23.1 C
Medan
Monday, January 20, 2025

Polisi Ultimatum, Napiter Pecah Dua

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Seorang anak meletakkan bunga di depan Mako Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan, Kamis (10/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada anggota kepolisian yang gugur saat bertugas di Mako Brimob Rutan Salemba.

“Itu rampasan. Iya (punya anggota),” kata Syafruddin.

Selanjutnya, para teroris menyiksa para polisi yang disandera dengan keji, hingga lima polisi gugur. Mayoritas korban tewas dibacok di bagian leher.

“Yang jelas, dari lima rekan yang gugur, mayoritas luka akibat senjata tajam di leher. Saya ulangi, akibat senjata tajam di leher. Luka itu sangat dalam,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen M Iqbal.

Mereka juga merebut kembali bom hasil sitaan. Selain itu para teroris juga sempat merakit bom. “Mereka selama 40 jam melakukan penyanderaan dan mereka melakukan kegiatan-kegiatan perakitan bom dan sebagainya. Itu tadi yang diledakkan adalah hasil-hasil bom yang sudah dirakit,” kata Syafruddin.

Syafruddin menyatakan, meski 5 rekannya dibunuh dengan keji, para polisi tetap dingin. “Polri menangani sepersuasif mungkin dan berkepala dingin. Saya menekankan ke tim untuk berkepala dingin meski temannya jadi korban pembunuhan,” ujarnya.

Para napi dan tahanan terorisme dikepung lebih dari 1.000 orang. “Di saat itu mereka merampas beberapa senjata, saya memberikan instruksi segera lakukan pengepungan dengan kekuatan cukup besar. Jumlah anggota yang mengepung 800 sampai 1.000 orang,” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Tito menilai jumlah tersebut sudah cukup. “Cukup karena kita cukup mengenal tempat ini,” tutur Tito. Lingkungan sekitar Mako Brimob pun diamankan.

Ada dua jenis penanganan yang dilakukan polisi dalam penanganan penyanderaan di Mako Brimob.  Pendekatan halus dilakukan untuk 145 teroris yang menyerah tanpa syarat. Serangan harus dilakukan untuk 10 sisanya yang masih bertahan.

Ada sekitar 40 teroris yang disebut menjadi provokator. Polisi menyebut mereka berasal dari aliran keras.

Polisi mengatakan, mulanya napi merusuh akibat makanan. Namun belakangan diketahui ada tuntutan lain dari para teroris itu. Salah satunya bertemu terdakwa teroris bom Thamrin, Aman Abdurrahman. Hanya bertemu, bukan minta Aman dibebaskan.

“(Penawaran) makanan, mereka minta makanan, maka kita bujuk mereka mau membebaskan sandera,” katanya.

Empat polisi berhasil dievakuasi, namun kondisinya cedera dan dilarikan ke RS Bhayangkara.

Bripka Iwan Sarjana berhasil dibebaskan dari penyanderaan di Mako Brimob pada Kamis (10/5/2018) sekitar pukul 00.40 WIB. Pembebasan Iwan dilakukan setelah polisi melakukan penawaran.

“Pada fajar hari ini adalah batas yang kita tentukan dan mereka menyerah tanpa syarat. 145 tahanan menyerah tanpa syarat,” ujar Menkopolhukam Wiranto dalam konferensi pers di Kompleks Mako Brimob, Kamis.

Menurut Wiranto, dalam aksi penanggulangan terorisme, baik aparat nasional maupun internasional, tidak menerapkan negoisasi terhadap pelaku terorisme. Aparat hukum, lanjut Wiranto, hanya melakukan isolasi kemudian memberikan ultimatum agar teroris menyerahkan diri.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Seorang anak meletakkan bunga di depan Mako Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan, Kamis (10/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada anggota kepolisian yang gugur saat bertugas di Mako Brimob Rutan Salemba.

“Itu rampasan. Iya (punya anggota),” kata Syafruddin.

Selanjutnya, para teroris menyiksa para polisi yang disandera dengan keji, hingga lima polisi gugur. Mayoritas korban tewas dibacok di bagian leher.

“Yang jelas, dari lima rekan yang gugur, mayoritas luka akibat senjata tajam di leher. Saya ulangi, akibat senjata tajam di leher. Luka itu sangat dalam,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen M Iqbal.

Mereka juga merebut kembali bom hasil sitaan. Selain itu para teroris juga sempat merakit bom. “Mereka selama 40 jam melakukan penyanderaan dan mereka melakukan kegiatan-kegiatan perakitan bom dan sebagainya. Itu tadi yang diledakkan adalah hasil-hasil bom yang sudah dirakit,” kata Syafruddin.

Syafruddin menyatakan, meski 5 rekannya dibunuh dengan keji, para polisi tetap dingin. “Polri menangani sepersuasif mungkin dan berkepala dingin. Saya menekankan ke tim untuk berkepala dingin meski temannya jadi korban pembunuhan,” ujarnya.

Para napi dan tahanan terorisme dikepung lebih dari 1.000 orang. “Di saat itu mereka merampas beberapa senjata, saya memberikan instruksi segera lakukan pengepungan dengan kekuatan cukup besar. Jumlah anggota yang mengepung 800 sampai 1.000 orang,” ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Tito menilai jumlah tersebut sudah cukup. “Cukup karena kita cukup mengenal tempat ini,” tutur Tito. Lingkungan sekitar Mako Brimob pun diamankan.

Ada dua jenis penanganan yang dilakukan polisi dalam penanganan penyanderaan di Mako Brimob.  Pendekatan halus dilakukan untuk 145 teroris yang menyerah tanpa syarat. Serangan harus dilakukan untuk 10 sisanya yang masih bertahan.

Ada sekitar 40 teroris yang disebut menjadi provokator. Polisi menyebut mereka berasal dari aliran keras.

Polisi mengatakan, mulanya napi merusuh akibat makanan. Namun belakangan diketahui ada tuntutan lain dari para teroris itu. Salah satunya bertemu terdakwa teroris bom Thamrin, Aman Abdurrahman. Hanya bertemu, bukan minta Aman dibebaskan.

“(Penawaran) makanan, mereka minta makanan, maka kita bujuk mereka mau membebaskan sandera,” katanya.

Empat polisi berhasil dievakuasi, namun kondisinya cedera dan dilarikan ke RS Bhayangkara.

Bripka Iwan Sarjana berhasil dibebaskan dari penyanderaan di Mako Brimob pada Kamis (10/5/2018) sekitar pukul 00.40 WIB. Pembebasan Iwan dilakukan setelah polisi melakukan penawaran.

“Pada fajar hari ini adalah batas yang kita tentukan dan mereka menyerah tanpa syarat. 145 tahanan menyerah tanpa syarat,” ujar Menkopolhukam Wiranto dalam konferensi pers di Kompleks Mako Brimob, Kamis.

Menurut Wiranto, dalam aksi penanggulangan terorisme, baik aparat nasional maupun internasional, tidak menerapkan negoisasi terhadap pelaku terorisme. Aparat hukum, lanjut Wiranto, hanya melakukan isolasi kemudian memberikan ultimatum agar teroris menyerahkan diri.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/