28.9 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

788 Penderita Diabetes Berobat ke RSUD Pirngadi Medan

Diabetes bisa mengganggu fungsi otak.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Sebanyak 788 penderita Diabetes Militus (DM) berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan, sejak Januari hingga November 2016. Dari jumlah itu, sebanyak 119 penderita, meninggal dunia. Hal tersebut dikatakan Kasubbag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi, Edison Peranginangin, Jumat (13/1) siang.”Sisanya 669 penderita masih menjalani pengobatan, ” ujar Edison.

Edison merincikan, jumlah itu, pada Januari 89 orang, Februari 66 orang, Maret 97 orang, April 73 orang, Mei 68 orang, Juni 64 orang, Juli 56 orang, Agustus 58 orang, September 62 orang, Oktober 87 orang dan November 68 orang. Dengan jumlah itu, penyakit DM termasuk pada 5 besar penyakit terbanyak di RSUD dr Pirngadi Medan.

Sebelumnya, diketahui jumlah penderita Diabetes Militus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis di Sumatera Utara, masih sangat tingi.

Berdasarkan data yang diterima Sumut Pos dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, sejak Januari 2016 hingga Oktober 2016, tercatat 16.482 orang menderita DM. Bahkan, jumlah itu belum seluruhnya karena 10 Kabupaten/Kota yakni Medan, Deliserdang, Labuhan Batu Selatan, Tanjung Balai, Tapanuli Utara, Samosir, Tapanuli Selatan Nias dan Nias Utara, belum menyerahkan data ke Dinkes Sumut.

Berdasarkan data tersebut, tercatat paling banyak menderita DM adalah DM Tipe II dengan jumlah 99.921, kemudian DM Tipe II dengan jumlah 6.475 dan DM Gestasional dengan jumlah 86. Untuk daerah yang paling tinggi penderita DM, terlihat di data itu adalah Asahan dengan jumlah 3.286, Langkat dengan jumlah 2.403, Pematang Siantar dengan jumlah 1.992, Toba Samosir dengan jumlah 1.343, Sibolga dengan jumlah 1.265 dan Batubara dengan jumlah 1.083.

Untuk penderita terbanyak, terlihat pada data tersebut adalah wanita dengan jumlah 9.444. Sementara dilihat dari usia, paling banyak penderita berusia di atas 55 tahun dengan jumlah 8.725, usia 45 sampai 54 tahun berjumlah 5.402 dan usia 19 sampai 44 tahun berjumlah 2.355.

Sementara bila dibanding dengan tahun 2015, sejak Januari hingga Oktober 2015, tercatat penderita DM di Sumut mencapai 56.080. Dari jumlah itu, terbagi pada 46.752 penderita DM Tipe II, 8.941 penderita DM Tipe I dan 387 penderita DM Gestasional. Untuk klasifikasi  jenis kelamin penderita, di tahun 2015 juga didominasi wanita dengan jumlah 31.361. Sementara usia penderita, juga didominasi usia di atas 55 tahun.

Dokter Dharma Lindarto Sp PD KEMD menjelaskan, diabetes tipe I pada umumnya menyerang pasien usia di bawah 40 tahun bahkan anak-anak. Namun dapat timbul di usia berapapun. Diabetes tipe I disebutnya termasuk jenis diabetes dengan produksi insulin yang rendah karena kerusakan pankreas, sehingga ketergantungan insulin.

Jika tubuh kurang insulin, lanjutnya, kadar gula darah akan meningkat drastis akibat terjadinya penumpukan yang disebut hiperglikemia. Penyebab kurangnya produksi insulin oleh pankreas pada penderita diabetes tipe 1, belum diketahui hingga saat ini sehingga belum dapat disimpulkan cara pencegahannya dan hanya bisa dikendalikan.

“Diabetes tidak ada gejalanya. Kalau sudah komplikasi, baru kelihatan gejalanya. Komplikasi itu terkadang menyebabkan kematian,”  ujar dr Dharma.

