26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Dari Pemungut Bola jadi Pengusaha Sukses

Monang Siagian, Mantan Atlet Cacat

Tak ada yang bisa meruntuhkan semangat. Dalam kondisi lahiriah yang tidak sempurna, semangat menjadi satu-satunya kekuatan untuk mewujudkan harapan. Bukan hanya sekadar bertahan hidup, Monang Siagian dibantu tongkat menjalani hidupnya dengan kebanggaan.

DONI HERMAWAN, Medan

MANTAN ATLET: Monang Siagian  desain sebuah rumah kecil  tempat usahanya.//donni/sumut pos
MANTAN ATLET: Monang Siagian dengan desain sebuah rumah kecil di tempat usahanya.//donni/sumut pos

Saat ditemui Monang tengah sibuk mengepak kerupuk jangek ke dalam plastik. Itu salah satu usaha sampingannya di Jalan SMAN 2 Medan kawasan Polonia yang belum lama dilakoninya, sembari mengontrol para pekerja yang terlihat sibuk memaku triplek dengan desain sebuah rumah kecil. Itulah usaha utamanya berupa Rumah Barbie. Miniatur rumah yang biasa digunakan anak-anak untuk boneka barbie. Usaha yang telah dilakoninya sejak 2002.
“Beginilah ini usaha saya sejak kembali ke Medan tahun 2002. Saya lihat di sini kan belum ada seperti ini. Saya temukan ide ini melihat usaha kawan-kawan di Jawa. Jadi di awal saya langsung perkenalkan dengan membuka tiga cabang. Syukurnya banyak yang respon.
Biasanya pembeli dari kalangan bermobil yang ingin membelikan buat anaknya,” kata Monang.

Dengan sedikit modifikasi, rumah Barbie dari bambu yang diganti dengan triplek ini mengundang banyak peminat. Tidak hanya pembeli dari Medan, Monang menyebut produknya bisa sampai ke daerah-daerah lain di Sumut maupun provinsi luar seperti Pekanbaru, Jambi, Surabaya, dan Kalimantan Timur.

“Kebanyakan sih dari Medan. Tapi saya juga pasarkan di luar. Biasanya saya produksi 30-40 rumah sebulan. Juga bisa permintaan sesuai selera,” ungkap pria kelahiran Kisaran ini. Ada tiga jenis rumah barbie yang ditawarkan sesuai ukuran dan jumlah lantai rumah. Selain itu Monang juga membuat kuda-kudaan, miniatur bus ALS. Ia juga menjual miniatur perabotan untuk menghias rumah barbienya. “ Yang paling kecil Rp350 ribu satu lantai. Ada yang Rp700 ribu dua lantai dan Rp800 ribu lebih lebar. Ada juga kuda-kudaan dan mobil-mobilan,” terangnya.

Namun Monang tidak dengan mudah sampai di level ini. Ia memulainya dengan penuh kerja keras. Beberapa kali ia jatuh namun selalu punya semangat untuk  bangun kembali. Sebelum menjadi pengusaha ia lebih dulu berkarir sebagai atlet cacat. Berawal dari pemungut bola di lapangan tenis, Monang bangkit dari kecelakaan yang merenggut satu kakinya. “Saya dulu SD merantau ke Jakarta. Kabur naik truk mengikuti jejak kawan yang berdagang di sana. Sekitar tahun 80-an  saya ditawari kerja memungut bola tenis lapangan. Pagi jam 6 udah mulai kerja. Sorenya lagi,” katanya.

Keadaan ini membuat Monang mulai menyukai tenis. Diberikan raket oleh seseorang yang biasa berlatih di lapangan itu, Monang mulai berlatih dengan kursi rodanya. “Karena kami kerja disitu kan bebas pakai lapangan. Selagi tidak ada yang main. Ya sudah saya latihan dengan sesama pemungut bola yang lain. Lambat laun saya mulai bisa main,” ujarnya.

