25.6 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Bertengkar di Hari Pernikahan Sutrisno

Sutrisno Pangaribuan, anggota DPRD Sumut.
Sutrisno Pangaribuan, anggota DPRD Sumut.

SUMUTPOS.CO – Kasus penelantaran anak yang dituduhkan pada Sutrisno ini pertama kali terendus oleh Masyarakat Revolusi Mental.

Kordinator Masyarakat Revolusi Mental, Budiarto didampingi Surianto menuturkan, kasus ini terungkap saat keduanya nongkrong di Hotel Grand Angkasa Jl. Perintis Kemerdekaan Medan pada 18 Oktober 2014 lalu.

Kala itu, tak sengaja mereka melihat seorang wanita ribut dengan pria yang belakangan diketahui bernama Sutrisno di depan ball room. “Awalnya kami cuek melihatnya. Namun, setelah mereka siap bertengkar barulah kami samperi perempuan itu,” ucapnya.

Saat itu, lanjut Budiarto, korban yang mengaku bernama Natanael boru Purba mengaku sebagai pacar Sutrisno. Kepadanya, Natanael boru Purba mengaku sejak hamil dan melahirkan, ia tak pernah diberi nafkah.

Sontak saja pengakuan Natanael membuat Budiarto terkejut. Apalagi saat itu dirinya melihat jejeran papan bunga di Jalan Perintis Kemerdekaan yang mengucapkan selamat atas pernikanan Sutrisno.

“Dia bilang, dia itu tidak dikasih masuk sama Sutrisno. Dan dia bilang juga Sutrisno itu pacarnya. Makanya kami terkejut. Soalnya, di depan banyak papan bunga. Itu hari pernikahan Sutrisno,” ucapnya.

Kemudian beber Budiarto, setelah berbincang-bincang dengan Natanael, barulah mereka mengetahui awal perkenalan Natanael dengan Sutrisno. Saat itu, Natanael mengaku berkenalan dan dekat dengan Sutrisno di Jakarta tahun 2010 silam.

“Saat itu, Natanael bekerja di sebuah travel kenalan dengan Sutrisno yang juga mengelola salah satu travel,” ucapnya. Setelah perkenalan tersebut, lanjut Budiarto, keduanya pun resmi berpacaran. Tapi sayang, selama pacaran itu Natanael sama sekali tidak diperkenalkan Sutrisno pada keluarganya.

“Tidak ada dikenalkan dia sama keluarga Sutrisno. Padahal mereka sudah sangat dekat,” terangnya.

Setelah setahun pacaran, beber Budiarto, Natanael mengaku kalau dirinya dan Sutrisno tak hanya sering melakukan hubungan intim, tapi sudah tinggal bersama alias kumpul kebo.

“Tanggal 14 Oktober 2012 lalu, dia ngaku kalau dia melahirkan anak perempuan. Dan dia mengatakan kalau anak yang digendongnya kala itu adalah anak hasil hubungannya dengan Sutrisno,” terangnya.

Jika dilihat, tambah Budiarto, bocah perempuan tersebut memang mirip dengan Sutrisno. “Kalau kita lihat, memang mirip anak itu sama dia. Jadi, gak salah jika dia bilang itu anaknya. Korban juga siap tes DNA,” katanya.

Kemudian, lanjut Budiarto, usai melahirkan Natanael pindah ke Batam. “Di Batam mereka tinggal sekarang. Dia juga sempat bilang kalau dia punya saudara di Medan,” ungkapnya yang enggan memberitahu dimana keberadaan saudara Natanael.

Atas temuan tersebut, pihaknya pun kemudian melayangkan surat ke semua komisi dan fraksi yang ada di DPRD Sumut. “Sudah kita surati ke fraksi dan komisi atas sikapnya. Dan kita juga meminta kepada Bu Mega supaya kader seperti ini jangan dipertahankan. Karena ini mencoret PDI Perjuangan. Kita lakukan ini karena kita cinta sama kinerjanya Jokowi yang mempunyai logo Revolusi Mental. Apalagi kami adalah perpanjangan tangan Jokowi di daerah,” pungkasnya. (ind/deo)

Sutrisno Pangaribuan, anggota DPRD Sumut.
Sutrisno Pangaribuan, anggota DPRD Sumut.

