TANJUNG MORAWA-Warga Perumahan Tamora Elok di Dusun III, Desa Tanjung Morawa A, Kab. Deli Serdang yang bermukim di sekitar lokasi longsor memilih mengosongkan rumah dan mengungsi, Rabu (16/10) pagi. Musim hujan yang masih terus berlangsung membuat mereka khawatir terjadi longsor susulan.
Pasca peristiwa longsor, Senin (14/10) pukul 22.30 wib yang menewaskan Suharni (28) dan 2 balitanya, Dea Fadillah (5) dan Adrian (4) warga Perumahan Tamora Elok tampak ketakutan. Hujan deras yang disertai angin kencang membuat warga yakin bakal terjadi longsor susulan. Terlebih lokasi rumah mereka berada di bawah bukit.
”Siang hari pun kami takut tinggal, apalagi tadi malam hujan deras sehingga masih ada kikisan air hujan di tebing,” ujar M. Sitohang yang tinggal bersama 5 anggota keluarganya diamini warga lainnya.
Berdasarkan pantauan wartawan di lokasi longsor, warga memilih mengungsi ke rumah saudara-saudara mereka di luar desa tersebut.
Pemadangan menyedihkan masih terlihat di lokasi longsor yang menimbun rumah Suwarno (31). Karyawan PT Panji Wira, pabrik pupuk Dolomit Tanjung Morawa itu masih terlihat berduka atas kepergian istri dan dua anaknya. Ditambah lagi tak adanya kepedulian pemerintah Kabupaten Deliserdang untuk membersihkan tanah longsoran yang menimbun rumahnya. Bantuan apa pun tak diterimanya.
Padahal Suwarno sendiri mengaku tak mampu membersihkan timbunan tanah tersebut. Hal itu pun dibenarkan warga di sekitar rumah Suwarno. ”Kalau hanya manual kami tidak bisa membersihkan tanah longsor yang menimbun rumah Sarwono,” ungkap salah seorang warga, tetangga Suwarno. Karenanya, Suwarno berharap Pemkab Deliserdang mengirimkan bantuan alat berat.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Caca Harahap (52), M. Sitohang (55) dan T. Manurung tetangga Sarwono mengatakan penyebab longsor yang baru pertama kali terjadi di lokasi tempat tinggal mereka merupakan dampak dari proyek pembangunan parit (drainase) di Jalan Bandar Labuhan sejak 3 minggu teraknir. Hal tersebut mengakibatkan parit tertutup bahan material, seperti pasir dan sertu.
”Sejak ada proyek pembangunan parit tersebut, air tergenang diatas tebing. Bila hujan deras turun ke bawah membanjiri rumah Sarwono,” ungkap salah seorang warga yang diamini warga lainnya.
Disinggung masalah asuransi dari pihak pengembang (developer) perumahan, Sarwono mengaku tak dapat lantaran rumahnya sudah lunas. ”Aku tidak dapat asuransi dari developer karena rumah sudah lunas,” ungkap Sarwono. (cr 2/bud)