Dua tahun berselang ia mencoba peruntungan ikut Kejurnas Piala Ibu Tien Soeharto untuk cabang tenis kursi roda. “Saya berani-beranian ikut. Karena orang-orang di lapangan tenis menganggap saya bisa. Saya membela tim DKI. Masuk final dengan sesama DKI. Dari situ saya menang,” kenangnya. Sejak itu, pria kelahiran 10 Oktober 1962 ini pun serius menjalani karir sebagai atlet tenis meja kursi roda.  Puncaknya ia terpilih mewakili Indonesia untuk berlaga di luar negeri. Di antaranya Thailand, Korea, Jepang. “Tahun 1995 saya main ke Belanda, Melbourne baru Olimpiade antar orang cacat di Inggris. Tapi saya gugur saat seleksi di Malaysia memperebutkan kejuaraan di Amerika tahun 1997,” ungkapnya.

Dari situ ia mendapat perbekalan untuk membuat rumah boneka. Termasuk juga pembekalan di Yayasan Orang Cacat di Jakarta. Monang pun memutuskan hijrah ke Medan. Namun ia tak lantas meninggalkan karirnya sebagai atlet. Ia diminta memperkuat Sumut berlaga di PON antar orang cacat di tahun 2002 di Palembang. “Disitu sudah buat rumah Barbie.

Tapi saya mendapat tawaran dari dikontrak jadi atlet Sumut karena saya juga kelahiran Kisaran. Saya mengikuti dua cabang olahraga. Cabang tenis saya meraih emas dan lari kursi roda meraih perunggu,” tambahnya.

Setelah itu ia mulai memutuskan pensiun jadi atlet. Sempat menjadi sopir taksi lintas kota, berbekal uang bonus dari Alm Tengku Rizal Nurdin (ketika itu Gubernur Sumut, Red) Monang akhirnya konsentrasi mengembangkan usahanya. “Waktu itu dapat Rp30 juta. Dengan tabungan saya juga sebagai atlet saya kembangkan usaha ini,” lanjutnya.

Begitupun cobaan kembali hadir. Kebakaran lima tahun silam menghanguskan seluruh usahanya. Namun ia bangkit dan kembali  merintisnya  hingga berkembang seperti saat ini. Bersama istri dan dua orang anaknya, Monang kini bisa tersenyum dengan kerja kerasnya. Ia juga bisa membuka lowongan kerja untuk lima pekerjanya.  “Waktu kebakaran itu saya ikhlas saja. Yang penting keluarga saya selamat. Yang penting tetap semangat dan pantang menyerah,” pungkasnya. (*)

Monang Siagian, Mantan Atlet Cacat

Tak ada yang bisa meruntuhkan semangat. Dalam kondisi lahiriah yang tidak sempurna, semangat menjadi satu-satunya kekuatan untuk mewujudkan harapan. Bukan hanya sekadar bertahan hidup, Monang Siagian dibantu tongkat menjalani hidupnya dengan kebanggaan.

DONI HERMAWAN, Medan

MANTAN ATLET: Monang Siagian  desain sebuah rumah kecil  tempat usahanya.//donni/sumut pos
MANTAN ATLET: Monang Siagian dengan desain sebuah rumah kecil di tempat usahanya.//donni/sumut pos

Saat ditemui Monang tengah sibuk mengepak kerupuk jangek ke dalam plastik. Itu salah satu usaha sampingannya di Jalan SMAN 2 Medan kawasan Polonia yang belum lama dilakoninya, sembari mengontrol para pekerja yang terlihat sibuk memaku triplek dengan desain sebuah rumah kecil. Itulah usaha utamanya berupa Rumah Barbie. Miniatur rumah yang biasa digunakan anak-anak untuk boneka barbie. Usaha yang telah dilakoninya sejak 2002.
“Beginilah ini usaha saya sejak kembali ke Medan tahun 2002. Saya lihat di sini kan belum ada seperti ini. Saya temukan ide ini melihat usaha kawan-kawan di Jawa. Jadi di awal saya langsung perkenalkan dengan membuka tiga cabang. Syukurnya banyak yang respon.
Biasanya pembeli dari kalangan bermobil yang ingin membelikan buat anaknya,” kata Monang.

Dengan sedikit modifikasi, rumah Barbie dari bambu yang diganti dengan triplek ini mengundang banyak peminat. Tidak hanya pembeli dari Medan, Monang menyebut produknya bisa sampai ke daerah-daerah lain di Sumut maupun provinsi luar seperti Pekanbaru, Jambi, Surabaya, dan Kalimantan Timur.

