28 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Paslon Dianggap Kurang Paham Sejarah

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) menyampaikan program disaksikan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) pada Debat Publik Kedua Pilgub Sumut di Adimulia Hotel Medan, Sabtu (12/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Pembangunan yang Berkeadilan dan Berkesetaraan.

Segmen dua, mengenai strategi ketimpangan antarwilayah Pantai Timur, dataran tinggi dan Kepulauan Nias, Sihar menjawab pihaknya akan melakukan efesiensi dalam operasional APBD, tindakan untuk mengurangi kebocoran anggaran dan tersedianya investasi serta melibatkan dana CSR dari BUMD dan kemitraan pemerintah. “Dengan demikian kita alokasikan dana kepada daerah yang sangat membutuhkan, seperti Nias,” katanya.

Menyikapi itu, Edy menyebut, ketimpangan seperti apa yang dimaksud pasangan Djoss. Di mana bukan sekadar soal infrastruktur melainkan aspek lainnya. “Sehingga alokasi APBD Sumut yang begitu kecil saat ini, bisa untuk pemerataan pembangunan,” katanya.

Menimpali hal ini, Djarot menyebut, ketimpangan tidak sekadar infrastuktur melainkan akses ekonomi dan pendapatan daerah. Disebutnya bagi daerah dengan income paling rendah harus mendapat prioritas bantuan ketimbang daerah lainnya. “Kita akan mendorong pola pembangunan berpusat pada pusat-pusat pertumbuhan untuk mengintegrasikan kawasan ekonomi khusus, supaya konektivitas antarwilayah betul-betul terwujud. Saya yakin itu bisa kami kerjakan dalam waktu lima tahun,” ujarnya.

Selanjutnya saat ditanya soal konsepnya membangun pendidikan di Sumut yang notabene nilai APBD Sumut di sektor pendidikan ini masih kecil, Cagubsu Edy Rahmayadi menjawab dengan tegas. “Bagi kami, pastikan dulu programnya, baru dipastikan penyerapan anggarannya. Kami melihat anggaran yang ada di APBD Sumut kecil memang, tapi penyerapannya belum maksimal. Maka itu kita pastikan dulu maksimal penyerapannya,” katanya. Pendidikan kata Edy bukan hanya pendidikan formal, tapi juga nonformal dan life learning. “Ini menanamkan budi pekerti bagi anak-anak Sumut. Ilmu itu benar. Persepsi kita harus disamakan dulu untuk anak-anak Sumut,” imbuhnya.

Menanggapi hal ini, Cawagubsu nomor dua, Sihar Sitorus menyebut Edy melupakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). “Pak Edy sepertinya melupakan dana BOS. Padahal itu ada untuk pendidikan. Kalau itu dimanfaatkan, tentu sangat baik sekali untuk pendidikan Sumut,” ujarnya.

Pada sesi debat saling menanggapi, Cagubsu nomor dua, Djarot Saiful Hidayat sempat melayangkan pertanyaan bagaimana konsep yang ditawarkan rivalnya itu dalam mengatasi persiapan stunting. “Bagaimana cara Bapak Edy mengatasi persoalan stunting apabila terpilih kelak,” tanyanya.

Edy yang mendengar pertanyaan tersebut tidak bisa berbicara banyak. Sebab, dia tidak mengerti apa itu stunting. “Saya tidak bisa menjawab apa yang saya tidak tahu,” katanya.

Menanggapi jawaban Edy, Djarot lantas menjelaskan apa itu stunting. Menurutnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah pertumbuhan si kecil.

Setelah mengetahui penjelasan itu, Edy pun menanggapi secara berapi-api. “Kalau itu arti stunting, seperti di daerah bapak (Djarot) dulu masih banyak stunting,” bilangnya.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) menyampaikan program disaksikan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) pada Debat Publik Kedua Pilgub Sumut di Adimulia Hotel Medan, Sabtu (12/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Pembangunan yang Berkeadilan dan Berkesetaraan.

Segmen dua, mengenai strategi ketimpangan antarwilayah Pantai Timur, dataran tinggi dan Kepulauan Nias, Sihar menjawab pihaknya akan melakukan efesiensi dalam operasional APBD, tindakan untuk mengurangi kebocoran anggaran dan tersedianya investasi serta melibatkan dana CSR dari BUMD dan kemitraan pemerintah. “Dengan demikian kita alokasikan dana kepada daerah yang sangat membutuhkan, seperti Nias,” katanya.

Menyikapi itu, Edy menyebut, ketimpangan seperti apa yang dimaksud pasangan Djoss. Di mana bukan sekadar soal infrastruktur melainkan aspek lainnya. “Sehingga alokasi APBD Sumut yang begitu kecil saat ini, bisa untuk pemerataan pembangunan,” katanya.

Menimpali hal ini, Djarot menyebut, ketimpangan tidak sekadar infrastuktur melainkan akses ekonomi dan pendapatan daerah. Disebutnya bagi daerah dengan income paling rendah harus mendapat prioritas bantuan ketimbang daerah lainnya. “Kita akan mendorong pola pembangunan berpusat pada pusat-pusat pertumbuhan untuk mengintegrasikan kawasan ekonomi khusus, supaya konektivitas antarwilayah betul-betul terwujud. Saya yakin itu bisa kami kerjakan dalam waktu lima tahun,” ujarnya.

Selanjutnya saat ditanya soal konsepnya membangun pendidikan di Sumut yang notabene nilai APBD Sumut di sektor pendidikan ini masih kecil, Cagubsu Edy Rahmayadi menjawab dengan tegas. “Bagi kami, pastikan dulu programnya, baru dipastikan penyerapan anggarannya. Kami melihat anggaran yang ada di APBD Sumut kecil memang, tapi penyerapannya belum maksimal. Maka itu kita pastikan dulu maksimal penyerapannya,” katanya. Pendidikan kata Edy bukan hanya pendidikan formal, tapi juga nonformal dan life learning. “Ini menanamkan budi pekerti bagi anak-anak Sumut. Ilmu itu benar. Persepsi kita harus disamakan dulu untuk anak-anak Sumut,” imbuhnya.

Menanggapi hal ini, Cawagubsu nomor dua, Sihar Sitorus menyebut Edy melupakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). “Pak Edy sepertinya melupakan dana BOS. Padahal itu ada untuk pendidikan. Kalau itu dimanfaatkan, tentu sangat baik sekali untuk pendidikan Sumut,” ujarnya.

Pada sesi debat saling menanggapi, Cagubsu nomor dua, Djarot Saiful Hidayat sempat melayangkan pertanyaan bagaimana konsep yang ditawarkan rivalnya itu dalam mengatasi persiapan stunting. “Bagaimana cara Bapak Edy mengatasi persoalan stunting apabila terpilih kelak,” tanyanya.

Edy yang mendengar pertanyaan tersebut tidak bisa berbicara banyak. Sebab, dia tidak mengerti apa itu stunting. “Saya tidak bisa menjawab apa yang saya tidak tahu,” katanya.

Menanggapi jawaban Edy, Djarot lantas menjelaskan apa itu stunting. Menurutnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah pertumbuhan si kecil.

Setelah mengetahui penjelasan itu, Edy pun menanggapi secara berapi-api. “Kalau itu arti stunting, seperti di daerah bapak (Djarot) dulu masih banyak stunting,” bilangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru