26.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

7.440 Jamaah Asal Sumut Sudah di Tanah Suci, Embarkasi Medan Tersisa 3 Kloter

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hingga keberangkatan calon jamaah haji (CJH) kelompok terbang (kloter) 21, hingga kini Embarkasi Medan menyisakan 3 kloter lagi. Dengan begitu, saat ini tercatat 7.440 CJH sudah tiba di Tanah Suci, Makkah.

Humas Pembantu Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (P3IH) Embarkasi Medan, M Yunus mengatakan, kloter 21 asal Kabupaten Padanglawas Utara dan Mandailing Natal berjumlah 359 jamaah yang telah diberangkatkan kemarin malam. “Sudah 7.440 jamaah berada di Tanah Suci atau 88,11 persen. Tersisa 999 jamaah atau 3 kloter lagi,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (14/6).

Dari jumlah tersebut, ia merincikan, jamaah pria 2.969 orang dan jamaah wanita 4.471 orang. “Jamaah wafat 5 orang, tiga wafat di Arab Saudi dan 2 wafat di Asrama Haji Medan,” sebutnya.

Sementara itu, CJH kloter 22 asal Kabupaten Labuhanbatu Utara, Gunung Sitoli, Padanglawas Utara dan Kota Medan, menurut jadwal akan dilepas dari Aula Madinatul Hujjaj, Asrama Haji Medan pukul 21.45 Wib. “Sedangkan take off dari Bandara KNO menuju Jeddah, sekira pukul 02.45 Wib dinihari,” pungkas Yunus.

Sementara itu, seiring dengan terus berdatangannya jamaah di Makkah, kondisi di Masjidilharam semakin padat. Aktivitas umrah wajib yang dilakoni jamaah juga semakin menantang. Tidak jarang, jamaah melakukan aktivitas atau ibadah umrah wajib tersebut pada malam atau dini hari.

Kondisi tersebut menjadi perhatian penting bagi petuga layanan perlindungan jamaah (Linjam). Kepala Seksi Linjam Daker Makkah Rizal Kani mengatakan, personel Linjam turun gunung melakukan pemantauan di kawasan Masjidilharam. Dia mengatakan, jamaah yang berangkat umrah wajib pada malam hari, kemungkinan besar belum makan malam. “Kita jemput bola, kasihan mereka. Sudah tawaf dan sa’i memakan banyak tenaga,” tuturnya saat ditemui di terminal Syib Amir kemarin.

Jamaah yang kedapatan melakukan umrah wajib hingga dinihari, beberapa diberikan air minum dan roti untuk sekadar ganjal perut. Kemudian jika ada jemaah yang terpisah dari rombongannya, diantar sampai ke hotel.

Menurut dia umrah wajib pada malam hari lebih nyaman karena tidak panas. Jemaah yang masih kuat atau sehat, bisa membantu mengawasi jemaah lansia di rombongannya saat melakukan umrah wajib atau umrah qudum.

Sementara itu, mengingat puncak haji masih cukup lama, kondisi ini harus menjadi perhatian jamaah, khsususnya kelompok lanjut usia dan risiko tinggi (risti) diimbau menjaga kesehatannya dengan baik. “Untuk beribadah khususnya salat lima waktu, Jamah lansia dan risti dapat memanfaatkan musala hotel atau masjid di sekitar hotel, agar terhindar dari kelelahan” kta Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin di Jakarta, Rabu (14/6).

“Salat di musala dan masjid sekitar hotel memiliki keutamaan dan pahala yang sama bila salat di Masjidil Haram. Pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah tidak dikhususkan di Masjidil Haram saja, tetapi mencakup semua Tanah Haram, dan semua hotel Jamaah haji Indonesia berada di Tanah Haram,” sambung Fauzin.

Mengingat suhu di Makkah yang cukup panas berkisar 31-42 derajat celcius, bagi jamaah yang akan melaksanakan umrah wajib, sebaiknya tidak memaksakan diri melakukan di momen terik siang hari dan momen dengan tingkat kepadatan tinggi di Masjidil Haram, utamanya bersamaan dengan waktu salat berjamaah.

“Jamaah yang tiba di Makkah siang hari, sebaiknya tidak memaksakan diri langsung umrah wajib, tapi istirahat terlebih dahulu di hotel,” jelasnya.

Selain kondisi Masjidil Haram padat saat shalat, pada rentang waktu-waktu salat, kondisi terminal bus salawat juga sangat padat oleh jamaah yang datang untuk salat berjamaah di Masjidil Haram dan pulang dari Masjidil Haram setelah berjamaah. Jamaah yang tiba di Makkah pada siang dan sore hari, bisa mengambil waktu umrah wajib pada malam hari.