“Kebanyakan sih dari Medan. Tapi saya juga pasarkan di luar. Biasanya saya produksi 30-40 rumah sebulan. Juga bisa permintaan sesuai selera,” ungkap pria kelahiran Kisaran ini. Ada tiga jenis rumah barbie yang ditawarkan sesuai ukuran dan jumlah lantai rumah. Selain itu Monang juga membuat kuda-kudaan, miniatur bus ALS. Ia juga menjual miniatur perabotan untuk menghias rumah barbienya. “ Yang paling kecil Rp350 ribu satu lantai. Ada yang Rp700 ribu dua lantai dan Rp800 ribu lebih lebar. Ada juga kuda-kudaan dan mobil-mobilan,” terangnya.

Namun Monang tidak dengan mudah sampai di level ini. Ia memulainya dengan penuh kerja keras. Beberapa kali ia jatuh namun selalu punya semangat untuk  bangun kembali. Sebelum menjadi pengusaha ia lebih dulu berkarir sebagai atlet cacat. Berawal dari pemungut bola di lapangan tenis, Monang bangkit dari kecelakaan yang merenggut satu kakinya. “Saya dulu SD merantau ke Jakarta. Kabur naik truk mengikuti jejak kawan yang berdagang di sana. Sekitar tahun 80-an  saya ditawari kerja memungut bola tenis lapangan. Pagi jam 6 udah mulai kerja. Sorenya lagi,” katanya.

Keadaan ini membuat Monang mulai menyukai tenis. Diberikan raket oleh seseorang yang biasa berlatih di lapangan itu, Monang mulai berlatih dengan kursi rodanya. “Karena kami kerja disitu kan bebas pakai lapangan. Selagi tidak ada yang main. Ya sudah saya latihan dengan sesama pemungut bola yang lain. Lambat laun saya mulai bisa main,” ujarnya.

Dua tahun berselang ia mencoba peruntungan ikut Kejurnas Piala Ibu Tien Soeharto untuk cabang tenis kursi roda. “Saya berani-beranian ikut. Karena orang-orang di lapangan tenis menganggap saya bisa. Saya membela tim DKI. Masuk final dengan sesama DKI. Dari situ saya menang,” kenangnya. Sejak itu, pria kelahiran 10 Oktober 1962 ini pun serius menjalani karir sebagai atlet tenis meja kursi roda.  Puncaknya ia terpilih mewakili Indonesia untuk berlaga di luar negeri. Di antaranya Thailand, Korea, Jepang. “Tahun 1995 saya main ke Belanda, Melbourne baru Olimpiade antar orang cacat di Inggris. Tapi saya gugur saat seleksi di Malaysia memperebutkan kejuaraan di Amerika tahun 1997,” ungkapnya.

Dari situ ia mendapat perbekalan untuk membuat rumah boneka. Termasuk juga pembekalan di Yayasan Orang Cacat di Jakarta. Monang pun memutuskan hijrah ke Medan. Namun ia tak lantas meninggalkan karirnya sebagai atlet. Ia diminta memperkuat Sumut berlaga di PON antar orang cacat di tahun 2002 di Palembang. “Disitu sudah buat rumah Barbie.

Tapi saya mendapat tawaran dari dikontrak jadi atlet Sumut karena saya juga kelahiran Kisaran. Saya mengikuti dua cabang olahraga. Cabang tenis saya meraih emas dan lari kursi roda meraih perunggu,” tambahnya.

Setelah itu ia mulai memutuskan pensiun jadi atlet. Sempat menjadi sopir taksi lintas kota, berbekal uang bonus dari Alm Tengku Rizal Nurdin (ketika itu Gubernur Sumut, Red) Monang akhirnya konsentrasi mengembangkan usahanya. “Waktu itu dapat Rp30 juta. Dengan tabungan saya juga sebagai atlet saya kembangkan usaha ini,” lanjutnya.

Begitupun cobaan kembali hadir. Kebakaran lima tahun silam menghanguskan seluruh usahanya. Namun ia bangkit dan kembali  merintisnya  hingga berkembang seperti saat ini. Bersama istri dan dua orang anaknya, Monang kini bisa tersenyum dengan kerja kerasnya. Ia juga bisa membuka lowongan kerja untuk lima pekerjanya.  “Waktu kebakaran itu saya ikhlas saja. Yang penting keluarga saya selamat. Yang penting tetap semangat dan pantang menyerah,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/