang dihadapi. “Dalam menuntaskan berbagai persoalan di kota Medan ini bukan hanya kewenangan kita sendiri. Dengan kata lain, ada keterbatasan kewenangan yang perlu diketahui oleh masyarakat Medan. Namun, masyarakat Medan menginginkan kota ini terbangun dengan baik,” kata dia sembari menambahkan, menurut pendapatnya sosok pemimpin kota Medan yang penting memiliki komitmen untuk membangun kota lebih baik lagi dan mampu berbagai persoalan yang ada.

Sebelumnya, Dzulmi Eldin diberitakan membuat keputusan yang mengejutkan. Eldin menyatakan tidak akan maju dalam Pilkada Medan 2020. Padahal, elektabilitasnya paling tinggi di antaranya para bakal calon wali kota yang sudah menyatakan diri siap maju.

Berdasarkan survei LKK FISIP UISU yang dilakukan pada 17-24 Juni 2019, elektabilitas Dzulmi Eldin di posisi teratas dengan persentase 14,3 persen. Selanjutnya, disusul Ihwan Ritonga 7 persen, Bobby Nasution 5,4 persen dan Akhyar Nasution 3,8 persen. Kemudian, Salman Alfarizi 2 persen, Kahiyang Ayu 1,5 persen, Dedi Iskandar Batubara 1,4 persen, Maruli Siahaan 1 persen, Abyadi Siregar 0,8 persen, Edy Ikhsan 0,6 persen, Datuk Saiful Azhar 0,6 persen, dan lainnya 5,8 persen. (map/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Koalisi Partai Gerindra, PKS, dan PAN di tingkat nasional, tampaknya bakal belanjut ke Pilkada Kota Medan. Masing-masing pimpinan partai di Kota Medan telah memberi sinyal, kalau mereka bakal kembali berkoalisi di Pilkada Medan yang digelar September 2020 mendatang.

HUBUNGAN harmonis Partai Gerindra, PKS dan PAN memang sudah terjalin sejak Pilpres 2014 lalu, saat mereka mengusung pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Kemudian koalisi ini kembali berlanjut di Pilpres 2019 lalu, di mana mereka mengusung pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ternyata, hubungan harmonis ketiga parpol ini tak hanya di tingkat pusat saja, namun berlanjut hingga ke tingkat daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Wakil Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan, Ihwan Ritonga membenarkan baiknya hubungan Gerindra dengan PAN dan PKS. Tak cuma di pusat, hal itu juga terjadi pada kepengurusan tingkat Kota Medan. “Oh iya, itu benar. Kami dengan PKS dan PAN hubungannya baik, sangat baik. Itu dari hulu hingga hilir, dari pusat hingga daerahn

kita kompak dan seringkali sejalan dalam berpandangan politik,” kata Ihwan Ritonga kepada Sumut Pos, Rabu (7/8).

Ditanya soal kemungkinan Gerindra berkoalisi dengan PAN dan PKS pada Pilkada Medan 2020, Ihwan tak menampiknya. “Mengapa tidak? Doakan saja. Kita siap bersatu untuk membangun Kota Medan ini menjadi lebih baik,” ujar Ihwan yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Medan.

Namun, kata Ihwan, hal itu baru sebatas wacana. Karena hingga saat ini belum ada pembicaraan resmi dan serius terkait hal itu. “Mungkin kami berpikiran yang sama. Mungkin juga berharap yang sama, tapi memang belum ada pembicaraan resmi terkait itu. Mungkin nanti, bukan sekarang,” katanya.

Hal itu dapat dimaklumi Ihwan. Sebab dirinya yakin bahwa saat ini semua partai sedang ingin fokus pada pelantikan kader-kader mereka yang duduk di legislatif periode 2019-2024. “Karena kami pun begitu, kami juga sedang fokus pada pelantikan yang baru terpilih dari hasil Pemilu 2019 lalu,” terangnya.

