25.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Penduduk Bekerja Naik 457 Ribu

Sedangkan dari seluruh penduduk yang bekerja, data pada Februari 2018 menunjukkan status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (34,28 persen). Diikuti status pekerja keluarga (19,14 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap (18,75) dan berusaha sendiri (17,05 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas di pertanian memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 2,91 persen.

Menyikapi tingkat pengangguran terbuka yang masih tergolong tinggi di angka 5,59 persen dari 7,23 Juta orang atau 403 ribu orang, dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara mengaku memiliki program kerja untuk menekan angka pengangguran di Sumut.

Calon Gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat menargetkan, angkanya bisa berada di bawah 4 persen jika mereka terpilih memimpin Sumut lima tahun ke depan. “Karena banyak potensi yang sampai saat ini belum dibuka, belum dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya Pelabuhan Belawan, untuk dermaga, mampu menampung sampai 2 juta tenaga kerja. Belum lagi di kawasan Sei Mangkei dan Kuala Tanjung,” ujar Djarot kepada Sumut Pos, Senin (7/5).

Dalam istilah lain, lanjutnya, potensi tersebut menjadi daerah pusat pertumbuhan baru. Dampaknya adalah membuka kesempatan kerja yang luas. Baik sektor perkebunan, agrobisnis, industri manufaktur dan lainnya. Sehingga jika bisa dioptimalkan, maka dalam dua tahun saja, akan dapat dilihat dampaknya. Begitu juga peningkatan penghasilan dengan kualitas keterampilan dan keahlian.

“Ini juga soal kemiskinan, karena itu kami sudah menyiapkan program Sumut Pintar, Sumut Sehat dan Sumut Keluarga Sejahtera. Ini untuk mengurangi pengeluaran,” katanya.

Sementara untuk persaingan terhadap tenaga kerja asing, Djarot mengatakan, pekerja Sumut harus punya keahlian khusus. Sekalipun akan banyak pekerja ahli dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia. Namun dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri, bahkan provinsi ini bisa membalikkan keadaan dan mengekspansi ke negara tetangga khususnya. “Jadi bisa bersaing keluar, kita jangan pasif. Sebagian kita siapkan untuk ekspansi,” katanya.

Hal lain lanjut Djarot, adalah soal potensi pariwisata yang menurutnya sangat besar. Karena tenaga kerja khusus sektor ini, Sumut masih tergolong ketinggalan dibanding provinsi lain. Karena itu, bagaimana fokus pembangunan mereka bersama Sohar Sitorus (Calon Wakil Gubernur) mempersiapkan sumber daya manusia menjadi tuan rumah yang baik. Tanpa itu, maka potensi bisa mubazir.

“Pemandu wisata yang bagus, pustaka kerajinan dan sebagainya. Tetapi juga dikelola dengan baik, jangan membuat orang jeepra untuk datang kembali. Ini potensi luar biasa, jadi Sumut ibaratnya raksasa yang sedang tidur,” pungkasnya.

Sedangkan dari seluruh penduduk yang bekerja, data pada Februari 2018 menunjukkan status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (34,28 persen). Diikuti status pekerja keluarga (19,14 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap (18,75) dan berusaha sendiri (17,05 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas di pertanian memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 2,91 persen.

Menyikapi tingkat pengangguran terbuka yang masih tergolong tinggi di angka 5,59 persen dari 7,23 Juta orang atau 403 ribu orang, dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara mengaku memiliki program kerja untuk menekan angka pengangguran di Sumut.

Calon Gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat menargetkan, angkanya bisa berada di bawah 4 persen jika mereka terpilih memimpin Sumut lima tahun ke depan. “Karena banyak potensi yang sampai saat ini belum dibuka, belum dimanfaatkan secara maksimal. Misalnya Pelabuhan Belawan, untuk dermaga, mampu menampung sampai 2 juta tenaga kerja. Belum lagi di kawasan Sei Mangkei dan Kuala Tanjung,” ujar Djarot kepada Sumut Pos, Senin (7/5).

Dalam istilah lain, lanjutnya, potensi tersebut menjadi daerah pusat pertumbuhan baru. Dampaknya adalah membuka kesempatan kerja yang luas. Baik sektor perkebunan, agrobisnis, industri manufaktur dan lainnya. Sehingga jika bisa dioptimalkan, maka dalam dua tahun saja, akan dapat dilihat dampaknya. Begitu juga peningkatan penghasilan dengan kualitas keterampilan dan keahlian.

“Ini juga soal kemiskinan, karena itu kami sudah menyiapkan program Sumut Pintar, Sumut Sehat dan Sumut Keluarga Sejahtera. Ini untuk mengurangi pengeluaran,” katanya.

Sementara untuk persaingan terhadap tenaga kerja asing, Djarot mengatakan, pekerja Sumut harus punya keahlian khusus. Sekalipun akan banyak pekerja ahli dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia. Namun dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri, bahkan provinsi ini bisa membalikkan keadaan dan mengekspansi ke negara tetangga khususnya. “Jadi bisa bersaing keluar, kita jangan pasif. Sebagian kita siapkan untuk ekspansi,” katanya.

Hal lain lanjut Djarot, adalah soal potensi pariwisata yang menurutnya sangat besar. Karena tenaga kerja khusus sektor ini, Sumut masih tergolong ketinggalan dibanding provinsi lain. Karena itu, bagaimana fokus pembangunan mereka bersama Sohar Sitorus (Calon Wakil Gubernur) mempersiapkan sumber daya manusia menjadi tuan rumah yang baik. Tanpa itu, maka potensi bisa mubazir.

“Pemandu wisata yang bagus, pustaka kerajinan dan sebagainya. Tetapi juga dikelola dengan baik, jangan membuat orang jeepra untuk datang kembali. Ini potensi luar biasa, jadi Sumut ibaratnya raksasa yang sedang tidur,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/