Sedangkan diabetes tipe 2, kata dr Dharma, adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih dan kurang gerak fisik serta kurang makan buah dan sayur.

Pola hidup yang tidak aktif, lanjutnya, memicu terjadinya penyakit ini. Itulah sebabnya diabetes tipe 2 biasa ditemukan pada orang dewasa atau usia 45 tahun sampai 54 tahun. Meski tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting, untuk segera ditangani dengan mengendalikan kadar gula darah penderita diabetes dan untuk mencegah komplikasi. “Kalau dapat dikendalikan dengan baik, maka hidupnya sama dengan orang tidak terkena diabetes, “ sambung dr Dharma.

Sementara diabetes gestasional, disebut dr Darma, adalah diabetes yang dialami oleh ibu hamil. Diabetes gestasional terjadi karena wanita yang hamil terkadang memiliki kadar gula darah yang melebihi normal, meski masih belum termasuk kadar gula pada diabetes, namun tetap tidak bisa dikendalikan insulin. Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada ibu serta janin. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah.“Kalau diabetes pada ibu hamil, tidak hanya membahayakan ibu saja, janin juga. Jadi harus rajin dikontrol dan ditangani dengan baik, “ lanjut dr Dharma.

Sedangkan pencegahan, dr Darma bilang, pola hidup sehat dengan pergerakan jasmani yang aktif dan teratur serta mengkonsumsi buah dan sayur, dapat mencegah diabetes. Begitu juga dengan pendeteksian sejak dini, cukup efektif mengendalikan diabetes jika memang terkena, sehingga tidak sampai terjadi komplikasi.

“Kegemukan dan riwayat keluarga menderita diabetes, beresiko besar untuk orang menderita diabetes. Terlebih ditambah pola hidup tidak sehat dengan mengkonsumsi fast food, lemak berlebih dan aktivitas jasmani yang semakin kurang di zaman serba canggih ini, membuat resiko diabetes itu meningkat,” pungkas dr Dharma. (ain/ila)

Diabetes bisa mengganggu fungsi otak.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Sebanyak 788 penderita Diabetes Militus (DM) berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan, sejak Januari hingga November 2016. Dari jumlah itu, sebanyak 119 penderita, meninggal dunia. Hal tersebut dikatakan Kasubbag Hukum dan Humas RSUD dr Pirngadi, Edison Peranginangin, Jumat (13/1) siang.”Sisanya 669 penderita masih menjalani pengobatan, ” ujar Edison.

Edison merincikan, jumlah itu, pada Januari 89 orang, Februari 66 orang, Maret 97 orang, April 73 orang, Mei 68 orang, Juni 64 orang, Juli 56 orang, Agustus 58 orang, September 62 orang, Oktober 87 orang dan November 68 orang. Dengan jumlah itu, penyakit DM termasuk pada 5 besar penyakit terbanyak di RSUD dr Pirngadi Medan.

Sebelumnya, diketahui jumlah penderita Diabetes Militus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis di Sumatera Utara, masih sangat tingi.

Berdasarkan data yang diterima Sumut Pos dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, sejak Januari 2016 hingga Oktober 2016, tercatat 16.482 orang menderita DM. Bahkan, jumlah itu belum seluruhnya karena 10 Kabupaten/Kota yakni Medan, Deliserdang, Labuhan Batu Selatan, Tanjung Balai, Tapanuli Utara, Samosir, Tapanuli Selatan Nias dan Nias Utara, belum menyerahkan data ke Dinkes Sumut.

Berdasarkan data tersebut, tercatat paling banyak menderita DM adalah DM Tipe II dengan jumlah 99.921, kemudian DM Tipe II dengan jumlah 6.475 dan DM Gestasional dengan jumlah 86. Untuk daerah yang paling tinggi penderita DM, terlihat di data itu adalah Asahan dengan jumlah 3.286, Langkat dengan jumlah 2.403, Pematang Siantar dengan jumlah 1.992, Toba Samosir dengan jumlah 1.343, Sibolga dengan jumlah 1.265 dan Batubara dengan jumlah 1.083.

