25.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Ibu & Dua Putranya Dimakamkan di Siborong-borong

Foto: Rizky/PM Jasad Nursaidah Nainggolan dan dua anaknya Jauhari Mulidapot Silaban dan Jafatar Silaban diangkut ke ambulans. Ketiganya tewas dalam  kebakaran di rumahnya di Jalan Ngumban Surbakti, Kamis (11/2/2016) malam.
Foto: Rizky/PM
Jasad Nursaidah Nainggolan dan dua anaknya Jauhari Mulidapot Silaban dan Jafatar Silaban diangkut ke ambulans. Ketiganya tewas dalam
kebakaran di rumahnya di Jalan Ngumban Surbakti, Kamis (11/2/2016) malam.

MEDAN, SUMUTOS.CO – Ibu dan dua putranya yang tewas terpanggang saat si jago merah melalap kediaman mereka di Jalan Ngumban Surbakti, simpang Jalan Setia Budi, Lingkungan IX, Kelurahan Tanjung Sari, Medan Selayang, akan dimakamkan di kampung halamannya, Desa Siborong-borong, Tapanuli Utara.

Setelah divisum di RSU Adam Malik Medan, jenazah Nursaida Boru Nainggolan (38) bersama kedua anaknya, Jhonatan Silaban (12) dan Jauhari Pandapotan Silaban (20) telah dibawa ke Siborong-borong, Jumat (12/2) pagi.

“Tadi pagi saya masih duduk-duduk di depan rumah sama para tetangga, kami lihat pak Jafatar Silaban lewat dengan 3 ambulans. Jenazah istri dan anaknya dimakamkan di sana,” kata Mahap Pakpahan (55), tetangga korban.

Pemakaman dan acara adatnya dilakukan di sana karena keluarga korban tak ada yang tinggal di Medan. “Di sini gak ada keluarga mereka,” beber Mahap seraya mengatakan selama ini keluarga korban sudah 2 tahun membuka usaha kedai kopi dan jual bensin eceran di pinggir jalan.

Menurutnya, saat kejadian, seluruh keluarga Jafatar sedang berada di dalam rumah karena listrik di lokasi juga padam. “Informasi yang saya dapat, mereka semua berada di dalam rumah, saat itu buk Nainggolan sedang mengisi bensin ke dalam botol, tiba-tiba mati lampu, lalu ibuk itu mencari lilin dan menghidupkannya, di situlah awal mulanya,” jelasnya.

Saat api menyambar tubuh Nursaida, kedua anaknya Jauhari dan Jhonatan berusaha membantu memadamkan api. “Jadi cerita yang saya dapatkan itu, kedua anaknya itu berusaha mematikan api yang ada di tubuh buk Nainggolan. Sementara pak Silaban dan anaknya si Putra sudah keluar dari rumah untuk minta bantuan,” jelasnya.

Mahap meyakini, tetangganya itu tidak akan kembalil agi ke Medan. Pasalnya, selain rumahnya sudah rata dengan tanah, mereka juga tidak punya saudara di Medan. “Kalau itu gak tahu kita, bisa saja gak kembali lagi, lihat ajalah nanti. Sudah rata dengan tanah, keluarga pun gak ada disini,” tandasnya.

Roni Sitompul (50) parbetor yang sering mangkal di warkop milik korban mengaku tak menyangka kejadian itu menewaskan boru Nainggolan dan kedua anaknya. “Kami setiap hari mangkal di warung kopi milik Silaban, kami cukup dekat dengan keluarga ini. Semalam pas kejadian kami juga duduk di sini, tapi api sangat cepat bang sudah kami siram pake air sekuat tenaga, tapi api bukan mengecil malah semakin besar. Kami gak nyangka kalau ibu itu sama anaknya masih di dalam rumah, kami pikir dia sudah lewat dari belakang rumah,” tandasnya.

Kebakaran disaat listrik padam yang menewaskan seorang ibu dan dua anaknya Kamis (11/2) sekira pukul 20.00 WIB.P eristiwa memilukan ini bermula saat padamnya listrik di kawasan kediaman korban. Untuk menerangi rumah mereka yang gelap, Jauhari pun menyalakan sebuah lilin.

