26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Umat Islam Sumut Tuding Myanmar Langgar HAM

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan massa yang tergabung dalam 31 Ormas Islam Sumut menggelar aksi simpati untuk muslim Rohingya di Jalan Imam Bonjol Medan, Jumat (8/9/2017). Mereka mengutuk aksi kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya dan mendesak PBB untuk memberikan sanksi tegas untuk pemerintah Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi solidaritas merespon kekerasan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya digelar sejumlah ormas Islam di sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut), Jumat (8/9). Mereka menuding Myanmar sebagai teroris dan telah melakukan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) berat, sehingga harus diadili di Mahkamah Internasional.

Gabungan dari sejumlah ormas Islam, seperti FPI, Muhamadiyah, KAHMI, GIP-NKRI, GNPF MUI Sumut, dan HMI melakukan longmarch dari Masjid Agung Medan ke Vihara Borobudur, Jalan Imam Bonjol Medan, usai Salat Jumat. Mereka mengecam rezim Aung San Suu Kyi yang membantai Muslim Rohingya menggunakan tangan militer.

Sejumlah spanduk, poster hujatan terhadap Aung San Su Kyi dibawa. Massa mengutuk, mengecam dan merobek poster pemimpin Myanmar itu. Tak tertinggal, poster wajah pemuka agama Myanmar, Ashin Wirathu, dipajang dan dihina. Massa juga merobek-robek, memukul-mukul poster Ashin Wirathu di hadapan petugas kepolisian.

Namun, belum sampai di depan Vihara Borobudur, Polisi sudah memblokade Jalan Imam Bonjol. Akhirnya, aksi digelar tepat di depan Hotel Danu Toba. Massa mengecam dan menuding Pemerintah  Myanmar serta pemuka agaman di sana teroris.  “Ashin Wirathu adalah monster. Myanmar itu adalah teroris. Umat Islam tidak boleh lengah sedikit pun. Bersiaplah jika sewaktu-waktu, agama memanggil kita,” teriak Rafdinal, saat menyampaikan orasinya.

Sementara dalam pernyataan sikapnya, mereka mendesak militer serta Biksu Buddha Myanmar berhenti melakukan pembantaian terhadap Etnis Rohingya. Massa juga meminta Mahkamah Internasional untuk menyeret pimpinan militer serta pimpinan pemerintahan Myanmar ke Pengadilan Internasional.

Kemudian, massa juga merekomendasikan Pemerintah Indonesia untuk menarik Duta Besar (Dubes) di Myanmar serta mengusir Dubes Myanmar di Indonesia. Mereka juga meminta Pemerintah Myanmar membuka akses masuk ke Rakhine untuk bantuan kemanusiaan internasional.

Ketua Gerakan Islam Pengawal NKRI, Masri Sitanggang dalam orasinya mengajak para biksu di Vihara Borobudur untuk mengecam tindakan Biksu Ashin Wirathu, yang dianggap menganiaya Muslim Rohingya di Myanmar. Menurutnya, para biksu yang berada di Vihara Borobudur memiliki jaringan dan bisa berkomunikasi dengan biksu yang ada di Myanmar. “Saya yakin para biksu di sini punya jaringan dengan biksu di Myanmar. Kita ajak mereka bersolidaritas untuk etnis Rohingya, agar segera menyudahi pertikaian di Myanmar,” ungkapnya.

Aksi ini pun diterima perwakilan Vihara Borobudur dan dilakukan pertemuan lintas agama di sana. Hadir anggota DPRD Sumut Brilian Mokhtar, Wakapolrestabes Medan AKBP Tatan Dirsan Atmaja, dan lainnya.

Koordinator Solidaritas untuk Umat Muslim Tertindas (Somasi), Indra Buana di hadapan perwakilan Vihara Borobudur dan para perwakilan agama lainnya mengungkapkan, Aung San Suu Kyi dan Ashin Wirathu merupakan dua pemimpin Myanmar yang paling bertanggung jawab atas penindasan Umat Muslim Rohingya. Dia meminta agar biksu di Indonesia bersolidaritas agar membawa masalah genosida etnis Rohingya di Myanmar ke Mahkamah Internasional.

“Kedua petinggi di Myanmar tersebut adalah yang paling bertanggungjawab atas genosida etnis Rohingya di Myanmar.  Aksi pembantaian terhadap kaum Muslim Rohingya itu jelas sudah pelanggaran HAM berat,” ungkapnya.

Di juga meminta agar pemerintah Myanmar membuka akses penuh ke Rohingya untuk masuknya bantuan dari negara lain, dan Pemerintah Indonesia segera memutuskan hubungan diplomatis terhadap Myanmar. “Kami juga meminta Pemerintah Indonesia mengusir Dubes Myanmar dan menarik Dubes Indonesia dari Myanmar,” pungkas Indra.