“Jamaah yang menunggu dan akan melaksanakan umrah wajib di momen yang lebih lapang dan tidak padat di Masjidil Haram, harus tetap memperhatikan ketentuan dan larangan-larangan selama ihram,” ujarnya. (jpg/man/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hingga keberangkatan calon jamaah haji (CJH) kelompok terbang (kloter) 21, hingga kini Embarkasi Medan menyisakan 3 kloter lagi. Dengan begitu, saat ini tercatat 7.440 CJH sudah tiba di Tanah Suci, Makkah.

Humas Pembantu Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (P3IH) Embarkasi Medan, M Yunus mengatakan, kloter 21 asal Kabupaten Padanglawas Utara dan Mandailing Natal berjumlah 359 jamaah yang telah diberangkatkan kemarin malam. “Sudah 7.440 jamaah berada di Tanah Suci atau 88,11 persen. Tersisa 999 jamaah atau 3 kloter lagi,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (14/6).

Dari jumlah tersebut, ia merincikan, jamaah pria 2.969 orang dan jamaah wanita 4.471 orang. “Jamaah wafat 5 orang, tiga wafat di Arab Saudi dan 2 wafat di Asrama Haji Medan,” sebutnya.

Sementara itu, CJH kloter 22 asal Kabupaten Labuhanbatu Utara, Gunung Sitoli, Padanglawas Utara dan Kota Medan, menurut jadwal akan dilepas dari Aula Madinatul Hujjaj, Asrama Haji Medan pukul 21.45 Wib. “Sedangkan take off dari Bandara KNO menuju Jeddah, sekira pukul 02.45 Wib dinihari,” pungkas Yunus.

Sementara itu, seiring dengan terus berdatangannya jamaah di Makkah, kondisi di Masjidilharam semakin padat. Aktivitas umrah wajib yang dilakoni jamaah juga semakin menantang. Tidak jarang, jamaah melakukan aktivitas atau ibadah umrah wajib tersebut pada malam atau dini hari.

Kondisi tersebut menjadi perhatian penting bagi petuga layanan perlindungan jamaah (Linjam). Kepala Seksi Linjam Daker Makkah Rizal Kani mengatakan, personel Linjam turun gunung melakukan pemantauan di kawasan Masjidilharam. Dia mengatakan, jamaah yang berangkat umrah wajib pada malam hari, kemungkinan besar belum makan malam. “Kita jemput bola, kasihan mereka. Sudah tawaf dan sa’i memakan banyak tenaga,” tuturnya saat ditemui di terminal Syib Amir kemarin.

Jamaah yang kedapatan melakukan umrah wajib hingga dinihari, beberapa diberikan air minum dan roti untuk sekadar ganjal perut. Kemudian jika ada jemaah yang terpisah dari rombongannya, diantar sampai ke hotel.

Menurut dia umrah wajib pada malam hari lebih nyaman karena tidak panas. Jemaah yang masih kuat atau sehat, bisa membantu mengawasi jemaah lansia di rombongannya saat melakukan umrah wajib atau umrah qudum.

Sementara itu, mengingat puncak haji masih cukup lama, kondisi ini harus menjadi perhatian jamaah, khsususnya kelompok lanjut usia dan risiko tinggi (risti) diimbau menjaga kesehatannya dengan baik. “Untuk beribadah khususnya salat lima waktu, Jamah lansia dan risti dapat memanfaatkan musala hotel atau masjid di sekitar hotel, agar terhindar dari kelelahan” kta Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin di Jakarta, Rabu (14/6).

“Salat di musala dan masjid sekitar hotel memiliki keutamaan dan pahala yang sama bila salat di Masjidil Haram. Pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah tidak dikhususkan di Masjidil Haram saja, tetapi mencakup semua Tanah Haram, dan semua hotel Jamaah haji Indonesia berada di Tanah Haram,” sambung Fauzin.

Mengingat suhu di Makkah yang cukup panas berkisar 31-42 derajat celcius, bagi jamaah yang akan melaksanakan umrah wajib, sebaiknya tidak memaksakan diri melakukan di momen terik siang hari dan momen dengan tingkat kepadatan tinggi di Masjidil Haram, utamanya bersamaan dengan waktu salat berjamaah.

“Jamaah yang tiba di Makkah siang hari, sebaiknya tidak memaksakan diri langsung umrah wajib, tapi istirahat terlebih dahulu di hotel,” jelasnya.

Selain kondisi Masjidil Haram padat saat shalat, pada rentang waktu-waktu salat, kondisi terminal bus salawat juga sangat padat oleh jamaah yang datang untuk salat berjamaah di Masjidil Haram dan pulang dari Masjidil Haram setelah berjamaah. Jamaah yang tiba di Makkah pada siang dan sore hari, bisa mengambil waktu umrah wajib pada malam hari.

“Jamaah yang menunggu dan akan melaksanakan umrah wajib di momen yang lebih lapang dan tidak padat di Masjidil Haram, harus tetap memperhatikan ketentuan dan larangan-larangan selama ihram,” ujarnya. (jpg/man/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/