27.8 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Keunikan Bangunan Negeri Sakura

Kumamoto Artpolis

MEDAN-Pameran Kumamoto Artpolis yang dilaksanakan oleh The Japan Foundation melalui Kosulat Jenderal Jepang di Kota Medan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Jalan HM Joni No 51 Medan, 9 Juni-1 Juli 2011. Banyak keunikan yang bisa dilihta dalam pameran itu termasuk struktur bangunan yang disiapkann
untuk menahan gempa yang kerap mengguncang negeri Sakura.

Tidak seperti WC umum yang banyak dijumpai di Kota Medan dengan bentuk monoton, tembok dilapis marmer. Dalam pameran itu terlihat bagaimana WC umum pun menjadi perhatian dari pemerintah dengan membuatnya baik dengan menggunakan bahan dari batu maupun dengan kayu dalam bentuk-bentuk yang menarik. Begitu juga di bahagian dalam yang penuh corak, jauh dari kesan kotor. Bahkan di salah satu kota terdapat WC dengan design dan furniture yang memang dibuat untuk anak-anak.

Kebebasan berekspresi itu juga bisa dilihat dari bangunan Misumi Harbor Ferry Terminal yang dibangun di Kota Misumi 1989-1990. Terminal kapal ferry ini dibuat dengan mengadaptasi bentuk kerucut. Begitu juga pada Ushibula Haiya Bridge, jembatan di Kota Ushibula pada 1991-1997 yang memancarkan cahaya dari lampu-lampu yang dipasang. Menjadi pemandangan yang menarik di waktu malam.

Ada lagi Nishigoshi Health and Welfare Centre yang dibuat berbentuk cafe. Jauh dari kesan kaku seperti yang terpancar dari bangunan rumah-sakit maupun pusat-pusat kesehatan yang ada di Kota Medan. Begitu pun untuk pusat pengaduan masyarakat dan kantor polisi yang dibuat sebersahabat mungkin. Bahkan tidak memperlihatkan kesan bila bangunan itu adalah kantor polisi selain mobil patroli yang terparkir di sekitarnya.

Keunikan-keunikan dalam pameran itu pun mengundang apresiasi dari seluruh pengunjung. Bahkan pengunjung yang bukan di bidang arsitek turut mengakui manfaat dari pameran yang digelar. Seperti Ceaeilia, mahasiswa angkatan 2008 Sastra Jepang dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang datang bersama beberapa teman kampus. “Memang tidak berkaitan langsung ya tapi melalui pameran ini kita bisa lebih dekat mengenal model bangunan di Jepang yang begitu inspiratif. Kalau bisa pada pameran berikutnya ada teknologi lain yang khas dari salah satu kota di Jepang,” ucapnya.

Hashimoto Ayumi, Asistant Director Japan Foundation mengatakan bila program Kumamoto Artpolis ini dimulai sejak 1988 sebagai usaha inovatif untuk mengembangkan komunitas baru di prefektur Kumamoto. Diawali dengan mengadopsi konsep arsitektur yang baru yang bertujuan untuk kontribusi pada pengembangan komunitas baru. Tujuan akhir program ini sendiri tidak hanya untuk meningkatkan kualitas desain bangunan tetapi juga pemanfaatan proyek arsitektur sebagai alat untuk menjadikan para arsitek dan penduduk setempat bekerjasama sehingga mereka dapat merasakan bagaimana sebuah komunitas dapat turut berperan dalam proyek yang dibangun.

Dengan demikian, program ini bertujuan untuk mengembangkan ide untuk gaya hidup yang baru dengan gambaran masyarakat yang baru. Sejauh ini, program Kumamoto Artpolis ini dinilai telah membantu pembangunan budaya arsitektur di prefektur Kumamoto. “Sebelum melaksanakan pembangunan kita menggelar sosialisasi terlebih dahulu dengan penduduk sehingga mereka memahami tujuan pembangunan itu. Saat ini arsitektur yang merupakan dasar kebutuhan manusia juga dapat berfungsi sebagai objek wisata,” jelas Ayumi.

Sementara itu Konsulat Jenderal Jepang di Medan Hamada Yuji menyampaikan kebanggaannya atas pelaksanaan Kumamoto Artpolis di Kota Medan. Dirinya berharap konsep bangunan konterporer tersebut dapat memberi  manfaat bagi masyarakat juga pemerintah di Sumut. “Kita berharap dari kegiatan ini dapat menambah wawasan dan menjadi inspirasi arsitek di Sumut untuk terus meningkatkan teknologi di bidang arsitek dalam menselaraskan pembangunan dengan kelestarian alam sekitar,” ucap Hamada Yuji.

