26 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Modus Baru: Teror Libatkan Anak-anak

500 WNI dari Suriah Diawasi

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo berusaha menjawab kekhawatiran masyarakat, soal WNI yang pulang dari Syria atau Suriah, bakal melakukan aksi teror di Indonesia.

Kekhawatiran masyarakat muncul menyusul kerusuhan narapidana teroris di Rutan Salemba cabang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, aksi teror bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan sejumlah aksi teror yang kembali terjadi Senin (14/5).

Menurut Tjahjo, para WNI yang pulang ke Indonesia tidak begitu saja dikembalikan ke tengah masyarakat. Mereka akan terlebih dahulu dididik oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Setelah itu dikembalikan ke daerah masing-masing. Nama, alamat tempat tinggal mereka itu dicatat. Kemudian kami sampaikan ke daerah lewat kesbangpol (badan Kesatuan Bangsa dan Politik),” ucapnya.

Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan ini lebih lanjut mengatakan, data para WNI tersebut beserta anggota keluarganya sangat penting. Dengan demikian aparat bisa memantau apakah mereka benar-benar ingin kembali sebagai warga negara yang baik, atau ingin membuat kerusuhan di tanah air.

“Negara kita paling baik, mereka itu meninggalkan Indonesia, menyobek-nyobek paspor. Namun, yang namanya mereka di sana tidak kerasan (diterima kembali dengan catatan mengikuti seluruh aturan yang ada,red),” kata Tjahjo.

Polisi mengatakan, kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) memiliki anggota paling banyak di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Untuk mencegah sel-sel kelompok JAD di wilayah lain ‘bangkit’, polisi akan mengecek data terduga teroris yang dimilikinya dan mengikuti pergerakan mereka.

“Yang paling besar JAD di Jawa Barat, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Jawa Timur. Ini yang harus kami waspadai. Tetapi daerah-daerah lain juga ada. Seperti Bima, Poso. Itu JAD semua,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/5/2018).

“(Upaya pencegahan) kami coba cek dulu database kami. Karena database itu bisa saja berubah,” sambungnya.

Setyo menuturkan selama ini polisi menilai sel-sel teroris diketahui dalam status ‘tidur’. Meski sudah dipantau pergerakannya oleh polisi intelijen, para teroris dapat menghindar. “Selama ini kan sel-sel tidur ini, mereka pinter juga ngeles. Diikuti intelijen, mereka ngeles juga,” ujar Setyo. (bbs/mea)

500 WNI dari Suriah Diawasi

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo berusaha menjawab kekhawatiran masyarakat, soal WNI yang pulang dari Syria atau Suriah, bakal melakukan aksi teror di Indonesia.

Kekhawatiran masyarakat muncul menyusul kerusuhan narapidana teroris di Rutan Salemba cabang Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, aksi teror bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan sejumlah aksi teror yang kembali terjadi Senin (14/5).

Menurut Tjahjo, para WNI yang pulang ke Indonesia tidak begitu saja dikembalikan ke tengah masyarakat. Mereka akan terlebih dahulu dididik oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Setelah itu dikembalikan ke daerah masing-masing. Nama, alamat tempat tinggal mereka itu dicatat. Kemudian kami sampaikan ke daerah lewat kesbangpol (badan Kesatuan Bangsa dan Politik),” ucapnya.

Mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan ini lebih lanjut mengatakan, data para WNI tersebut beserta anggota keluarganya sangat penting. Dengan demikian aparat bisa memantau apakah mereka benar-benar ingin kembali sebagai warga negara yang baik, atau ingin membuat kerusuhan di tanah air.

“Negara kita paling baik, mereka itu meninggalkan Indonesia, menyobek-nyobek paspor. Namun, yang namanya mereka di sana tidak kerasan (diterima kembali dengan catatan mengikuti seluruh aturan yang ada,red),” kata Tjahjo.

Polisi mengatakan, kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) memiliki anggota paling banyak di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Untuk mencegah sel-sel kelompok JAD di wilayah lain ‘bangkit’, polisi akan mengecek data terduga teroris yang dimilikinya dan mengikuti pergerakan mereka.

“Yang paling besar JAD di Jawa Barat, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Jawa Timur. Ini yang harus kami waspadai. Tetapi daerah-daerah lain juga ada. Seperti Bima, Poso. Itu JAD semua,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/5/2018).

“(Upaya pencegahan) kami coba cek dulu database kami. Karena database itu bisa saja berubah,” sambungnya.

Setyo menuturkan selama ini polisi menilai sel-sel teroris diketahui dalam status ‘tidur’. Meski sudah dipantau pergerakannya oleh polisi intelijen, para teroris dapat menghindar. “Selama ini kan sel-sel tidur ini, mereka pinter juga ngeles. Diikuti intelijen, mereka ngeles juga,” ujar Setyo. (bbs/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru