30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Banjir Bandang Ketiga di Dua Warna, dan… TERBESAR

Foto: Sabam/PM Korban tewas banjir bandang air terjun Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang, Minggu (15/5/2016), ditemukan tertimpa batu besar.
Foto: Sabam/PM
Korban tewas banjir bandang air terjun Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang, Minggu (15/5/2016), ditemukan tertimpa batu besar.

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Banjir Bandang yang melanda Air Terjun 2 Warna, Sibolangit, Minggu (15/5) tidak menunjukkan tanda-tanda. Bencana alam ini datang tiba-tiba. Peristiwa ini sudah kali ketiga terjadi di Air Terjun 2 Warna. Namun, musibah kali ini terbesar dari sebelumnya.

“Beberapa tahun lalu banjir juga melanda. Tujuh orang terseret arus,” kata K Barus, masyarakat sekitar.

Kala itu, lokasi sedang diguyur hujan. Tapi tidak begitu deras. Saat itu lah. tiba-tiba air yang begitu besar datang menyapu kawasan tersebut.

Kuat dugaan, air tersebut kiriman dari Gunung Sibayak. Sebab, saat itu hujan deras mengguyur wilayah pegunungan.

“Tinggi air sungai hampir mencapai 6 meter dari batas normalnya. Pepohonan dan jalan juga terputus akibat derasnya arus air sungai,” lanjut Barus.

Terpisah, Tim Basarnas Deliserdang, Polresta Medan, Polsek Pancur Batu serta dibantu oleh warga sekitar menyisir sepanjang alur sungai mencari keberadaan korban yang hilang pada saat banjir bandang kemarin (15/5). Pencarian dilakukan selama 30 jam hingga sekarang.

Hingga Senin (16/5) pukul 14.00 WIB, korban tewas yang sudah ditemukan sebanyak 15 orang. Jenazah juga sudah dimasukan ke kantung-kantung mayat. Kemudian diamankan di tenda posko Taman Pramuka.

Namun, baru 7 jenazah yang dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk diidentifikasi mencari identitas korban. Sisanya masih berada di tenda Posko Sibolangit.

Saat ditemukan, hampir seluruh korban mengalami luka serius pada bagian tangan, wajah, kepala serta tubuhnya. Kuat dugaan akibat benturan batu besar yang berada didalam sungai.

Sementara, rekan korban Gustin dan Haris, Diah Pratiwi mengatakan, korban sekampus mereka itu memang sudah merencanakan hendak berkemah di Air Terjuan 2 Warna. “Malam minggu sekitar jam 10 mereka beramai-ramai berangkat dari Medan ke Sibolangit. Selanjutnya kami nggak ada hubungan lagi. Tapi hari minggunya kami dengar informasi kalau Air Terjun 2 Warna banjir bandang. Makanya kami kesini bang. Mau lihat kebenarannya,” ucap Diah sambil menangis.

SERING PAKAI BAJU HITAM
Kesedihan dari anggota keluarga korban tiba-tiba hadir di RSU Bhayangkara, Jl KH Wahid Hasyim, Medan. Raut wajah tegang dan sedih tampak jelas.

Begitu juga dengan Uli Simanjuntak, teman dari korban Eka dan Siti. Ia mengatakan tidak mau ikut ajakan kedua temannya tersebut.

“Si Eka kuliah di Darmawangsa, semester 4. Kalau si Siti anak UMSU Jurusan Pertanian Semester 2. Mereka berdua teman satu kost ku di Jl Gelugur Lorong 8 Gagak Hitam. Malam minggu itu dia mau ngajak saya. Tapi aku nggak mau datang karena mau ke gereja,” katanya di RSU Bhayangkara.

“Mereka bilang mau liburan. Karena kan memang sudah habis ujian. Aku pun bang lihat si Siti sudah ada rada aneh. Karena sudah sebulan sering pakai baju hitam. Sampai tidur dalam kost pun pakai baju hitam.” ujarnya.

Uli mengaku sangat terpukul atas kejadian ini. “Kami semua kawan-kawan kuliahnya datang kemari sedih bang. Iya kan namanya ajal siapa yang bisa tebak. Saat itu mereka pergi pukul 8 pagi hari minggu,” tandasnya.

Sementara, Yudistira, adik Fernando (19) mengaku kehilangan abangnya. “Selesai Ujian Nasional dia (Fernando) langsung kerja sebagai Tour Guide (pemandu wisata). Masih sebulannya dia kerja situ bang,” katanya di RSU Bhayangkara.

Fernando sudah sebulan tidak pulang kerumah. “Aku terakhir jumpa dengan Fernando 2 bulan lalu. Lepas dia kecelakaan di green hill park,” timpal Mak Indra, nenek Fernando.