Pembukaan Kumamoto Artpolis ditandai dengan pemukulan gordang sabangunan, alat musik tradisional Batak Toba. Turut hadir Drs naruddin Dalimunte MSP mewakili Gubernur Sumatera Utara, Konsulat Jenderal Malaysia Nurlim Otman, dan Kepala Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Dr Hj Sri Harifni Msi. (jul)

Kumamoto Artpolis

MEDAN-Pameran Kumamoto Artpolis yang dilaksanakan oleh The Japan Foundation melalui Kosulat Jenderal Jepang di Kota Medan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Jalan HM Joni No 51 Medan, 9 Juni-1 Juli 2011. Banyak keunikan yang bisa dilihta dalam pameran itu termasuk struktur bangunan yang disiapkann
untuk menahan gempa yang kerap mengguncang negeri Sakura.

Tidak seperti WC umum yang banyak dijumpai di Kota Medan dengan bentuk monoton, tembok dilapis marmer. Dalam pameran itu terlihat bagaimana WC umum pun menjadi perhatian dari pemerintah dengan membuatnya baik dengan menggunakan bahan dari batu maupun dengan kayu dalam bentuk-bentuk yang menarik. Begitu juga di bahagian dalam yang penuh corak, jauh dari kesan kotor. Bahkan di salah satu kota terdapat WC dengan design dan furniture yang memang dibuat untuk anak-anak.

Kebebasan berekspresi itu juga bisa dilihat dari bangunan Misumi Harbor Ferry Terminal yang dibangun di Kota Misumi 1989-1990. Terminal kapal ferry ini dibuat dengan mengadaptasi bentuk kerucut. Begitu juga pada Ushibula Haiya Bridge, jembatan di Kota Ushibula pada 1991-1997 yang memancarkan cahaya dari lampu-lampu yang dipasang. Menjadi pemandangan yang menarik di waktu malam.

Ada lagi Nishigoshi Health and Welfare Centre yang dibuat berbentuk cafe. Jauh dari kesan kaku seperti yang terpancar dari bangunan rumah-sakit maupun pusat-pusat kesehatan yang ada di Kota Medan. Begitu pun untuk pusat pengaduan masyarakat dan kantor polisi yang dibuat sebersahabat mungkin. Bahkan tidak memperlihatkan kesan bila bangunan itu adalah kantor polisi selain mobil patroli yang terparkir di sekitarnya.

Keunikan-keunikan dalam pameran itu pun mengundang apresiasi dari seluruh pengunjung. Bahkan pengunjung yang bukan di bidang arsitek turut mengakui manfaat dari pameran yang digelar. Seperti Ceaeilia, mahasiswa angkatan 2008 Sastra Jepang dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang datang bersama beberapa teman kampus. “Memang tidak berkaitan langsung ya tapi melalui pameran ini kita bisa lebih dekat mengenal model bangunan di Jepang yang begitu inspiratif. Kalau bisa pada pameran berikutnya ada teknologi lain yang khas dari salah satu kota di Jepang,” ucapnya.

Hashimoto Ayumi, Asistant Director Japan Foundation mengatakan bila program Kumamoto Artpolis ini dimulai sejak 1988 sebagai usaha inovatif untuk mengembangkan komunitas baru di prefektur Kumamoto. Diawali dengan mengadopsi konsep arsitektur yang baru yang bertujuan untuk kontribusi pada pengembangan komunitas baru. Tujuan akhir program ini sendiri tidak hanya untuk meningkatkan kualitas desain bangunan tetapi juga pemanfaatan proyek arsitektur sebagai alat untuk menjadikan para arsitek dan penduduk setempat bekerjasama sehingga mereka dapat merasakan bagaimana sebuah komunitas dapat turut berperan dalam proyek yang dibangun.

Dengan demikian, program ini bertujuan untuk mengembangkan ide untuk gaya hidup yang baru dengan gambaran masyarakat yang baru. Sejauh ini, program Kumamoto Artpolis ini dinilai telah membantu pembangunan budaya arsitektur di prefektur Kumamoto. “Sebelum melaksanakan pembangunan kita menggelar sosialisasi terlebih dahulu dengan penduduk sehingga mereka memahami tujuan pembangunan itu. Saat ini arsitektur yang merupakan dasar kebutuhan manusia juga dapat berfungsi sebagai objek wisata,” jelas Ayumi.

Sementara itu Konsulat Jenderal Jepang di Medan Hamada Yuji menyampaikan kebanggaannya atas pelaksanaan Kumamoto Artpolis di Kota Medan. Dirinya berharap konsep bangunan konterporer tersebut dapat memberi  manfaat bagi masyarakat juga pemerintah di Sumut. “Kita berharap dari kegiatan ini dapat menambah wawasan dan menjadi inspirasi arsitek di Sumut untuk terus meningkatkan teknologi di bidang arsitek dalam menselaraskan pembangunan dengan kelestarian alam sekitar,” ucap Hamada Yuji.

Pembukaan Kumamoto Artpolis ditandai dengan pemukulan gordang sabangunan, alat musik tradisional Batak Toba. Turut hadir Drs naruddin Dalimunte MSP mewakili Gubernur Sumatera Utara, Konsulat Jenderal Malaysia Nurlim Otman, dan Kepala Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Dr Hj Sri Harifni Msi. (jul)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/