30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Prihatin Kondisi Kurikulum Sejarah

Minimnya pengetahuan sejarah para siswa saat ini cukup memperihatinkan. Hal ini tak terlepas dari minimnya materi pelajaran sejarah yang diberikan kepada para siswa. Untuk siswa SD dan SMP, mereka hanya mendapatkan pelajaran sejarah di mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan di SMA, siswa jurusann IPS hanya mendapatkan 2 les seminggu, sedangkan siswa jurusan IPA sama sekali tak ada.

Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Studi Sejarah dan Imu-ilmu Sosial (PUSSIS) Unimed Ichwan Azhari kepada wartawan Sumut Pos Rahmat Sazaly, Minggu (13/11). Berikut petikan wawancaranya.

Saat ini, pengetahuan sejarah para siswa sangat minim. Apa kira-kira penyebabnya?
Saya rasa karena minimnya jam tatap muka pelajaran sejarah tersebut. Bisa kita jabarkan, untuk tingkat SD dan SMP, siswa hanya mendapatkan pelajaran sejarah di mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan di SMA, siswa yang jurusan IPS hanya mendapatkan 2 les seminggu. Dan untuk jurusan IPA sama sekali tak ada. Ini jelas sangat kurang.

Apakah bukan karena penyampaian materi oleh guru yang tidak maksimal?
Memang, kita harus melihat kemampuan guru, baik dalam memahami materi juga cara mentransfer ilmu kepada siswa. Namun, semua itu juga tergantung pada kurikulumnya, apa targetnya. Hingga saat ini, guru hanya menjelaskan materi tanpa penghayatan.

Kita tentunya sangat prihatin dengan kondisi kurikulum pendidikan Sejarah Indonesia saat ini yang terlalu padat. Seharusnya, materi-materi yang disampaikan adalah materi yang dimengerti oleh siswa untuk membangun nilai-nilai bangsa.

Setiap sejarah di Indonesia seharusnya dimaknai, dibenahi dan dikembangkan lewat suatu metode diskusi. Misalnya, siswa harus bisa mempresentasikan apa yang didapatnya dari materi tersebut. Metode pembelajaran bisa dikembangkan melalui pelatihan secara intensif, berkesinambungan dan yang terpenting harus memiliki kontrol.

Dalam membenahi yang sudah ada sekarang ini, apa yang perlu kita lakukan?
Banyak faktor yang harus dibenahi, dari sarana pembelajaran hingga SDM. Yang pertama, kita belum memiliki kelengkapan buku sebagai sumber belajar. Kedua, terbatasnya jam tatap muka dan adanya perbedaan materi ajar pendidikan sejarah di program IPA, IPS dan Bahasa. Ketiga, masih terbatasnya kegiatan pengembangan profesi guru sejarah, baik dalam bentuk pelatihan, lokakarya maupun seminar. Keempat, sangat terbatasnya peran guru sejarah dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan, khususnya terkait dengan pendidikan sejarah. Dan terakhir, minimnya fasilitas dan pendanaan yang diberikan pemerintah pusat juga daerah terhadap pengembangan organisasi profesi guru Sejarah.

Anda mengatakan, materi pelajaran sejarah saat ini sangat padat. Apa yang akan dihasilkan dari materi yang seperti ini?
Akan terjadi kekacauan pada masyarakat dalam memandang sejarahnya sendiri. Karena pelajaran Sejarah saat ini hanya mempelajari sejarah orang-orang besar atau orang-orang dari kancah politik sehingga kita hanya akan menghafal nama, tanggal dan pahlawan.
Sejarah sosial sangat penting untuk dipelajari. Kita bisa merubah perspektif dengan masuk lewat jalur pendidikan.(*)

Minimnya pengetahuan sejarah para siswa saat ini cukup memperihatinkan. Hal ini tak terlepas dari minimnya materi pelajaran sejarah yang diberikan kepada para siswa. Untuk siswa SD dan SMP, mereka hanya mendapatkan pelajaran sejarah di mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan di SMA, siswa jurusann IPS hanya mendapatkan 2 les seminggu, sedangkan siswa jurusan IPA sama sekali tak ada.

Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Studi Sejarah dan Imu-ilmu Sosial (PUSSIS) Unimed Ichwan Azhari kepada wartawan Sumut Pos Rahmat Sazaly, Minggu (13/11). Berikut petikan wawancaranya.

Saat ini, pengetahuan sejarah para siswa sangat minim. Apa kira-kira penyebabnya?
Saya rasa karena minimnya jam tatap muka pelajaran sejarah tersebut. Bisa kita jabarkan, untuk tingkat SD dan SMP, siswa hanya mendapatkan pelajaran sejarah di mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan di SMA, siswa yang jurusan IPS hanya mendapatkan 2 les seminggu. Dan untuk jurusan IPA sama sekali tak ada. Ini jelas sangat kurang.

Apakah bukan karena penyampaian materi oleh guru yang tidak maksimal?
Memang, kita harus melihat kemampuan guru, baik dalam memahami materi juga cara mentransfer ilmu kepada siswa. Namun, semua itu juga tergantung pada kurikulumnya, apa targetnya. Hingga saat ini, guru hanya menjelaskan materi tanpa penghayatan.

Kita tentunya sangat prihatin dengan kondisi kurikulum pendidikan Sejarah Indonesia saat ini yang terlalu padat. Seharusnya, materi-materi yang disampaikan adalah materi yang dimengerti oleh siswa untuk membangun nilai-nilai bangsa.

Setiap sejarah di Indonesia seharusnya dimaknai, dibenahi dan dikembangkan lewat suatu metode diskusi. Misalnya, siswa harus bisa mempresentasikan apa yang didapatnya dari materi tersebut. Metode pembelajaran bisa dikembangkan melalui pelatihan secara intensif, berkesinambungan dan yang terpenting harus memiliki kontrol.

Dalam membenahi yang sudah ada sekarang ini, apa yang perlu kita lakukan?
Banyak faktor yang harus dibenahi, dari sarana pembelajaran hingga SDM. Yang pertama, kita belum memiliki kelengkapan buku sebagai sumber belajar. Kedua, terbatasnya jam tatap muka dan adanya perbedaan materi ajar pendidikan sejarah di program IPA, IPS dan Bahasa. Ketiga, masih terbatasnya kegiatan pengembangan profesi guru sejarah, baik dalam bentuk pelatihan, lokakarya maupun seminar. Keempat, sangat terbatasnya peran guru sejarah dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan, khususnya terkait dengan pendidikan sejarah. Dan terakhir, minimnya fasilitas dan pendanaan yang diberikan pemerintah pusat juga daerah terhadap pengembangan organisasi profesi guru Sejarah.

Anda mengatakan, materi pelajaran sejarah saat ini sangat padat. Apa yang akan dihasilkan dari materi yang seperti ini?
Akan terjadi kekacauan pada masyarakat dalam memandang sejarahnya sendiri. Karena pelajaran Sejarah saat ini hanya mempelajari sejarah orang-orang besar atau orang-orang dari kancah politik sehingga kita hanya akan menghafal nama, tanggal dan pahlawan.
Sejarah sosial sangat penting untuk dipelajari. Kita bisa merubah perspektif dengan masuk lewat jalur pendidikan.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/