25 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Polisi Ultimatum, Napiter Pecah Dua

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LILIN_Puluhan warga menyalakan lilin dan berdoa di depan Mako Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan, Kamis (10/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada anggota kepolisian yang gugur saat bertugas di Mako Brimob Rutan Salemba.

Awal Kerusuhan

Kerusuhan terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, sejak Selasa sore (8/5). Kerusuhan ini terjadi akibat ulah ratusan narapidana teroris.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, Kamis (10/5), awalnya seorang napi bernama Wawan menanyakan ihwal makanan dari keluarganya.

“Siang atau sore, ini kan ada makanan yang dititip keluarga. Katanya nitip ke Pak Budi (petugas). Pak Budi sedang tidak tugas atau sedang keluar, jadi dicari-cari nggak ada. Dia bikin ribut, goyang-goyang, si Wawan (menanyakan) mana titipan makanannya. Ribut, ribut, sehingga memicu napi lain,” ujar kepada wartawan di Mako Brimob, Depok, Rabu (9/5/2018).

Menurut Wakapolri Komjen Syafruddin, dalam keributan itu, para napi teroris berhasil menjebol sekat rutan. Selanjutnya, para napi menggunakan berbagai barang yang mereka temukan untuk menjebol sekat ruangan-ruangan lainnya.

“Senjata dia dapat dari mana-mana, kan dia jebol ini ke mana-mana. Dia dapat kaca dipecahkan, dia dapat besi, dia dapat apa, ini kan dijebol semua,” kata Syafruddin di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat..

Total para napiter yang ikut kerusuhan mencapai 156 orang, dan menyandera sembilan anggota Polri yang bertugas. Para teroris juga merampas senjata polisi. Ada sekitar 30 pucuk senjata yang dirampas.

“Mereka merampas sekitar 30 pucuk senjata. Senjata hasil sitaan dari aparat kepolisian lawan terorisme sebelumnya,” kata Wiranto.

Para narapidana teroris sempat melakukan siaran langsung (live) di media sosial Instagram. Ponsel tersebut didapat dari hasil rampasan terhadap  anggota Polri yang bertugas di rutan tersebut.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LILIN_Puluhan warga menyalakan lilin dan berdoa di depan Mako Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan, Kamis (10/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada anggota kepolisian yang gugur saat bertugas di Mako Brimob Rutan Salemba.

Awal Kerusuhan

Kerusuhan terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, sejak Selasa sore (8/5). Kerusuhan ini terjadi akibat ulah ratusan narapidana teroris.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, Kamis (10/5), awalnya seorang napi bernama Wawan menanyakan ihwal makanan dari keluarganya.

“Siang atau sore, ini kan ada makanan yang dititip keluarga. Katanya nitip ke Pak Budi (petugas). Pak Budi sedang tidak tugas atau sedang keluar, jadi dicari-cari nggak ada. Dia bikin ribut, goyang-goyang, si Wawan (menanyakan) mana titipan makanannya. Ribut, ribut, sehingga memicu napi lain,” ujar kepada wartawan di Mako Brimob, Depok, Rabu (9/5/2018).

Menurut Wakapolri Komjen Syafruddin, dalam keributan itu, para napi teroris berhasil menjebol sekat rutan. Selanjutnya, para napi menggunakan berbagai barang yang mereka temukan untuk menjebol sekat ruangan-ruangan lainnya.

“Senjata dia dapat dari mana-mana, kan dia jebol ini ke mana-mana. Dia dapat kaca dipecahkan, dia dapat besi, dia dapat apa, ini kan dijebol semua,” kata Syafruddin di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat..

Total para napiter yang ikut kerusuhan mencapai 156 orang, dan menyandera sembilan anggota Polri yang bertugas. Para teroris juga merampas senjata polisi. Ada sekitar 30 pucuk senjata yang dirampas.

“Mereka merampas sekitar 30 pucuk senjata. Senjata hasil sitaan dari aparat kepolisian lawan terorisme sebelumnya,” kata Wiranto.

Para narapidana teroris sempat melakukan siaran langsung (live) di media sosial Instagram. Ponsel tersebut didapat dari hasil rampasan terhadap  anggota Polri yang bertugas di rutan tersebut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/