25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pembetonan Jalan Sisingamangaraja Tiadakan Akses Memutar

Foto: Agusman/Sumut Pos
Proyek pembetonan Jalan SM Raja yang sedang dikerjakan.

SUMUTPOS.CO – Proyek pembetonan Jalan Sisingamangaraja, mulai dari Simpang Marindal hingga Amplas banyak dikeluhkan warga sekitar dan pengguna jalan. Pasalnya, warga semakin sulit karena ditutupnya akses jalan memutar.

Sedangkan bagi para pemilik usaha, penutupan jalan tanpa akses memutar sangat mengganggu roda perekonomian warga.

Salah satunya dirasakan oleh Chandra Aritonang, penjual buah dan dan pemilik toko kelontong di Jalan Bajak 2 persis di persimpangan Marindal. Dia sempat khawatir, karena penutupan persimpangan tersebut, berdampak pada usahanya.”Kurang lebih sebulan lalu, jalan yang mau ke Marindal ini ditutup. Jadi orang tidak ada yang lewat jalan (Bajak 2) ini, karena harus mutar dari Simpang lampu merah sana,” ujar pria paruh baya ini kepada Sumut Pos, Kamis (8/3).

Alhasil, kata dia, beberapa hari itu, jualan para pedagang di persimpangan Marindal sepi. Lalu, warga pedagang kemudian protes dengan melakukan demonstrasi ke Polsek Patumbak.”Karena kami demonstrasi  ke Polsek Patumbak, simpang itu jadi dibuka sedikit. Kalau tidak, jualan kami tak laku,” katanya.

Dia pun tak tahu, apakah persimpangan jalan menuju Marindal tersebut, nantinya bakalan ditutup. Dia berharap, untuk mengurai kemacetan di persimpangan tersebut, pemerintah membuat lampu merah.”Biar tidak macet kali disitu, maunya di buat lampu merah,” katanya.

Hal yang sama juga dikatakan David Fana, yang membuka usaha pangkas rambut di Jalan Sisingamangara. Kata dia, jalan yang semakin tinggi, menyulitkan konsumen untuk memarkirkan kendaraan.”Kalau jalan jadi lebih tinggi, bagaimana orang mau memarkirkan keretanya. Tadinya orang mau pangkas, jadi malas karena tidak ada parkirnya,” katanya.

Kemudian, dia juga mengkritisi tidak adanya akses perputaran jalan. Masalah itu, juga menjadikan usaha sepi dari pelanggan.”Karena tidak ada perputaran jalan, usaha pangkas saya menjadi sepi beberapa hari ini,” ujarnya.

Bagi pengendara yang sempat dimintai komentarnya, juga mengeluhkan hal yang serupa. Umumnya kebanyakan dari para pengendara yang berdomisili di seputaran Jalan Sisingamangaraja resah karena tidak adanya akses jalan memutar.

Bagi mereka, warga harus memutar jauh hingga persimpangan lampu merah. Hal itu jelas sangat merugikan karena akan memakan waktu.

“Tiap pagi aku mau berangkat kerja harus memutar jauh sampai lampu merah Marindal. Inikan jelas merugikan warga bang,” tandasnya. (mag-1/ila)

 

 

 

Foto: Agusman/Sumut Pos
Proyek pembetonan Jalan SM Raja yang sedang dikerjakan.

SUMUTPOS.CO – Proyek pembetonan Jalan Sisingamangaraja, mulai dari Simpang Marindal hingga Amplas banyak dikeluhkan warga sekitar dan pengguna jalan. Pasalnya, warga semakin sulit karena ditutupnya akses jalan memutar.

Sedangkan bagi para pemilik usaha, penutupan jalan tanpa akses memutar sangat mengganggu roda perekonomian warga.

Salah satunya dirasakan oleh Chandra Aritonang, penjual buah dan dan pemilik toko kelontong di Jalan Bajak 2 persis di persimpangan Marindal. Dia sempat khawatir, karena penutupan persimpangan tersebut, berdampak pada usahanya.”Kurang lebih sebulan lalu, jalan yang mau ke Marindal ini ditutup. Jadi orang tidak ada yang lewat jalan (Bajak 2) ini, karena harus mutar dari Simpang lampu merah sana,” ujar pria paruh baya ini kepada Sumut Pos, Kamis (8/3).

Alhasil, kata dia, beberapa hari itu, jualan para pedagang di persimpangan Marindal sepi. Lalu, warga pedagang kemudian protes dengan melakukan demonstrasi ke Polsek Patumbak.”Karena kami demonstrasi  ke Polsek Patumbak, simpang itu jadi dibuka sedikit. Kalau tidak, jualan kami tak laku,” katanya.

Dia pun tak tahu, apakah persimpangan jalan menuju Marindal tersebut, nantinya bakalan ditutup. Dia berharap, untuk mengurai kemacetan di persimpangan tersebut, pemerintah membuat lampu merah.”Biar tidak macet kali disitu, maunya di buat lampu merah,” katanya.

Hal yang sama juga dikatakan David Fana, yang membuka usaha pangkas rambut di Jalan Sisingamangara. Kata dia, jalan yang semakin tinggi, menyulitkan konsumen untuk memarkirkan kendaraan.”Kalau jalan jadi lebih tinggi, bagaimana orang mau memarkirkan keretanya. Tadinya orang mau pangkas, jadi malas karena tidak ada parkirnya,” katanya.

Kemudian, dia juga mengkritisi tidak adanya akses perputaran jalan. Masalah itu, juga menjadikan usaha sepi dari pelanggan.”Karena tidak ada perputaran jalan, usaha pangkas saya menjadi sepi beberapa hari ini,” ujarnya.

Bagi pengendara yang sempat dimintai komentarnya, juga mengeluhkan hal yang serupa. Umumnya kebanyakan dari para pengendara yang berdomisili di seputaran Jalan Sisingamangaraja resah karena tidak adanya akses jalan memutar.

Bagi mereka, warga harus memutar jauh hingga persimpangan lampu merah. Hal itu jelas sangat merugikan karena akan memakan waktu.

“Tiap pagi aku mau berangkat kerja harus memutar jauh sampai lampu merah Marindal. Inikan jelas merugikan warga bang,” tandasnya. (mag-1/ila)

 

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/