26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Paling Diburu Kolonial Belanda

Sebelum diangkat jadi kepala polisi di Padang pada 1905, Batang Taris pernah menjabat juru tulis jawatan kereta api di Sawahlunto, Mantri Polisi Simpangharu, kemudian Alai, barulah pindah ke Padang Kota.

Suatu hari, Batang Taris mendapat laporan Si Patai dan Sampan berada di lapau (kedai kopi) Ma Anjang di Air Pacah.

Laporan ini sedikit membingungkan. Mengingat polisi sudah tahu di sana tempat berkumpul gerombolan Si Patai. Apalagi, Ma Anjang sendiri sudah ditangkap pemerintah jauh hari sebelumnya. Namun, ketika diselidiki, laporan itu benar adanya.

Tak mau kehilangan buruan, Batang Taris bergerak cepat. Pukul 12 malam sebanyak 24 tentara bersenjata lengkap, ditambah sejumlah pegawai setempat dan dari Alai berangkat ke Lapau Ma Anjang.

Bayangkan, untuk meringkus dua orang; Si Patai dan Si Sampan, jumlah aparat pemerintah yang dikerahkan tidak kurang dari 35 orang.

Pukul 4 pagi lapau Ma Anjang dikepung rapat. Batang Taris berteriak menyeru tantangan. Bukannya gentar, Si Patai melompat keluar seraya menyerang Batang Taris dengan kelewangnya. Batang Taris gesit mengelak. Dia balas menyerang. Tapi, malah kena sabetan kelewang Si Patai.

Seketika itu juga…door! Si Patai tersungkur kena peluru anak buah Batang Taris. Saat tergeletak di tanah, seorang tentara mendekati dan menembak Si Patai dari dekat. Sebutir peluru menembus dadanya.

Si Patai tak berkutik. Dalam keadaan terluka parah, ia dipertontonkan kepada orang-orang. Lalu, tiga tahun lamanya dia mendekam di hotel prodeo.

Setahun setelah penangkapan Si Patai, giliran Buyuang Tupang dapat giliran. Ia dipancung di Nanggalo oleh Poncoduria alias Wahab lelaki asal Jawa kelahiran Sumatera.

“Kalau ditelusuri, mungkin sekali nenek moyangnya pernah ikut Laskar Sentot ke Sumatera sekitar satu setengah abad yang lalu,” tulis Rusli.

Di penghujung abad 19, Poncoduria berpangkat Mantri Kopi Kelas 1 di Talu. Kemudian pada 1905 pindah ke Kotatengah, dekat Padang.

Sewaktu pecah pemberontakan pajak, tulis koran-koran sezaman, Poncoduria sangat berjasa membasmi para pengikut Si Patai. Untuk jasanya ini pemerintah memberinya beberapa buah tanda jasa.

Sementara itu, dalam penjara, kesehatan Si Patai berangsur-angsur pulih. Kemudian sembuh kembali. Setelah bebas, diam-diam ia mendirikan organisasi rahasia. Namanya Sarekat Djin. Anggotanya para bandit Padang Kota.

Bagaimana sepak terjang Sarekat Djin dan Si Patai yang disebut-sebut pers Belanda sebagai Robinhood Padang Kota itu? (bersambung /wow/jpnn)

Sebelum diangkat jadi kepala polisi di Padang pada 1905, Batang Taris pernah menjabat juru tulis jawatan kereta api di Sawahlunto, Mantri Polisi Simpangharu, kemudian Alai, barulah pindah ke Padang Kota.

Suatu hari, Batang Taris mendapat laporan Si Patai dan Sampan berada di lapau (kedai kopi) Ma Anjang di Air Pacah.

Laporan ini sedikit membingungkan. Mengingat polisi sudah tahu di sana tempat berkumpul gerombolan Si Patai. Apalagi, Ma Anjang sendiri sudah ditangkap pemerintah jauh hari sebelumnya. Namun, ketika diselidiki, laporan itu benar adanya.

Tak mau kehilangan buruan, Batang Taris bergerak cepat. Pukul 12 malam sebanyak 24 tentara bersenjata lengkap, ditambah sejumlah pegawai setempat dan dari Alai berangkat ke Lapau Ma Anjang.

Bayangkan, untuk meringkus dua orang; Si Patai dan Si Sampan, jumlah aparat pemerintah yang dikerahkan tidak kurang dari 35 orang.

Pukul 4 pagi lapau Ma Anjang dikepung rapat. Batang Taris berteriak menyeru tantangan. Bukannya gentar, Si Patai melompat keluar seraya menyerang Batang Taris dengan kelewangnya. Batang Taris gesit mengelak. Dia balas menyerang. Tapi, malah kena sabetan kelewang Si Patai.

Seketika itu juga…door! Si Patai tersungkur kena peluru anak buah Batang Taris. Saat tergeletak di tanah, seorang tentara mendekati dan menembak Si Patai dari dekat. Sebutir peluru menembus dadanya.

Si Patai tak berkutik. Dalam keadaan terluka parah, ia dipertontonkan kepada orang-orang. Lalu, tiga tahun lamanya dia mendekam di hotel prodeo.

Setahun setelah penangkapan Si Patai, giliran Buyuang Tupang dapat giliran. Ia dipancung di Nanggalo oleh Poncoduria alias Wahab lelaki asal Jawa kelahiran Sumatera.

“Kalau ditelusuri, mungkin sekali nenek moyangnya pernah ikut Laskar Sentot ke Sumatera sekitar satu setengah abad yang lalu,” tulis Rusli.

Di penghujung abad 19, Poncoduria berpangkat Mantri Kopi Kelas 1 di Talu. Kemudian pada 1905 pindah ke Kotatengah, dekat Padang.

Sewaktu pecah pemberontakan pajak, tulis koran-koran sezaman, Poncoduria sangat berjasa membasmi para pengikut Si Patai. Untuk jasanya ini pemerintah memberinya beberapa buah tanda jasa.

Sementara itu, dalam penjara, kesehatan Si Patai berangsur-angsur pulih. Kemudian sembuh kembali. Setelah bebas, diam-diam ia mendirikan organisasi rahasia. Namanya Sarekat Djin. Anggotanya para bandit Padang Kota.

Bagaimana sepak terjang Sarekat Djin dan Si Patai yang disebut-sebut pers Belanda sebagai Robinhood Padang Kota itu? (bersambung /wow/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/