Aksi terus berlanjut hingga massa menunaikan Salat Ashar berjamaah di Jalan Imam Bonjol. Usai melaksanakan Salat Ashar berjamaah, ribuan umat Islam kembali berorasi mengecam aksi pembantaian manusia di Myanmar.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan massa yang tergabung dalam 31 Ormas Islam Sumut menggelar aksi simpati untuk muslim Rohingya di Jalan Imam Bonjol Medan, Jumat (8/9/2017). Mereka mengutuk aksi kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya dan mendesak PBB untuk memberikan sanksi tegas untuk pemerintah Myanmar yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi solidaritas merespon kekerasan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya digelar sejumlah ormas Islam di sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut), Jumat (8/9). Mereka menuding Myanmar sebagai teroris dan telah melakukan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) berat, sehingga harus diadili di Mahkamah Internasional.

Gabungan dari sejumlah ormas Islam, seperti FPI, Muhamadiyah, KAHMI, GIP-NKRI, GNPF MUI Sumut, dan HMI melakukan longmarch dari Masjid Agung Medan ke Vihara Borobudur, Jalan Imam Bonjol Medan, usai Salat Jumat. Mereka mengecam rezim Aung San Suu Kyi yang membantai Muslim Rohingya menggunakan tangan militer.

Sejumlah spanduk, poster hujatan terhadap Aung San Su Kyi dibawa. Massa mengutuk, mengecam dan merobek poster pemimpin Myanmar itu. Tak tertinggal, poster wajah pemuka agama Myanmar, Ashin Wirathu, dipajang dan dihina. Massa juga merobek-robek, memukul-mukul poster Ashin Wirathu di hadapan petugas kepolisian.

Namun, belum sampai di depan Vihara Borobudur, Polisi sudah memblokade Jalan Imam Bonjol. Akhirnya, aksi digelar tepat di depan Hotel Danu Toba. Massa mengecam dan menuding Pemerintah  Myanmar serta pemuka agaman di sana teroris.  “Ashin Wirathu adalah monster. Myanmar itu adalah teroris. Umat Islam tidak boleh lengah sedikit pun. Bersiaplah jika sewaktu-waktu, agama memanggil kita,” teriak Rafdinal, saat menyampaikan orasinya.

Sementara dalam pernyataan sikapnya, mereka mendesak militer serta Biksu Buddha Myanmar berhenti melakukan pembantaian terhadap Etnis Rohingya. Massa juga meminta Mahkamah Internasional untuk menyeret pimpinan militer serta pimpinan pemerintahan Myanmar ke Pengadilan Internasional.

Kemudian, massa juga merekomendasikan Pemerintah Indonesia untuk menarik Duta Besar (Dubes) di Myanmar serta mengusir Dubes Myanmar di Indonesia. Mereka juga meminta Pemerintah Myanmar membuka akses masuk ke Rakhine untuk bantuan kemanusiaan internasional.

Ketua Gerakan Islam Pengawal NKRI, Masri Sitanggang dalam orasinya mengajak para biksu di Vihara Borobudur untuk mengecam tindakan Biksu Ashin Wirathu, yang dianggap menganiaya Muslim Rohingya di Myanmar. Menurutnya, para biksu yang berada di Vihara Borobudur memiliki jaringan dan bisa berkomunikasi dengan biksu yang ada di Myanmar. “Saya yakin para biksu di sini punya jaringan dengan biksu di Myanmar. Kita ajak mereka bersolidaritas untuk etnis Rohingya, agar segera menyudahi pertikaian di Myanmar,” ungkapnya.

Aksi ini pun diterima perwakilan Vihara Borobudur dan dilakukan pertemuan lintas agama di sana. Hadir anggota DPRD Sumut Brilian Mokhtar, Wakapolrestabes Medan AKBP Tatan Dirsan Atmaja, dan lainnya.

Koordinator Solidaritas untuk Umat Muslim Tertindas (Somasi), Indra Buana di hadapan perwakilan Vihara Borobudur dan para perwakilan agama lainnya mengungkapkan, Aung San Suu Kyi dan Ashin Wirathu merupakan dua pemimpin Myanmar yang paling bertanggung jawab atas penindasan Umat Muslim Rohingya. Dia meminta agar biksu di Indonesia bersolidaritas agar membawa masalah genosida etnis Rohingya di Myanmar ke Mahkamah Internasional.

“Kedua petinggi di Myanmar tersebut adalah yang paling bertanggungjawab atas genosida etnis Rohingya di Myanmar.  Aksi pembantaian terhadap kaum Muslim Rohingya itu jelas sudah pelanggaran HAM berat,” ungkapnya.

Di juga meminta agar pemerintah Myanmar membuka akses penuh ke Rohingya untuk masuknya bantuan dari negara lain, dan Pemerintah Indonesia segera memutuskan hubungan diplomatis terhadap Myanmar. “Kami juga meminta Pemerintah Indonesia mengusir Dubes Myanmar dan menarik Dubes Indonesia dari Myanmar,” pungkas Indra.

Aksi terus berlanjut hingga massa menunaikan Salat Ashar berjamaah di Jalan Imam Bonjol. Usai melaksanakan Salat Ashar berjamaah, ribuan umat Islam kembali berorasi mengecam aksi pembantaian manusia di Myanmar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/