Mak Indra mengatakan Fernando sempat menghubungi keluarganya seminggu lalu.” Cerita dia sama mamaknya jebol dia di USU Jurusan Kesehatan Masyarakat. Sediakan lah duit mak katanya. Iya nak jawab mamaknya,” tandasnya. (mag-3/cr-11/ala)

Foto: Sabam/PM Korban tewas banjir bandang air terjun Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang, Minggu (15/5/2016), ditemukan tertimpa batu besar.
Foto: Sabam/PM
Korban tewas banjir bandang air terjun Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang, Minggu (15/5/2016), ditemukan tertimpa batu besar.

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Banjir Bandang yang melanda Air Terjun 2 Warna, Sibolangit, Minggu (15/5) tidak menunjukkan tanda-tanda. Bencana alam ini datang tiba-tiba. Peristiwa ini sudah kali ketiga terjadi di Air Terjun 2 Warna. Namun, musibah kali ini terbesar dari sebelumnya.

“Beberapa tahun lalu banjir juga melanda. Tujuh orang terseret arus,” kata K Barus, masyarakat sekitar.

Kala itu, lokasi sedang diguyur hujan. Tapi tidak begitu deras. Saat itu lah. tiba-tiba air yang begitu besar datang menyapu kawasan tersebut.

Kuat dugaan, air tersebut kiriman dari Gunung Sibayak. Sebab, saat itu hujan deras mengguyur wilayah pegunungan.

“Tinggi air sungai hampir mencapai 6 meter dari batas normalnya. Pepohonan dan jalan juga terputus akibat derasnya arus air sungai,” lanjut Barus.

Terpisah, Tim Basarnas Deliserdang, Polresta Medan, Polsek Pancur Batu serta dibantu oleh warga sekitar menyisir sepanjang alur sungai mencari keberadaan korban yang hilang pada saat banjir bandang kemarin (15/5). Pencarian dilakukan selama 30 jam hingga sekarang.

Hingga Senin (16/5) pukul 14.00 WIB, korban tewas yang sudah ditemukan sebanyak 15 orang. Jenazah juga sudah dimasukan ke kantung-kantung mayat. Kemudian diamankan di tenda posko Taman Pramuka.

Namun, baru 7 jenazah yang dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk diidentifikasi mencari identitas korban. Sisanya masih berada di tenda Posko Sibolangit.

Saat ditemukan, hampir seluruh korban mengalami luka serius pada bagian tangan, wajah, kepala serta tubuhnya. Kuat dugaan akibat benturan batu besar yang berada didalam sungai.

Sementara, rekan korban Gustin dan Haris, Diah Pratiwi mengatakan, korban sekampus mereka itu memang sudah merencanakan hendak berkemah di Air Terjuan 2 Warna. “Malam minggu sekitar jam 10 mereka beramai-ramai berangkat dari Medan ke Sibolangit. Selanjutnya kami nggak ada hubungan lagi. Tapi hari minggunya kami dengar informasi kalau Air Terjun 2 Warna banjir bandang. Makanya kami kesini bang. Mau lihat kebenarannya,” ucap Diah sambil menangis.

SERING PAKAI BAJU HITAM
Kesedihan dari anggota keluarga korban tiba-tiba hadir di RSU Bhayangkara, Jl KH Wahid Hasyim, Medan. Raut wajah tegang dan sedih tampak jelas.

Begitu juga dengan Uli Simanjuntak, teman dari korban Eka dan Siti. Ia mengatakan tidak mau ikut ajakan kedua temannya tersebut.

“Si Eka kuliah di Darmawangsa, semester 4. Kalau si Siti anak UMSU Jurusan Pertanian Semester 2. Mereka berdua teman satu kost ku di Jl Gelugur Lorong 8 Gagak Hitam. Malam minggu itu dia mau ngajak saya. Tapi aku nggak mau datang karena mau ke gereja,” katanya di RSU Bhayangkara.

“Mereka bilang mau liburan. Karena kan memang sudah habis ujian. Aku pun bang lihat si Siti sudah ada rada aneh. Karena sudah sebulan sering pakai baju hitam. Sampai tidur dalam kost pun pakai baju hitam.” ujarnya.

Uli mengaku sangat terpukul atas kejadian ini. “Kami semua kawan-kawan kuliahnya datang kemari sedih bang. Iya kan namanya ajal siapa yang bisa tebak. Saat itu mereka pergi pukul 8 pagi hari minggu,” tandasnya.

Sementara, Yudistira, adik Fernando (19) mengaku kehilangan abangnya. “Selesai Ujian Nasional dia (Fernando) langsung kerja sebagai Tour Guide (pemandu wisata). Masih sebulannya dia kerja situ bang,” katanya di RSU Bhayangkara.

Fernando sudah sebulan tidak pulang kerumah. “Aku terakhir jumpa dengan Fernando 2 bulan lalu. Lepas dia kecelakaan di green hill park,” timpal Mak Indra, nenek Fernando.

Mak Indra mengatakan Fernando sempat menghubungi keluarganya seminggu lalu.” Cerita dia sama mamaknya jebol dia di USU Jurusan Kesehatan Masyarakat. Sediakan lah duit mak katanya. Iya nak jawab mamaknya,” tandasnya. (mag-3/cr-11/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/