25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hanya Djoss yang Jujur Masalah Suku

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Djarot Syaiful Hidayat- Sihar Sitorus saat acara wawancara khusus dengan salah satu televisi swasta di Medan, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – Polemik tentang suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) yang kerap mewarnai pertarungan politik, selalu menjadi warna dalam perjalanan demokrasi. Ketidakdewasaan pelaku politik sering merugikan masyarakat umum. Masyarakat diharapkan dapat memilih dengan cerdas dan melihat siapa calon yang jujur dari berbagai hal, termasuk identitas suku dan agama.

Hal tersebut disampaikan tokoh Muslim di Sumut, H Imran Napitupulu, pengurus salah satu organisasi Islam. Ia mengaku sangat kecewa melihat keberadaan politisi yang kerap menggadaikan identitas demi mendulang suara.

“Kadang mengaku Jawa, kadang mengaku Aceh, kadang mengaku Batak. Untuk apa seperti itu? Toh juga masyarakat pandai dan akan memilih dengan bijak. Pilih yang jujur sajalah, yang benar-benar Jawa dan yang benar-benar Batak. Bukan yang mengaku-ngaku Jawa, Melayu ataupun Batak. Malu kita memilih calon tanpa jati diri,” katanya.

Imran juga mengatakan bahwa kebohongan sering dilakukan para politisi untuk mengelabui masyarakat. Termasuk di Sumatera Utara (Sumut). Keragaman budaya dan golongan di provinsi yang berbhinneka tersebut selalu dibenturkan dengan isu-isu SARA. Namun hal itu tidak akan membuat warga Sumut terkecoh. Mereka akan memilih pemimpin yang jujur.

“Kalau berpikir rasional, yang jujur dengan identitas hanya Haji Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus. Djarot tidak mau dibumbui marga karena dia memang Jawa, serta tegas mengatakan bahwa dia Jawa, Islam dan mengabdi untuk Sumut. Bahkan di balik ketegasannya dia diterima masyarakat Sumut termasuk non Muslim,” tegasnya.

Itu menurut Imran suatu ketegasan, bahwa Djarot tidak mau mengobral identitas dan jati diri hanya karena kepentingan politik. Sementara Sihar Sitorus yang sudah dikenal masyarakat Sumut juga melakukan hal yang sama. Dia tidak pernah berpura-pura jadi orang lain hanya untuk mengelabui masyarakat. Dia jujur sebagai putra Sumut, serta tegas menolak manipulasi identitas.

“Dia tetap konsisten sebagai Batak, karena itu identitas aslinya sebagai putra Sumut. Jadi kalau kita bicara dari aspek identitas maka yang tepat dan jujur hanya Djoss. Tidak menjadi siluman yang mengganti warna atau wujud hanya untuk membohongi warga,” jelasnya.(rel)

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Djarot Syaiful Hidayat- Sihar Sitorus saat acara wawancara khusus dengan salah satu televisi swasta di Medan, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – Polemik tentang suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) yang kerap mewarnai pertarungan politik, selalu menjadi warna dalam perjalanan demokrasi. Ketidakdewasaan pelaku politik sering merugikan masyarakat umum. Masyarakat diharapkan dapat memilih dengan cerdas dan melihat siapa calon yang jujur dari berbagai hal, termasuk identitas suku dan agama.

Hal tersebut disampaikan tokoh Muslim di Sumut, H Imran Napitupulu, pengurus salah satu organisasi Islam. Ia mengaku sangat kecewa melihat keberadaan politisi yang kerap menggadaikan identitas demi mendulang suara.

“Kadang mengaku Jawa, kadang mengaku Aceh, kadang mengaku Batak. Untuk apa seperti itu? Toh juga masyarakat pandai dan akan memilih dengan bijak. Pilih yang jujur sajalah, yang benar-benar Jawa dan yang benar-benar Batak. Bukan yang mengaku-ngaku Jawa, Melayu ataupun Batak. Malu kita memilih calon tanpa jati diri,” katanya.

Imran juga mengatakan bahwa kebohongan sering dilakukan para politisi untuk mengelabui masyarakat. Termasuk di Sumatera Utara (Sumut). Keragaman budaya dan golongan di provinsi yang berbhinneka tersebut selalu dibenturkan dengan isu-isu SARA. Namun hal itu tidak akan membuat warga Sumut terkecoh. Mereka akan memilih pemimpin yang jujur.

“Kalau berpikir rasional, yang jujur dengan identitas hanya Haji Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus. Djarot tidak mau dibumbui marga karena dia memang Jawa, serta tegas mengatakan bahwa dia Jawa, Islam dan mengabdi untuk Sumut. Bahkan di balik ketegasannya dia diterima masyarakat Sumut termasuk non Muslim,” tegasnya.

Itu menurut Imran suatu ketegasan, bahwa Djarot tidak mau mengobral identitas dan jati diri hanya karena kepentingan politik. Sementara Sihar Sitorus yang sudah dikenal masyarakat Sumut juga melakukan hal yang sama. Dia tidak pernah berpura-pura jadi orang lain hanya untuk mengelabui masyarakat. Dia jujur sebagai putra Sumut, serta tegas menolak manipulasi identitas.

“Dia tetap konsisten sebagai Batak, karena itu identitas aslinya sebagai putra Sumut. Jadi kalau kita bicara dari aspek identitas maka yang tepat dan jujur hanya Djoss. Tidak menjadi siluman yang mengganti warna atau wujud hanya untuk membohongi warga,” jelasnya.(rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/