Begitu pun dengan Ketua DPC PAN Kota Medan, HT Bahrumsyah. Dia mengakui punya hubungan baik dengan Gerindra dan PKS. Hal itupun sangat diyakininya sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk ketiganya dapat bersatu dalam koalisi pada Pilkada Medan 2020.

“Kami hubungannya sangat baik. Kalau bicara soal kemungkinan tentu sangat besar, peluang pun sangat terbuka lebar,” ucap Bahrum yang juga Ketua Komisi II DPRD Medan itu kepada Sumut Pos, Rabu (7/8).

Dia juga mengamini, bahwa pembicaraan resmi terkait koalisi di Pilkada Medan itu memang belum ada. “Tapi memang belum ada bicara yang resmilah antara partai ke partai, mungkin belum waktunya saja,” kata Bahrum.

Beberapa waktu yang lalu, kepada Sumut Pos, Ketua DPD PKS Kota Medan, Salman Alfarisi juga pernah menyebutkan bahwa partainya tidak pernah menutup kemungkinan untuk berkoalisi dengan partai manapun, termasuk dengan Gerindra dan PAN. Salman juga mengatakan, bukan hanya kepada Gerindra dan PKS, tapi PKS juga punya hubungan baik dengan partai-partai lainnya.

Melihat hasil Pemilu 2019 lalu, Gerindra, PKS, dan PAN jika berkoalisi, maka akan memiliki 23 dari 50 jumlah kursi di DPRD Medan atau 46 persen. Di mana Gerindra memperoleh 10 kursi, PKS 7 kursi, dan PAN 6 kursi. Artinya, jumlah kursi yang dimiliki sudah sangat melebihi dari yang disyaratkan untuk mengusung pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, yakni 20 persen atau 10 kursi dari total 50 kursi di DPRD Medan.

Pengamat sosial politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Suwardi Lubis berpendapat, ketiga parpol tersebut memang punya peluang besar untuk berkoalisi pada Pilkada Medan 2020. “Yang kita lihat memang ketiganya sering sejalan dalam berpolitik, walau mungkin terkadang ada gesekan seperti di pusat. Tapi untuk di Kota Medan sendiri, kemungkinan untuk berkoalisinya ketiga partai itu memang sangat besar,” ucap Suwardi kepada Sumut Pos.

Selain itu, kata Suwardi, ketiganya juga memiliki banyak tokoh muda yang layak untuk diajukan sebagai bakal calon pemimpin masa depan Kota Medan. “Saat inikan memang trennya anak muda yang diberikan kepercayaan untuk maju. Nah, mereka juga punya kader yang merupakan tokoh muda yang pantas untuk diusung. Kalau di Gerindra kita sering dengar nama Ihwan Ritonga, PKS ada nama Salman Alfarisi dan di PAN sendiri ada nama Bahrumsyah. Walaupun saya yakin mereka masih punya nama-nama kader lainnya yang juga merupakan tokoh muda dan berkompeten dan tidak tertutup kemungkinan untuk bertambahnya nama-nama lainnya dari ketiga partai tersebut,” pungkasnya.

Eldin Tak Berambisi Lagi

Sempat bungkam dan menghindari wartawan, akhirnya Dzulmi Eldin kembali menegaskan kalau dirinya tidak akan maju dalam Pilkada Medan 2020 mendatang. Eldin mengaku, tak berambisi lagi menjadi wali kota. Hal itu disampaikannya ketika diwawancarai wartawan saat berada di salah satu kafe di Jalan Uskup Agung, Rabu (7/8) pagi. “Saya tidak punya ambisi lagi, sudah selesailah. Kalau ada sosok generasi muda yang berani, memiliki visi dan misi membangun kota ini, kenapa tidak? Itu yang diusul,” ujarnya.

Namun, dia tak menjelaskan secara gambling, apakah masih akan maju di Pilkada Medan 2020 atau tidak?

Ia menyebutkan, pernyataannya beberapa waktu lalu tidak maju lagi dalam kontestasi politik tahun depan kepada salah satu wartawan media online, tidak dalam kapasitas menjawab pertanyaan wartawan. Melainkan, dalam situasi bercanda.