Lilin itu ditaruh Jauhari tak jauh dari posisi ibunya yang tengah sibuk mengisi bensin ke botol air mineral untuk dijual. Api lilin itu yang diduga menyambar bensin tersebut, hingga api langsung berkobar. Jenazah ketiga korban ditemukan dengan posisi gosong dan berdempetan di kamar mandi rumah. (riz/deo)

Foto: Rizky/PM Jasad Nursaidah Nainggolan dan dua anaknya Jauhari Mulidapot Silaban dan Jafatar Silaban diangkut ke ambulans. Ketiganya tewas dalam  kebakaran di rumahnya di Jalan Ngumban Surbakti, Kamis (11/2/2016) malam.
Foto: Rizky/PM
Jasad Nursaidah Nainggolan dan dua anaknya Jauhari Mulidapot Silaban dan Jafatar Silaban diangkut ke ambulans. Ketiganya tewas dalam
kebakaran di rumahnya di Jalan Ngumban Surbakti, Kamis (11/2/2016) malam.

MEDAN, SUMUTOS.CO – Ibu dan dua putranya yang tewas terpanggang saat si jago merah melalap kediaman mereka di Jalan Ngumban Surbakti, simpang Jalan Setia Budi, Lingkungan IX, Kelurahan Tanjung Sari, Medan Selayang, akan dimakamkan di kampung halamannya, Desa Siborong-borong, Tapanuli Utara.

Setelah divisum di RSU Adam Malik Medan, jenazah Nursaida Boru Nainggolan (38) bersama kedua anaknya, Jhonatan Silaban (12) dan Jauhari Pandapotan Silaban (20) telah dibawa ke Siborong-borong, Jumat (12/2) pagi.

“Tadi pagi saya masih duduk-duduk di depan rumah sama para tetangga, kami lihat pak Jafatar Silaban lewat dengan 3 ambulans. Jenazah istri dan anaknya dimakamkan di sana,” kata Mahap Pakpahan (55), tetangga korban.

Pemakaman dan acara adatnya dilakukan di sana karena keluarga korban tak ada yang tinggal di Medan. “Di sini gak ada keluarga mereka,” beber Mahap seraya mengatakan selama ini keluarga korban sudah 2 tahun membuka usaha kedai kopi dan jual bensin eceran di pinggir jalan.

Menurutnya, saat kejadian, seluruh keluarga Jafatar sedang berada di dalam rumah karena listrik di lokasi juga padam. “Informasi yang saya dapat, mereka semua berada di dalam rumah, saat itu buk Nainggolan sedang mengisi bensin ke dalam botol, tiba-tiba mati lampu, lalu ibuk itu mencari lilin dan menghidupkannya, di situlah awal mulanya,” jelasnya.

Saat api menyambar tubuh Nursaida, kedua anaknya Jauhari dan Jhonatan berusaha membantu memadamkan api. “Jadi cerita yang saya dapatkan itu, kedua anaknya itu berusaha mematikan api yang ada di tubuh buk Nainggolan. Sementara pak Silaban dan anaknya si Putra sudah keluar dari rumah untuk minta bantuan,” jelasnya.

Mahap meyakini, tetangganya itu tidak akan kembalil agi ke Medan. Pasalnya, selain rumahnya sudah rata dengan tanah, mereka juga tidak punya saudara di Medan. “Kalau itu gak tahu kita, bisa saja gak kembali lagi, lihat ajalah nanti. Sudah rata dengan tanah, keluarga pun gak ada disini,” tandasnya.

Roni Sitompul (50) parbetor yang sering mangkal di warkop milik korban mengaku tak menyangka kejadian itu menewaskan boru Nainggolan dan kedua anaknya. “Kami setiap hari mangkal di warung kopi milik Silaban, kami cukup dekat dengan keluarga ini. Semalam pas kejadian kami juga duduk di sini, tapi api sangat cepat bang sudah kami siram pake air sekuat tenaga, tapi api bukan mengecil malah semakin besar. Kami gak nyangka kalau ibu itu sama anaknya masih di dalam rumah, kami pikir dia sudah lewat dari belakang rumah,” tandasnya.

Kebakaran disaat listrik padam yang menewaskan seorang ibu dan dua anaknya Kamis (11/2) sekira pukul 20.00 WIB.P eristiwa memilukan ini bermula saat padamnya listrik di kawasan kediaman korban. Untuk menerangi rumah mereka yang gelap, Jauhari pun menyalakan sebuah lilin.

Lilin itu ditaruh Jauhari tak jauh dari posisi ibunya yang tengah sibuk mengisi bensin ke botol air mineral untuk dijual. Api lilin itu yang diduga menyambar bensin tersebut, hingga api langsung berkobar. Jenazah ketiga korban ditemukan dengan posisi gosong dan berdempetan di kamar mandi rumah. (riz/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/