26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Merawat Kemerdekaan dari Lapangan Merdeka

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah warga bermain dengan keluar mengisi akhir pekan di lapangan Merdeka Medan.

SUMUTPOS.CO – Indonesia telah merdeka! Indonesia telah merdeka! Berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu seketika disambut tepuk tangan dan sukacita rakyat Kota Medan. Berita kemerdekaan itu berkumandang dari Fukuraido, setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945.

Berita kemerdekaan tersebut dibacakan Gubernur Sumatera Muhammad Hasan, tepatnya 6 Oktober 1945 di Fukuraido, yang kini telah dikenal dengan sebutan Lapangan Merdeka.

Sejarah tentang Sumatera Utara dan Indonesia dari masa ke masa telah terukir di lapangan yang lambat laun mulai terlupakan nilai sejarahnya. Menurut Sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Prof Dr Ichwan Azhari, Lapangan Merdeka adalah saksi bisu Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berkumandang di Medan.

“Melalui perintah Presiden Soekarno kepada Teuku Muhammad Hassan agar memberi kabar ke  Sumatera, bahwa Indonesia telah merdeka di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Rakyat Kota Medan pada waktu itu menyambut dengan tepuk tangan dan gembira atas berita proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa penting ini dikenal dengan Rapat Samudera, yang dilaksanakan pada 6 Oktober 1945,” kenang Ichwan kepada Sumut Pos.

Perubahan nama Fukuraido menjadi Lapangan Merdeka terjadi pada 9 Oktober 1945, dan disahkan Wali Kota Medan Luat Siregar. Hingga sekitar tahun 1950, di Lapangan Merdeka juga terdapat Monumen Tamiang yang didirikan pemerintah Belanda untuk memperingati tentara Belanda yang menjadi korban dalam Perang Tamiang (1874-96).

Seiring berjalannya waktu monumen tersebut menghilang. Di balik rasa khawatir hilangnya makna dan nilai kesejarahan, Ichwan mengungkapkan kekesalannya kondisi melihat kondisi Lapangan Merdeka saat ini.

“Saat ini kawasan Lapangan Merdeka yang dimanfaatkan para pengusaha untuk menanamkan modal, sungguh sebagai cara mengubur sejarah secara bertahap tanpa disadari. Ditambah tidak adanya ukiran tulisan tentang sejarahnya di sana atau bentuk karya replika para pahlawan Sumut sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Bukankah merdeka juga milik warga Sumatera Utara, atau hanya milik warga ibukota,” ungkap Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Unimed ini.

Dia menuturkan, Lapangan Mereka adalah tempat yang cocok untuk mengangkat nilai kebangsaan masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat bernasionalitas tinggi. Sebab, saat ini dijadikan tempat wisata dan olahraga mulai anak-anak hingga orang dewasa memanfaatkan waktu senggang. Terlebih, disaat hari libur banyak sekali orang yang datang untuk bersantai.

Tal hanya itu, Lapangan Merdeka saat ini juga sering digunakan untuk kegiatan pemerintah seperti hari ulang tahun Kota Medan, kegiatan promosi produk, gerak jalan, hiburan musik, kegiatan kepemudaan dan lain sebagainya.

“Sudah saatnya nilai-nilai kebangsaan dihadirkan kembali di Lapangan Merdeka, dengan meletakkan ornamen sejarah tanda Sumatera Utara juga punya tempat dan waktu pembacaan Proklamasi Kemerdekaan untuk pertama kali, tanda warga Sumatera juga ikut merasakan kemerdekaan. Kita juga memiliki Lapangan Merdeka yang bernilai sejarah sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika proklamasi, sosialisasi sumpah pemuda, dan penyatuan ikrar menolak PKI,” sebut Ichwan.

Dia mengutarakan, Lapangan Merdeka diharapkan dapat menjadi bangunan sejarah seperti halnya Tugu Monas. Sebab, Monas dibangun setinggi 132 meter untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah warga bermain dengan keluar mengisi akhir pekan di lapangan Merdeka Medan.

