31.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Jumlah di Sumut Bertambah, Tapi Masih Alami Diskriminasi ODHA Capai 9.362 Penderita

PERINGATI: Seorang wanita menunjukkan stiker saat peringati Hari HIV Sedunia. Saat ini penderita HIV/AIDS masih mendapat diskriminasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), khususnya di Sumatera Utara (Sumut) masih mengalami diskriminasi. Padahal, jumlah mereka terus bertambah dan membutuhkan dukungan dan motivasi dalam melawan penyakitnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Kadinkes Sumut) dr Alwi Mujahit Hasibuan mengakui stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA hingga kini masih tetap ada. Karenanya, untuk menekan perilaku tersebut, semua pihak harus bergandengan tangan guna memperkuat sosialisasi, advokasi, dan edukasi kepada masyarakat.

“Diskriminasi bukan hanya di masyarakat umum saja, dari orang-orang kesehatan juga ada. Makanya, untuk menekan diskriminasi ini, harus dilakukan sosialisasi, advokasi, maupun edukasi kepada masyarakat. Karena mereka kan tidak bisa kita marahi,” ungkap diwawancarai saat menghadiri peringatan Hari AIDS sedunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, Selasa (10/12).

Kata Alwi, saat ini Sumut telah menempati posisi keenam tertinggi dalam kasus HIV/AIDS di Indonesia. Namun demikian, menurutnya, hal ini tidak boleh disalahartikan karena sebetulnya banyaknya temuan kasus adalah pertanda pemerintah telah bekerja.

“Justru bagus, sebab HIV itu seperti fenomena gunung es. Kalau kita bisa temukan satu penderitanya, maka akan ada 100 orang di bawah permukaan. Jadi kalau kita bisa menemukan yang di bawah permukaan ini, maka kita bisa mencegah penyebaran yang dilakukan secara tidak sengaja,” ujarnya.

Sementara, Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Zainal Safri SpPD (K) SpJP (K) mengatakan, pada peringatan Hari AIDS Sedunia yang digelar ini memang sengaja mengangkat tema untuk menghilangkan diskriminasi terhadap ODHA. “Penyakit HIV/AIDS ini kan sebetulnya sama dengan penyakit lain, penularannya tidak gampang. Penderitanya tidak bisa atau tidak boleh kita kucilkan,” tegasnya.

Diutarakan Zainal, ODHA harus dirangkul. Apalagi, penularan HIV hanya dapat dilakukan melalui kontak darah terbuka, misalnya hubungan seks bebas bukannya aktifitas biasa seperti bersalaman atau bersentuhan kulit. “Saat ini jumlah pasien rawat jalan ODHA mencapai sebanyak 700-an. Sedangkan mereka yang melakukan rawat inap, ada sekitar 200-an pasien,” sebut dia.

Zainal melanjutkan, para pasien datangnya ketika sudah berat karena mereka menyembunyikannya. “Nanti kalau sudah infeksi dimana-mana, baru mereka mau datang. Soalnya mereka merasa takut dan malu akibat stigma negatif dan diskriminasi yang masih diterimanya,” pungkas dia.

Sementara, dr Fransiskus Ginting SpPD menambahkan, suatu negara memang sudah wajib melakukan tindakan pelayanan terhadap HIV/AIDS. Oleh karenanya, pada tahun 2030 nanti, sudah dicetuskan target bahwa tidak boleh ada lagi penderita HIV/AIDS yang baru, tidak boleh ada lagi penderita AIDS yang meninggal, serta tidak boleh adanya lagi diskriminasi terhadap ODHA.

Namun, sangat disayangkan pada tahun 2019 ini Sumut malah jatuh ke posisi enam tertinggi dalam angka kasus HIV secara nasional. Karena itu, diajak kepada seluruh elemen masyarakat agar secara bersama-sama berjuang melalui peringatan Hari AIDS Sedunia ini.

“Kami dokter di sini (RSUP H Adam Malik) siap untuk membangun sistem. Namun, kalau hanya dilakukan oleh departemen kesehatan saja, maka akan gagal. Jadi perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat,” tukasnya.

