30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Dokter Evanti: Pasien Saya Jambret dan Penderita HIV

Foto: Amri/PM Dokter Evanti boru Siahaan (pakai topi) saat di SPK Polsek Sunggal. Ia diseret para tetangganya ke polisi, karena kerap melayani pecandu lewat tengah malam.
Foto: Amri/PM
Dokter Evanti boru Siahaan (pakai topi) saat di SPK Polsek Sunggal. Ia diseret para tetangganya ke polisi, karena kerap melayani pecandu lewat tengah malam.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dicurigai para tetangga karena kerap melayani pecandu narkoba lewat tengah malam, bahkan memasung mereka, Dokter Evanati mengatakan, warga setempat tak pernah mengerti meski ia sudah berulangkali menjelaskan kalau dirinya adalah dokter specialis kejiwaan.

Diakuinya, pria bertato yang dimaksud warga adalah pecandu putaw dan pengidap HIV/AIDS. “Kalau yang bertato itu pasien saya. Mereka nggak mungkin siang-siang datang. Malu mereka sebagai pecandu dan pengidap HIV. Makanya diniharilah mereka datang untuk beli subutek atau sub morfin,” ungkap Dr Eva.

Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, Dr H Ramlan Sitompul mengatakan, bahwa seorang dokter yang memberikan penanganan terhadap pecandu narkoba harus memiliki sertifikat pelatihan. Termasuk pemberian subutek bagi para pecandu berat narkoba.

“Subutek itu adalah subtitusi pengganti bagi pecandu narkoba. Itu legal, tapi harus ikut pelatihan terkait, kalau tidak ya enggak boleh,” ujarnya. Dia janji akan coba memanggil dr. Eva Siahaan dan perhimpunan dokter kejiwaan Medan terkait keresahan warga tersebut. “Saya coba akan cek. Bantu kita akan memdengarkan penjelasan masing-masing pihak seperti apa. Karena baru dengan juga beritanya,” ungkapnya.

Evanti sendiri mengaku sudah melengkapi semua prosedur izin praktek dan pelatihan tersebut. “Sudah mendapat pelatihan Dari Kemenkes RI tentang penanganan pecandu narkoba. Izin praktek saya semua lengkap. Izin dari Dinkes Medan juga ada. Enggak mungin saya seorang dokter bermain-main untuk hal ini. Ini profesi yang dibutuhkan semua orang dan saya diamanahkan untuk menjaganya,” ujarnya.

Dirinya memang belum sempat memasang plang praktek karena baru berbenah dari Tapian Nauli. “Saya memang belum pasang plang. Tapi saya pasti pasang. Cuma kan baru pindah. Baru sebulan saya di sana,” ungkapnya.

Dibebernya juga, kalau para pemakai narkoba jenis putaw yang jadi pasiennya, sindikat jambret dan curi helm. “Mereka cerita sama saya kalau mereka specialis maling helm, jambret dan banyak lagi dan saya sudah menasehati mereka,” ujarnya.

Saat disinggung soal plang praktek yang tidak terpasang, Evanti mengatakan kalau hal tersebut adalah salahnya. “Itu memang salah saya. Baru sebulan saya di sini. belum saya urus plangnya,” jelasnya.(win/mri/trg)

Foto: Amri/PM Dokter Evanti boru Siahaan (pakai topi) saat di SPK Polsek Sunggal. Ia diseret para tetangganya ke polisi, karena kerap melayani pecandu lewat tengah malam.
Foto: Amri/PM
Dokter Evanti boru Siahaan (pakai topi) saat di SPK Polsek Sunggal. Ia diseret para tetangganya ke polisi, karena kerap melayani pecandu lewat tengah malam.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dicurigai para tetangga karena kerap melayani pecandu narkoba lewat tengah malam, bahkan memasung mereka, Dokter Evanati mengatakan, warga setempat tak pernah mengerti meski ia sudah berulangkali menjelaskan kalau dirinya adalah dokter specialis kejiwaan.

Diakuinya, pria bertato yang dimaksud warga adalah pecandu putaw dan pengidap HIV/AIDS. “Kalau yang bertato itu pasien saya. Mereka nggak mungkin siang-siang datang. Malu mereka sebagai pecandu dan pengidap HIV. Makanya diniharilah mereka datang untuk beli subutek atau sub morfin,” ungkap Dr Eva.

Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, Dr H Ramlan Sitompul mengatakan, bahwa seorang dokter yang memberikan penanganan terhadap pecandu narkoba harus memiliki sertifikat pelatihan. Termasuk pemberian subutek bagi para pecandu berat narkoba.

“Subutek itu adalah subtitusi pengganti bagi pecandu narkoba. Itu legal, tapi harus ikut pelatihan terkait, kalau tidak ya enggak boleh,” ujarnya. Dia janji akan coba memanggil dr. Eva Siahaan dan perhimpunan dokter kejiwaan Medan terkait keresahan warga tersebut. “Saya coba akan cek. Bantu kita akan memdengarkan penjelasan masing-masing pihak seperti apa. Karena baru dengan juga beritanya,” ungkapnya.

Evanti sendiri mengaku sudah melengkapi semua prosedur izin praktek dan pelatihan tersebut. “Sudah mendapat pelatihan Dari Kemenkes RI tentang penanganan pecandu narkoba. Izin praktek saya semua lengkap. Izin dari Dinkes Medan juga ada. Enggak mungin saya seorang dokter bermain-main untuk hal ini. Ini profesi yang dibutuhkan semua orang dan saya diamanahkan untuk menjaganya,” ujarnya.

Dirinya memang belum sempat memasang plang praktek karena baru berbenah dari Tapian Nauli. “Saya memang belum pasang plang. Tapi saya pasti pasang. Cuma kan baru pindah. Baru sebulan saya di sana,” ungkapnya.

Dibebernya juga, kalau para pemakai narkoba jenis putaw yang jadi pasiennya, sindikat jambret dan curi helm. “Mereka cerita sama saya kalau mereka specialis maling helm, jambret dan banyak lagi dan saya sudah menasehati mereka,” ujarnya.

Saat disinggung soal plang praktek yang tidak terpasang, Evanti mengatakan kalau hal tersebut adalah salahnya. “Itu memang salah saya. Baru sebulan saya di sini. belum saya urus plangnya,” jelasnya.(win/mri/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/