SUMUTPOS.CO – Indonesia telah merdeka! Indonesia telah merdeka! Berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu seketika disambut tepuk tangan dan sukacita rakyat Kota Medan. Berita kemerdekaan itu berkumandang dari Fukuraido, setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945.

Berita kemerdekaan tersebut dibacakan Gubernur Sumatera Muhammad Hasan, tepatnya 6 Oktober 1945 di Fukuraido, yang kini telah dikenal dengan sebutan Lapangan Merdeka.

Sejarah tentang Sumatera Utara dan Indonesia dari masa ke masa telah terukir di lapangan yang lambat laun mulai terlupakan nilai sejarahnya. Menurut Sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Prof Dr Ichwan Azhari, Lapangan Merdeka adalah saksi bisu Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berkumandang di Medan.

“Melalui perintah Presiden Soekarno kepada Teuku Muhammad Hassan agar memberi kabar ke  Sumatera, bahwa Indonesia telah merdeka di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Rakyat Kota Medan pada waktu itu menyambut dengan tepuk tangan dan gembira atas berita proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa penting ini dikenal dengan Rapat Samudera, yang dilaksanakan pada 6 Oktober 1945,” kenang Ichwan kepada Sumut Pos.

Perubahan nama Fukuraido menjadi Lapangan Merdeka terjadi pada 9 Oktober 1945, dan disahkan Wali Kota Medan Luat Siregar. Hingga sekitar tahun 1950, di Lapangan Merdeka juga terdapat Monumen Tamiang yang didirikan pemerintah Belanda untuk memperingati tentara Belanda yang menjadi korban dalam Perang Tamiang (1874-96).

Seiring berjalannya waktu monumen tersebut menghilang. Di balik rasa khawatir hilangnya makna dan nilai kesejarahan, Ichwan mengungkapkan kekesalannya kondisi melihat kondisi Lapangan Merdeka saat ini.

“Saat ini kawasan Lapangan Merdeka yang dimanfaatkan para pengusaha untuk menanamkan modal, sungguh sebagai cara mengubur sejarah secara bertahap tanpa disadari. Ditambah tidak adanya ukiran tulisan tentang sejarahnya di sana atau bentuk karya replika para pahlawan Sumut sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Bukankah merdeka juga milik warga Sumatera Utara, atau hanya milik warga ibukota,” ungkap Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Unimed ini.

Dia menuturkan, Lapangan Mereka adalah tempat yang cocok untuk mengangkat nilai kebangsaan masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat bernasionalitas tinggi. Sebab, saat ini dijadikan tempat wisata dan olahraga mulai anak-anak hingga orang dewasa memanfaatkan waktu senggang. Terlebih, disaat hari libur banyak sekali orang yang datang untuk bersantai.

Tal hanya itu, Lapangan Merdeka saat ini juga sering digunakan untuk kegiatan pemerintah seperti hari ulang tahun Kota Medan, kegiatan promosi produk, gerak jalan, hiburan musik, kegiatan kepemudaan dan lain sebagainya.

“Sudah saatnya nilai-nilai kebangsaan dihadirkan kembali di Lapangan Merdeka, dengan meletakkan ornamen sejarah tanda Sumatera Utara juga punya tempat dan waktu pembacaan Proklamasi Kemerdekaan untuk pertama kali, tanda warga Sumatera juga ikut merasakan kemerdekaan. Kita juga memiliki Lapangan Merdeka yang bernilai sejarah sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika proklamasi, sosialisasi sumpah pemuda, dan penyatuan ikrar menolak PKI,” sebut Ichwan.

Dia mengutarakan, Lapangan Merdeka diharapkan dapat menjadi bangunan sejarah seperti halnya Tugu Monas. Sebab, Monas dibangun setinggi 132 meter untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/