Diketahui, jumlah kasus HIV/AIDS di Sumut mengalami peningkatan pada tahun ini. Tercatat, hingga Agustus 2019 sebanyak 9.362 ODHA.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumut, Achmad Ramadhan menyebutkan data kumulatif dari Dinkes Sumut jumlah 9.362 ODHA meliputi 4.182 HIV dan 5.180 AIDS. Dari jumlah tersebut, Kota Medan paling tertinggi jumlahnya 5.272 ODHA dengan rincian 2.249 HIV dan 3.023 AIDS. Selanjutnya, diikuti Deli Serdang, Karo, Pematang Siantar dan Tobasa.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita paling banyak adalah laki-laki 7.187 ODHA (3.144 HIV/4.043 AIDS). Selebihnya perempuan 2.175 ODHA (1.038 HIV/1.137 AIDS). Untuk golongan umur paling banyak didominasi 30-39 tahun dengan jumlah 3.842 ODHA (1.761 HIV/2.081 AIDS). Kemudian, umur 19-29 tahun 3.636 ODHA (1.471 HIV/2.165 AIDS) dan 40-49 tahun 1.242 ODHA (630 HIV/612 AIDS).

Sedangkan faktor risiko hubungan seks menunjukkan angka yang terbanyak dengan jumlah heteroseksual 7.376 ODHA (3.187 HIV/4.189 AIDS), pemakaian narkoba suntik atau intra drug user 1.118 (505 HIV/683 AIDS). Selanjutnya, transfusi darah: 84 (38 HIV/46 AIDS), anak yang terinfeksi dari ibu atau perinatal 122 (81 HIV/41 AIDS), ibu rumah tangga (IRT) 87 (71 HIV/15 AIDS), biseksual 55 (13 HIV/42 AIDS) serta hetero & IDUs: 141 (92 HIV/49 AIDS).

Data sejak April hingga Juni 2019 dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) dan IMS Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, Sumut berada pada posisi ke-6 setelah Jatim, DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Papua. Dari SIHA tersebut juga, jumlah kasus yang ditemukan dan dilaporkan masih jauh dari jumlah kasus HIV yang diperkirakan. (ris/ila)

PERINGATI: Seorang wanita menunjukkan stiker saat peringati Hari HIV Sedunia. Saat ini penderita HIV/AIDS masih mendapat diskriminasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), khususnya di Sumatera Utara (Sumut) masih mengalami diskriminasi. Padahal, jumlah mereka terus bertambah dan membutuhkan dukungan dan motivasi dalam melawan penyakitnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Kadinkes Sumut) dr Alwi Mujahit Hasibuan mengakui stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA hingga kini masih tetap ada. Karenanya, untuk menekan perilaku tersebut, semua pihak harus bergandengan tangan guna memperkuat sosialisasi, advokasi, dan edukasi kepada masyarakat.

“Diskriminasi bukan hanya di masyarakat umum saja, dari orang-orang kesehatan juga ada. Makanya, untuk menekan diskriminasi ini, harus dilakukan sosialisasi, advokasi, maupun edukasi kepada masyarakat. Karena mereka kan tidak bisa kita marahi,” ungkap diwawancarai saat menghadiri peringatan Hari AIDS sedunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, Selasa (10/12).

Kata Alwi, saat ini Sumut telah menempati posisi keenam tertinggi dalam kasus HIV/AIDS di Indonesia. Namun demikian, menurutnya, hal ini tidak boleh disalahartikan karena sebetulnya banyaknya temuan kasus adalah pertanda pemerintah telah bekerja.

“Justru bagus, sebab HIV itu seperti fenomena gunung es. Kalau kita bisa temukan satu penderitanya, maka akan ada 100 orang di bawah permukaan. Jadi kalau kita bisa menemukan yang di bawah permukaan ini, maka kita bisa mencegah penyebaran yang dilakukan secara tidak sengaja,” ujarnya.

Sementara, Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik, dr Zainal Safri SpPD (K) SpJP (K) mengatakan, pada peringatan Hari AIDS Sedunia yang digelar ini memang sengaja mengangkat tema untuk menghilangkan diskriminasi terhadap ODHA. “Penyakit HIV/AIDS ini kan sebetulnya sama dengan penyakit lain, penularannya tidak gampang. Penderitanya tidak bisa atau tidak boleh kita kucilkan,” tegasnya.

