26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Penanganan Banjir Pasang Belum Ada Solusi

BANJIR: Angkutan kota (angkot) saat melintasi genangan banjir rob di Kelurahan Belawan. Banjir rob meluas akibat minimnya daerah resapan air.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Penanganan banjir pasang atau rob di wilayah Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Medan Labuhan belum ada solusi. Untuk itu, perlu peninjauan ulang secara teknis untuk mendesain mengatasi dampak banjir rob tersebutn

Hal itu dikatakan Wakil Wali Kota Medan, Akhyar Nasution di acara HUT Bhayangkara ke – 73 di Lapangan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Rabu (10/7).

Dijelaskannya, bentuk pantai di Belawan tidak beraturan, secara teknis perlu dilakukan review desain. Karena, dampak rob bukan hanya di Belawan, tapi sudah meluas ke Kecamatan Medan Labuhan dan Marelan.

“Nanti kita bendung si Belawan, malah pasang ini mengalir ke wilayah lain. Ini adalah fenomena alam, inilah yang menjadi persoalannya. Jadi, solusinya belum ada titik temu,” terang Akhyar.

Akhyar mengaku, permasalahan banjir rob sudah dilaporkan Pemko Medan melalui Wali Kota Medan ke Presiden sudah direspon. Hanya saja, secara teknis masih review desain untuk mendapat metode penanganan banjir rob di Belawan.

“Pada tahun 2017 sudah ada diturunkan tim, jadi kita masih menunggu proses kajian, agar penanganan banjir pasang ini dapat solusi,” cetusnya sambil berlalu.

Sementara, Pengamat Lingkungan, Jaya Arjuna menilai, penanganan banjir rob di pesisir Utara Kota Medan tidak perlu dilakukan kajian, tapi solusinya melakukan normalisasi Sungai Deli. Sehingga, luapan banjir rob bisa mengalir ke sungai tersebut.

“Selama ini, Sungai Belawan yang dikerok, itu salah. Harusnya Sungai Deli yang dikerok dari hulu sampai hilir, bukan melakukan kajian, sampai kapan pun pasti tidak ada solusi,” tegasnya.

Dosen USU ini mengatakan, pemerintah daerah tidak perlu melaporkan masalah itu ke Presiden, jangan mempersulit situasi untuk mengatasi masalahnya. Yang jelas, kata Jaya Arjuna, prinsip air akan mengalir dari ketinggian ke rendah dan bila dibendung akan meluap atau memecah benteng tersebut.

“Serahkan ke saya, biar saya kasih solusinya. Tidak perlu lapor Presiden, lihat saja kanal yang dibangun tidak ada gunanya. Begitu juga mengenai banjir, kalau masih mau membuat benteng atau apapaun itu, pasti sia – sia. Yang jelas, masalah kedangkalan Sungai Deli yang jadi masalah selama ini,” tegasnya. (fac/ila)

BANJIR: Angkutan kota (angkot) saat melintasi genangan banjir rob di Kelurahan Belawan. Banjir rob meluas akibat minimnya daerah resapan air.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Penanganan banjir pasang atau rob di wilayah Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Medan Labuhan belum ada solusi. Untuk itu, perlu peninjauan ulang secara teknis untuk mendesain mengatasi dampak banjir rob tersebutn

Hal itu dikatakan Wakil Wali Kota Medan, Akhyar Nasution di acara HUT Bhayangkara ke – 73 di Lapangan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Rabu (10/7).

Dijelaskannya, bentuk pantai di Belawan tidak beraturan, secara teknis perlu dilakukan review desain. Karena, dampak rob bukan hanya di Belawan, tapi sudah meluas ke Kecamatan Medan Labuhan dan Marelan.

“Nanti kita bendung si Belawan, malah pasang ini mengalir ke wilayah lain. Ini adalah fenomena alam, inilah yang menjadi persoalannya. Jadi, solusinya belum ada titik temu,” terang Akhyar.

Akhyar mengaku, permasalahan banjir rob sudah dilaporkan Pemko Medan melalui Wali Kota Medan ke Presiden sudah direspon. Hanya saja, secara teknis masih review desain untuk mendapat metode penanganan banjir rob di Belawan.

“Pada tahun 2017 sudah ada diturunkan tim, jadi kita masih menunggu proses kajian, agar penanganan banjir pasang ini dapat solusi,” cetusnya sambil berlalu.

Sementara, Pengamat Lingkungan, Jaya Arjuna menilai, penanganan banjir rob di pesisir Utara Kota Medan tidak perlu dilakukan kajian, tapi solusinya melakukan normalisasi Sungai Deli. Sehingga, luapan banjir rob bisa mengalir ke sungai tersebut.

“Selama ini, Sungai Belawan yang dikerok, itu salah. Harusnya Sungai Deli yang dikerok dari hulu sampai hilir, bukan melakukan kajian, sampai kapan pun pasti tidak ada solusi,” tegasnya.

Dosen USU ini mengatakan, pemerintah daerah tidak perlu melaporkan masalah itu ke Presiden, jangan mempersulit situasi untuk mengatasi masalahnya. Yang jelas, kata Jaya Arjuna, prinsip air akan mengalir dari ketinggian ke rendah dan bila dibendung akan meluap atau memecah benteng tersebut.

“Serahkan ke saya, biar saya kasih solusinya. Tidak perlu lapor Presiden, lihat saja kanal yang dibangun tidak ada gunanya. Begitu juga mengenai banjir, kalau masih mau membuat benteng atau apapaun itu, pasti sia – sia. Yang jelas, masalah kedangkalan Sungai Deli yang jadi masalah selama ini,” tegasnya. (fac/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/