25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Satu Lagi Korban Longsor Nias Ditemukan, Pencarian Terkendala Cuaca

Status Wilayah Longsor Belum Jelas
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis melalui Kabid Kesiapsiagaan, Muhammad Ridwan mengungkapkan, kawasan longsor di Desa Sukamajumohili, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, belum jelas statusnya, apakah masuk kawasan hutan lindung atau pemukiman. “Kawasan di sana itu belum jelas. Menurut orangnya Bupati melalui laporan teman saya yang ke sana, kawasan itu hutan lindung. Namun orang BPBD di sana, juga tak tahu saat kami tanya. Apalagi Dinas Kehutanan Pemkab Nisel kan sudah tutup,” kata Muhammad Ridwan kepada Sumut Pos, Rabu (14/11).

Karena status wilayahnya tidak diketahui, maka status tanggap darurat bencana longsor di Nisel belum juga ditetapkan hingga hari kelima kemarin. “Kami juga kurang tahu soal kawasannya, karena belum mendapat informasi yang jelas. Bahkan kami sudah tanya BPBD setempat, mereka tidak tahu itu masuk wilayah apa. Karena kata mereka wilayah di atasnya itu masuk kawasan cagar budaya. Termasuk, apakah kategori kawasan hutan lindung, hutan produksi atau suaka kami tidak tahu,” jelasnya.

Masyarakat yang menetap di sana juga sudah lama bermukim di lokasi tersebut. Namun pemukiman mereka itu seperti masuk pada wilayah hutan lindung. “Istilahnya ‘ruli’ atau rumah liar. Mereka sudah turun temurun tinggal di sana. Jadi dilemanya di situ. Mau ditetapkan status darurat bencana, sementara wilayahnya bukan kawasan permukiman. Dikatakan wilayah hutan lindung juga bukan, jadi masih belum jelas,” terangnya.

“Sebenarnya itu hanya logika administrasi saja, tetapi secara kemanusiaan memang harus kita tolong,” imbuh Ridwan.

Di kesempatan itu ia juga mengungkapkan, untuk perkembangan longsor di Nisel hingga kini masih dilakukan proses evakuasi terhadap para korban yang belum ditemukan. Selain itu kendala medan yang terjal membuat alat berat tidak punya akses ke lokasi bencana. “Sudah begitu, jalannya juga berlumpur. Makanya untuk proses evakuasi masyarakat hanya bisa bergotong-royong, termasuk untuk pencarian para korban. Jadi semua masih dilakukan manual,” katanya.

Sampai pencarian kemarin pun, sambung dia, masih tiga orang korban yang ditemukan dari total tujuh orang yang tertimbun rumah mereka sendiri dalam peristiwa tersebut. “Iya, masih tiga orang yang baru ditemukan hingga kemarin (Selasa). Untuk informasi terbaru saya belum mendapat laporan,” pungkasnya. (prn)

Status Wilayah Longsor Belum Jelas
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis melalui Kabid Kesiapsiagaan, Muhammad Ridwan mengungkapkan, kawasan longsor di Desa Sukamajumohili, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, belum jelas statusnya, apakah masuk kawasan hutan lindung atau pemukiman. “Kawasan di sana itu belum jelas. Menurut orangnya Bupati melalui laporan teman saya yang ke sana, kawasan itu hutan lindung. Namun orang BPBD di sana, juga tak tahu saat kami tanya. Apalagi Dinas Kehutanan Pemkab Nisel kan sudah tutup,” kata Muhammad Ridwan kepada Sumut Pos, Rabu (14/11).

Karena status wilayahnya tidak diketahui, maka status tanggap darurat bencana longsor di Nisel belum juga ditetapkan hingga hari kelima kemarin. “Kami juga kurang tahu soal kawasannya, karena belum mendapat informasi yang jelas. Bahkan kami sudah tanya BPBD setempat, mereka tidak tahu itu masuk wilayah apa. Karena kata mereka wilayah di atasnya itu masuk kawasan cagar budaya. Termasuk, apakah kategori kawasan hutan lindung, hutan produksi atau suaka kami tidak tahu,” jelasnya.

Masyarakat yang menetap di sana juga sudah lama bermukim di lokasi tersebut. Namun pemukiman mereka itu seperti masuk pada wilayah hutan lindung. “Istilahnya ‘ruli’ atau rumah liar. Mereka sudah turun temurun tinggal di sana. Jadi dilemanya di situ. Mau ditetapkan status darurat bencana, sementara wilayahnya bukan kawasan permukiman. Dikatakan wilayah hutan lindung juga bukan, jadi masih belum jelas,” terangnya.

“Sebenarnya itu hanya logika administrasi saja, tetapi secara kemanusiaan memang harus kita tolong,” imbuh Ridwan.

Di kesempatan itu ia juga mengungkapkan, untuk perkembangan longsor di Nisel hingga kini masih dilakukan proses evakuasi terhadap para korban yang belum ditemukan. Selain itu kendala medan yang terjal membuat alat berat tidak punya akses ke lokasi bencana. “Sudah begitu, jalannya juga berlumpur. Makanya untuk proses evakuasi masyarakat hanya bisa bergotong-royong, termasuk untuk pencarian para korban. Jadi semua masih dilakukan manual,” katanya.

Sampai pencarian kemarin pun, sambung dia, masih tiga orang korban yang ditemukan dari total tujuh orang yang tertimbun rumah mereka sendiri dalam peristiwa tersebut. “Iya, masih tiga orang yang baru ditemukan hingga kemarin (Selasa). Untuk informasi terbaru saya belum mendapat laporan,” pungkasnya. (prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/