Untuk penderita terbanyak, terlihat pada data tersebut adalah wanita dengan jumlah 9.444. Sementara dilihat dari usia, paling banyak penderita berusia di atas 55 tahun dengan jumlah 8.725, usia 45 sampai 54 tahun berjumlah 5.402 dan usia 19 sampai 44 tahun berjumlah 2.355.

Sementara bila dibanding dengan tahun 2015, sejak Januari hingga Oktober 2015, tercatat penderita DM di Sumut mencapai 56.080. Dari jumlah itu, terbagi pada 46.752 penderita DM Tipe II, 8.941 penderita DM Tipe I dan 387 penderita DM Gestasional. Untuk klasifikasi  jenis kelamin penderita, di tahun 2015 juga didominasi wanita dengan jumlah 31.361. Sementara usia penderita, juga didominasi usia di atas 55 tahun.

Dokter Dharma Lindarto Sp PD KEMD menjelaskan, diabetes tipe I pada umumnya menyerang pasien usia di bawah 40 tahun bahkan anak-anak. Namun dapat timbul di usia berapapun. Diabetes tipe I disebutnya termasuk jenis diabetes dengan produksi insulin yang rendah karena kerusakan pankreas, sehingga ketergantungan insulin.

Jika tubuh kurang insulin, lanjutnya, kadar gula darah akan meningkat drastis akibat terjadinya penumpukan yang disebut hiperglikemia. Penyebab kurangnya produksi insulin oleh pankreas pada penderita diabetes tipe 1, belum diketahui hingga saat ini sehingga belum dapat disimpulkan cara pencegahannya dan hanya bisa dikendalikan.

“Diabetes tidak ada gejalanya. Kalau sudah komplikasi, baru kelihatan gejalanya. Komplikasi itu terkadang menyebabkan kematian,”  ujar dr Dharma.

Sedangkan diabetes tipe 2, kata dr Dharma, adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih dan kurang gerak fisik serta kurang makan buah dan sayur.

Pola hidup yang tidak aktif, lanjutnya, memicu terjadinya penyakit ini. Itulah sebabnya diabetes tipe 2 biasa ditemukan pada orang dewasa atau usia 45 tahun sampai 54 tahun. Meski tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting, untuk segera ditangani dengan mengendalikan kadar gula darah penderita diabetes dan untuk mencegah komplikasi. “Kalau dapat dikendalikan dengan baik, maka hidupnya sama dengan orang tidak terkena diabetes, “ sambung dr Dharma.

Sementara diabetes gestasional, disebut dr Darma, adalah diabetes yang dialami oleh ibu hamil. Diabetes gestasional terjadi karena wanita yang hamil terkadang memiliki kadar gula darah yang melebihi normal, meski masih belum termasuk kadar gula pada diabetes, namun tetap tidak bisa dikendalikan insulin. Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada ibu serta janin. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah.“Kalau diabetes pada ibu hamil, tidak hanya membahayakan ibu saja, janin juga. Jadi harus rajin dikontrol dan ditangani dengan baik, “ lanjut dr Dharma.

Sedangkan pencegahan, dr Darma bilang, pola hidup sehat dengan pergerakan jasmani yang aktif dan teratur serta mengkonsumsi buah dan sayur, dapat mencegah diabetes. Begitu juga dengan pendeteksian sejak dini, cukup efektif mengendalikan diabetes jika memang terkena, sehingga tidak sampai terjadi komplikasi.

“Kegemukan dan riwayat keluarga menderita diabetes, beresiko besar untuk orang menderita diabetes. Terlebih ditambah pola hidup tidak sehat dengan mengkonsumsi fast food, lemak berlebih dan aktivitas jasmani yang semakin kurang di zaman serba canggih ini, membuat resiko diabetes itu meningkat,” pungkas dr Dharma. (ain/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/