“Saya heran juga itu yang diangkat media. Jadi, saya waktu itu lagi jalan, lalu diajak bicara dan saya jawab. Saya pikir hanya sekadar ngobrol saja, tetapi malah dibuat menjadi sebuah berita,” jelasnya sambil tertawa.

Eldin mengaku, keputusannya tidak maju dalam kontestasi politik pada tahun depan bukan karena ada tekanan dari pihak manapun. Artinya, memang benar-benar tanpa ada paksaan. “(Keputusan) ini tidak ada sesuatu atau tekanan dari pihak manapun,” ucapnya.

Pun begitu, lanjutnya, hingga saat ini partai politik belum ada yang menyampaikan nama-nama calon wali Kota Medan. Sebab, waktunya masih cukup lama. Kata Eldin, siapapun sosok yang mau maju menjadi wali kota Medan harus dapat berbuat untuk membangun kota ini lebih baik lagi ke depannya. Membangun dalam arti membenahi infrastruktur, seperti jalan, drainase, jembatan dan lain sebagainya. Selain itu, mengatasi permasalahan banjir dengan membenahi sungai.

“Sebagai contoh, pembangunan tanggul rob di Belawan yang sampai sekarang belum terealisasi. Pembangunan proyek tersebut anggarannya bersumber dari pemerintah pusat, bukan APBD Medan. Oleh karenanya, siapa yang maju menjadi wali kota harus mampu menjembatani persoalan di daerah ke pemerintah pusat. Sebab, kendala pembangunan selama ini karena terbentur anggaran dan kewenangan. Saya yakin, apabila ini dapat terjangkau maka persoalan lain akan mudah dapat diatasi,” ungkapnya.

Diutarakan dia, siapa saja yang mau membangun Kota Medan ini silahkan. Akan tetapi, jangan semangat gagahan saja, misalnya mau maju jadi wali kota hanya ingin terkenal. “Saya sudah merasakan menjadi wali kota dan bahkan cukup lama. Awalnya, beranggapan persoalan di Medan ini bisa dijangkau. Akan tetapi, ketika kenyataannya ternyata berbeda dan tidak semudah yang dibayangkan,” cetusnya.

Semisal, sambung Eldin, sudah dirancang atau terpola sedemikian baik pembangunan kota. Akan tetapi, nyatanya banyak kendala yang dihadapi. “Dalam menuntaskan berbagai persoalan di kota Medan ini bukan hanya kewenangan kita sendiri. Dengan kata lain, ada keterbatasan kewenangan yang perlu diketahui oleh masyarakat Medan. Namun, masyarakat Medan menginginkan kota ini terbangun dengan baik,” kata dia sembari menambahkan, menurut pendapatnya sosok pemimpin kota Medan yang penting memiliki komitmen untuk membangun kota lebih baik lagi dan mampu berbagai persoalan yang ada.

Sebelumnya, Dzulmi Eldin diberitakan membuat keputusan yang mengejutkan. Eldin menyatakan tidak akan maju dalam Pilkada Medan 2020. Padahal, elektabilitasnya paling tinggi di antaranya para bakal calon wali kota yang sudah menyatakan diri siap maju.

Berdasarkan survei LKK FISIP UISU yang dilakukan pada 17-24 Juni 2019, elektabilitas Dzulmi Eldin di posisi teratas dengan persentase 14,3 persen. Selanjutnya, disusul Ihwan Ritonga 7 persen, Bobby Nasution 5,4 persen dan Akhyar Nasution 3,8 persen. Kemudian, Salman Alfarizi 2 persen, Kahiyang Ayu 1,5 persen, Dedi Iskandar Batubara 1,4 persen, Maruli Siahaan 1 persen, Abyadi Siregar 0,8 persen, Edy Ikhsan 0,6 persen, Datuk Saiful Azhar 0,6 persen, dan lainnya 5,8 persen. (map/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/