26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Perlu Kesamaan Persepsi Antara Pedagang, PD Pasar dan Pemko

Foto: PRAN HASIBUAN/SUMUT POS
SAMBUTAN: Dirut PD Pasar Medan Rusdi Sinuraya saat memberi sambutan di acara Seminar Pasar Rakyat Kota Medan, Jumat (11/8).

SUMUTPOS.CO – Sebuah program kerja takkan berjalan tanpa ada kesamaan persepsi, koordinasi dan sinergitas. Apalagi dalam mewujudkan pasar tradisional menjadi pasar tradisional modern. Kesamaan persepsi ini penting mengingat gencarnya arus teknologi informasi dalam bentuk aplikasi, yang dapat memudahkan orang bertransaksi.

==============================================================================

PRAN HASIBUAN, Medan

==============================================================================

Sejak 25 tahun silam, Jepang sudah menerapkan konsep online shop (berbelanja via online). Begitupun negera Eropa seperti Jerman juga menjalankan hal demikian. Meski begitu, offline shop tetap mendapat dukungan dari pemerintah setempat, yang bertujuan menjaga ekonomi kerakyataan di negara tersebut.

“Pasar adalah benda lama. Cuma bedanya ada pasar lalu, masa kini dan masa depan. Bicara pengembangan pasar pasti berbeda. Dulu kita tidak pernah mendengar online shop. Kenapa pasar kita tidak dibuat seperti itu. Di Jepang 25 tahun seperti itu konsepnya. Di Jerman sama pasarnya. Hebatnya di sana pasar tradisional tidak pernah mati. Pemerintahnya mendukung penuh,” kata akademisi Universitas Sumatera Utara Sirojuzilam Hasyim, saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Pasar Rakyat Kota Medan, di salah satu cafe di Jalan Setia Budi Medan, Jumat (11/8) lalu.

Menurutnya, perlu satu persepsi antara PD Pasar selaku leading sector, Badan Pengawas, pedagang, Pemko Medan dan stakeholder terkait guna mewujudkan hal dimaksud. “Kalau PD Pasar ingin begitu, pedagang maunya lain, Badan Pengawas tidak sejalan, ya kapan ketemunya? Makanya perlu ada satu persepsi dan sinergitas,” katanya.

Sebenarnya, kata pria yang biasa dipanggil Siro itu, prospek pasar tradisional modern amat cerah karena sudah menjadi suatu budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Namun ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti lokasi dan aksebilitas, manajemen dan penataan, persaingan lawan integrasi pasar, sosialisasi dan advokasi, serta online market. “Dengan 50 pasar yang ada, penduduk Medan 2,1 juta lebih, budaya dan kebiasaan masyarakat berbelanja di pasar tradisional dapat menggairahkan perputaran ekonomi pedagang dan PAD Medan. Ditambah harga yang lebih murah, produk yang lebih bervariasi, waktu dan lokasi yang strategis. Namun apakah seluruh pasar kita sudah ditata sedemikian rupa. Ini yang perlu dipikirkan win-win solutionnya,” ungkapnya.

Foto: PRAN HASIBUAN/SUMUT POS
SAMBUTAN: Dirut PD Pasar Medan Rusdi Sinuraya saat memberi sambutan di acara Seminar Pasar Rakyat Kota Medan, Jumat (11/8).

SUMUTPOS.CO – Sebuah program kerja takkan berjalan tanpa ada kesamaan persepsi, koordinasi dan sinergitas. Apalagi dalam mewujudkan pasar tradisional menjadi pasar tradisional modern. Kesamaan persepsi ini penting mengingat gencarnya arus teknologi informasi dalam bentuk aplikasi, yang dapat memudahkan orang bertransaksi.

==============================================================================

PRAN HASIBUAN, Medan

==============================================================================

Sejak 25 tahun silam, Jepang sudah menerapkan konsep online shop (berbelanja via online). Begitupun negera Eropa seperti Jerman juga menjalankan hal demikian. Meski begitu, offline shop tetap mendapat dukungan dari pemerintah setempat, yang bertujuan menjaga ekonomi kerakyataan di negara tersebut.

“Pasar adalah benda lama. Cuma bedanya ada pasar lalu, masa kini dan masa depan. Bicara pengembangan pasar pasti berbeda. Dulu kita tidak pernah mendengar online shop. Kenapa pasar kita tidak dibuat seperti itu. Di Jepang 25 tahun seperti itu konsepnya. Di Jerman sama pasarnya. Hebatnya di sana pasar tradisional tidak pernah mati. Pemerintahnya mendukung penuh,” kata akademisi Universitas Sumatera Utara Sirojuzilam Hasyim, saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Pasar Rakyat Kota Medan, di salah satu cafe di Jalan Setia Budi Medan, Jumat (11/8) lalu.

Menurutnya, perlu satu persepsi antara PD Pasar selaku leading sector, Badan Pengawas, pedagang, Pemko Medan dan stakeholder terkait guna mewujudkan hal dimaksud. “Kalau PD Pasar ingin begitu, pedagang maunya lain, Badan Pengawas tidak sejalan, ya kapan ketemunya? Makanya perlu ada satu persepsi dan sinergitas,” katanya.

Sebenarnya, kata pria yang biasa dipanggil Siro itu, prospek pasar tradisional modern amat cerah karena sudah menjadi suatu budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Namun ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti lokasi dan aksebilitas, manajemen dan penataan, persaingan lawan integrasi pasar, sosialisasi dan advokasi, serta online market. “Dengan 50 pasar yang ada, penduduk Medan 2,1 juta lebih, budaya dan kebiasaan masyarakat berbelanja di pasar tradisional dapat menggairahkan perputaran ekonomi pedagang dan PAD Medan. Ditambah harga yang lebih murah, produk yang lebih bervariasi, waktu dan lokasi yang strategis. Namun apakah seluruh pasar kita sudah ditata sedemikian rupa. Ini yang perlu dipikirkan win-win solutionnya,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/