Diutarakan Zainal, ODHA harus dirangkul. Apalagi, penularan HIV hanya dapat dilakukan melalui kontak darah terbuka, misalnya hubungan seks bebas bukannya aktifitas biasa seperti bersalaman atau bersentuhan kulit. “Saat ini jumlah pasien rawat jalan ODHA mencapai sebanyak 700-an. Sedangkan mereka yang melakukan rawat inap, ada sekitar 200-an pasien,” sebut dia.

Zainal melanjutkan, para pasien datangnya ketika sudah berat karena mereka menyembunyikannya. “Nanti kalau sudah infeksi dimana-mana, baru mereka mau datang. Soalnya mereka merasa takut dan malu akibat stigma negatif dan diskriminasi yang masih diterimanya,” pungkas dia.

Sementara, dr Fransiskus Ginting SpPD menambahkan, suatu negara memang sudah wajib melakukan tindakan pelayanan terhadap HIV/AIDS. Oleh karenanya, pada tahun 2030 nanti, sudah dicetuskan target bahwa tidak boleh ada lagi penderita HIV/AIDS yang baru, tidak boleh ada lagi penderita AIDS yang meninggal, serta tidak boleh adanya lagi diskriminasi terhadap ODHA.

Namun, sangat disayangkan pada tahun 2019 ini Sumut malah jatuh ke posisi enam tertinggi dalam angka kasus HIV secara nasional. Karena itu, diajak kepada seluruh elemen masyarakat agar secara bersama-sama berjuang melalui peringatan Hari AIDS Sedunia ini.

“Kami dokter di sini (RSUP H Adam Malik) siap untuk membangun sistem. Namun, kalau hanya dilakukan oleh departemen kesehatan saja, maka akan gagal. Jadi perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat,” tukasnya.

Diketahui, jumlah kasus HIV/AIDS di Sumut mengalami peningkatan pada tahun ini. Tercatat, hingga Agustus 2019 sebanyak 9.362 ODHA.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumut, Achmad Ramadhan menyebutkan data kumulatif dari Dinkes Sumut jumlah 9.362 ODHA meliputi 4.182 HIV dan 5.180 AIDS. Dari jumlah tersebut, Kota Medan paling tertinggi jumlahnya 5.272 ODHA dengan rincian 2.249 HIV dan 3.023 AIDS. Selanjutnya, diikuti Deli Serdang, Karo, Pematang Siantar dan Tobasa.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita paling banyak adalah laki-laki 7.187 ODHA (3.144 HIV/4.043 AIDS). Selebihnya perempuan 2.175 ODHA (1.038 HIV/1.137 AIDS). Untuk golongan umur paling banyak didominasi 30-39 tahun dengan jumlah 3.842 ODHA (1.761 HIV/2.081 AIDS). Kemudian, umur 19-29 tahun 3.636 ODHA (1.471 HIV/2.165 AIDS) dan 40-49 tahun 1.242 ODHA (630 HIV/612 AIDS).

Sedangkan faktor risiko hubungan seks menunjukkan angka yang terbanyak dengan jumlah heteroseksual 7.376 ODHA (3.187 HIV/4.189 AIDS), pemakaian narkoba suntik atau intra drug user 1.118 (505 HIV/683 AIDS). Selanjutnya, transfusi darah: 84 (38 HIV/46 AIDS), anak yang terinfeksi dari ibu atau perinatal 122 (81 HIV/41 AIDS), ibu rumah tangga (IRT) 87 (71 HIV/15 AIDS), biseksual 55 (13 HIV/42 AIDS) serta hetero & IDUs: 141 (92 HIV/49 AIDS).

Data sejak April hingga Juni 2019 dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) dan IMS Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, Sumut berada pada posisi ke-6 setelah Jatim, DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Papua. Dari SIHA tersebut juga, jumlah kasus yang ditemukan dan dilaporkan masih jauh dari jumlah kasus HIV yang diperkirakan. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/