SUMUTPOS.CO – Kasus penelantaran anak yang dituduhkan pada Sutrisno ini pertama kali terendus oleh Masyarakat Revolusi Mental.

Kordinator Masyarakat Revolusi Mental, Budiarto didampingi Surianto menuturkan, kasus ini terungkap saat keduanya nongkrong di Hotel Grand Angkasa Jl. Perintis Kemerdekaan Medan pada 18 Oktober 2014 lalu.

Kala itu, tak sengaja mereka melihat seorang wanita ribut dengan pria yang belakangan diketahui bernama Sutrisno di depan ball room. “Awalnya kami cuek melihatnya. Namun, setelah mereka siap bertengkar barulah kami samperi perempuan itu,” ucapnya.

Saat itu, lanjut Budiarto, korban yang mengaku bernama Natanael boru Purba mengaku sebagai pacar Sutrisno. Kepadanya, Natanael boru Purba mengaku sejak hamil dan melahirkan, ia tak pernah diberi nafkah.

Sontak saja pengakuan Natanael membuat Budiarto terkejut. Apalagi saat itu dirinya melihat jejeran papan bunga di Jalan Perintis Kemerdekaan yang mengucapkan selamat atas pernikanan Sutrisno.

“Dia bilang, dia itu tidak dikasih masuk sama Sutrisno. Dan dia bilang juga Sutrisno itu pacarnya. Makanya kami terkejut. Soalnya, di depan banyak papan bunga. Itu hari pernikahan Sutrisno,” ucapnya.

Kemudian beber Budiarto, setelah berbincang-bincang dengan Natanael, barulah mereka mengetahui awal perkenalan Natanael dengan Sutrisno. Saat itu, Natanael mengaku berkenalan dan dekat dengan Sutrisno di Jakarta tahun 2010 silam.

“Saat itu, Natanael bekerja di sebuah travel kenalan dengan Sutrisno yang juga mengelola salah satu travel,” ucapnya. Setelah perkenalan tersebut, lanjut Budiarto, keduanya pun resmi berpacaran. Tapi sayang, selama pacaran itu Natanael sama sekali tidak diperkenalkan Sutrisno pada keluarganya.

“Tidak ada dikenalkan dia sama keluarga Sutrisno. Padahal mereka sudah sangat dekat,” terangnya.

Setelah setahun pacaran, beber Budiarto, Natanael mengaku kalau dirinya dan Sutrisno tak hanya sering melakukan hubungan intim, tapi sudah tinggal bersama alias kumpul kebo.

“Tanggal 14 Oktober 2012 lalu, dia ngaku kalau dia melahirkan anak perempuan. Dan dia mengatakan kalau anak yang digendongnya kala itu adalah anak hasil hubungannya dengan Sutrisno,” terangnya.

Jika dilihat, tambah Budiarto, bocah perempuan tersebut memang mirip dengan Sutrisno. “Kalau kita lihat, memang mirip anak itu sama dia. Jadi, gak salah jika dia bilang itu anaknya. Korban juga siap tes DNA,” katanya.

Kemudian, lanjut Budiarto, usai melahirkan Natanael pindah ke Batam. “Di Batam mereka tinggal sekarang. Dia juga sempat bilang kalau dia punya saudara di Medan,” ungkapnya yang enggan memberitahu dimana keberadaan saudara Natanael.

Atas temuan tersebut, pihaknya pun kemudian melayangkan surat ke semua komisi dan fraksi yang ada di DPRD Sumut. “Sudah kita surati ke fraksi dan komisi atas sikapnya. Dan kita juga meminta kepada Bu Mega supaya kader seperti ini jangan dipertahankan. Karena ini mencoret PDI Perjuangan. Kita lakukan ini karena kita cinta sama kinerjanya Jokowi yang mempunyai logo Revolusi Mental. Apalagi kami adalah perpanjangan tangan Jokowi di daerah,” pungkasnya. (ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/