Sementara itu, staf humas RS Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak SSos mengatakan keberadaan pasien tanpa identitas yang mereka rawat cukup menjadi beban secara pelayanan konon lagi secara biaya selama berada di rumahsakit milik Kemenkes tersebut.
“Jadi kami juga tidak tahu harus berbuat apa, ya. Di satu sisi dari segi sosial tidak mungkin juga ditelantarkan begitu saja. Tapi, kalau terus kami rawat juga menganggu pelayanan. Bed (tempat tidur) yang pasien tanpa identitas tadi seharusnya bisa dipergunakan untuk pasien lain yang sedang butuh perawatan. Belum lagi soal biaya yang harus ditanggung pihak rumahsakit, ” ujarnya.
Masalah pasien tanpa identitas ini pun sudah dikoordinasikan dengan Dinas Sosial beberapa kali soal bagaimana biaya perawatannya. Namun, beberapa kali pula pihak Dinsos tidak memberikan solusi yang jelas terkait tanggungan biayanya perawatannya.
“Kami juga sudah berulang kali koordinasi dengan Dinsos soal bagaimana biaya perawatan pasien tanpa identitas yang dirawat di RS Adam Malik. Tapi ya begitu, tidak ada jawaban yang pasti, mereka beralibi tidak ada anggarannya. Makanya itu kami pun bingung soal pasien-pasien tanpa identitas ini. Harapannya, dengan dipublikasikan begini ada keluarga yang kenal bisa dibawa pulang, ” ungkapnya.
Saat ini total jumlah pasien tanpa identitas yang dirawat di RS Adam Malik berjumlah lima orang. Dua diantaranya bayi. Untuk kedua bayi, memang pihak rumahsakit belum menghubungi Dinsos Sumut karena mereka masih menunggu keluarganya untuk mengambil bayi tersebut.
“Sisanya dua laki-laki dan seorang perempuan, itu yang korban kecelakaan tadi, ” sebutnya.
Sebelumnya setiap pasien tanpa identitas yang mereka rawat selalu diakomodir oleh Dinsos Sumut. Namun, tahun ini, penyerahan belum dilakukan karena Dinsos belum bisa menerima.
“Palingan, kalau pihak Dinsos belum mau menerima apaboleh buat akan dirawat terus. Tidak mungkin kami telantarkan. Sebelum-sebelumnya ada diserahkan, terakhir tahun lalu,” pungkas Rosa. (dvs/azw)