26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Waspada, Curah Hujan di Sumut Meningkat Juli-September

Berteduh saat hujan.
Berteduh saat hujan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – La Nina atau fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik, berpeluang muncul di Indonesia sepanjang Juli hingga September mendatang.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, fenomena yang sebelumnya diprediksi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tersebut, tetap perlu diantisipasi.

Karena akibat suhu muka laut di bagian Barat Sumatera lebih hangat dari suhu muka laut di Pantai Timur Afrika, bakal menambah pasokan uap air yang menimbulkan bertambahnya curah hujan untuk wilayah Indonesia Bagian Barat.

“Kondisi ini diprediksi dapat memicu bertambahnya potensi curah hujan di atas normal pada periode musim kemarau (Juli, Agustus, September,red), ujar Sutopo, Rabu (8/6).

Menurut Sutopo, potensi curah hujan yang tinggi kemungkinan akan terjadi di Sumatera Utara Bagian Barat, Sumatera Barat bagian Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawsi Tenggara, dan Papua.

“Kondisi ini akan berdampak positif dan negatif. Banjir dan longsor berpotensi meningkat. Sedangkan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan tidak akan sebesar tahun 2015. Karena selain faktor alam yang mendukung, antisipasi kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2016 lebih baik dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.

Menurut Sutopo, koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah terus dilakukan dengan intensif. Bahkan BNPB telah menempatkan dua helikopter dan dua pesawat air tractor untuk pemboman air dari udara di Pekanbaru, Riau, sejak April lalu. Hampir setiap hari helikopter dan pesawat tersebut melakukan pemadaman api di wilayah Riau.(gir/jpnn)

Berteduh saat hujan.
Berteduh saat hujan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – La Nina atau fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik, berpeluang muncul di Indonesia sepanjang Juli hingga September mendatang.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, fenomena yang sebelumnya diprediksi Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tersebut, tetap perlu diantisipasi.

Karena akibat suhu muka laut di bagian Barat Sumatera lebih hangat dari suhu muka laut di Pantai Timur Afrika, bakal menambah pasokan uap air yang menimbulkan bertambahnya curah hujan untuk wilayah Indonesia Bagian Barat.

“Kondisi ini diprediksi dapat memicu bertambahnya potensi curah hujan di atas normal pada periode musim kemarau (Juli, Agustus, September,red), ujar Sutopo, Rabu (8/6).

Menurut Sutopo, potensi curah hujan yang tinggi kemungkinan akan terjadi di Sumatera Utara Bagian Barat, Sumatera Barat bagian Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawsi Tenggara, dan Papua.

“Kondisi ini akan berdampak positif dan negatif. Banjir dan longsor berpotensi meningkat. Sedangkan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan tidak akan sebesar tahun 2015. Karena selain faktor alam yang mendukung, antisipasi kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2016 lebih baik dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.

Menurut Sutopo, koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah terus dilakukan dengan intensif. Bahkan BNPB telah menempatkan dua helikopter dan dua pesawat air tractor untuk pemboman air dari udara di Pekanbaru, Riau, sejak April lalu. Hampir setiap hari helikopter dan pesawat tersebut melakukan pemadaman api di wilayah Riau.(gir/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/