31 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Kembali Saja Kam ke Kacinambun…

Hingga sampailah ke sebuah persimpangan. Namanya Simpang Desa Singa. Terpampang di simpang itu spanduk ucapan selamat datang untuk Presiden Joko Widodo yang sempat akan hadir ke Siosar pada Hari Idul Adha lalu. Beruntung spanduk itu belum dicopot karena spanduk itu adalah satu-satunya penunjuk jalan.

Belok kiri. Perjalanan dimulai dengan jalan yang sempit. Tidak bisa dilalui dua mobil yang bersilisih. Ketika itu terjadi, maka salah satu mobil akan menepi. Jalanan masih beraspal. Masih baru. Kabarnya diaspal ketika Presiden Joko Widodo akan tiba tempo hari.

Tapi, jalan aspal mulus itu tak panjang. Setelah itu, jalan mulai rusak. Masih teraspal, tapi banyak terdapat lubang. Beruntung, pemandangan dengan ladang warga di kiri dan dan cukup menyegarkan. Persis dengan jalur sebelumnya, jalanan ini juga berliku tajam.

Sampai di Kacinambun, lewat jambur, Sumut Pos memilih belok kiri. Setidaknya pilihan itu berdasarkan informasi yang sebelumnya didapat. Jalan tetap berliku dan tajam. Masih beraspal. Tak terhitung berapa kilometer terlewati, tibalah di Desa Lau Riman, Kecamatan Tigapanah. Muncul kebingungan di kepala, bukankah Desa Kacinambun yang terakhir sebelum Siosar?
Di sebuah pertigaan, tanya dilemparkan kepada penduduk setempat. Katanya, memang benar itu menuju ke Siosar. Lurus dan mendaki saja serta jangan belok kiri. Berdasarkan keterangan itu, Sumut Pos tancap gas. Jalan mendaki dilalui dengan suka. Jalanan mulai tak beraspal. Berkerikil dan penuh dengan pecahan batu. Sepertinya, jalan itu sudah mengalami pengerasan dan tinggal tunggu waktu untuk diaspal. Kondisi ini membuat Sumut Pos yakin telah melalui jalan yang benar.

Tapi, tak terhitung lagi berapa kilometer dilalui, tanya di kepala makin mengemuka: kenapa begitu jauh? Sepasang suami istri baru keluar dari ladang jeruk mereka. Sepertinya mereka heran. Tanpa menunggu waktu, tanyapun disodorkan.

“Memang betul jalan ini ke Siosar. Tapi, masih jauh. Lebih dekat dari Kacinambun,” kata mereka.

“Bisa saja kalau mau lewat dari sini, tapi jalanannya rusak, tidak bagus. Ada juga yang lewat sini kalau mau ke sana, tapi jarang. Kemarin itu, ada bapak-bapak coba lewat sini, tapi balik lagi karena jalannya rusak. Kembali saja kam (kamu) ke Kacinambun, lebih bagus lewat sana. Apalagi kam naik kereta kecil (sepeda motor),” sambung mereka.

Pasangan suami istri itu senyum-senyum sendiri. “Kalau dari sini, sampai kam nanti di jambur Kacinambun itu, belok kiri. Setelah itu, ikuti saja jalan itu terus. Jadi kalau kam dari Medan, lurus saja pas sampek jambur itu,” terang mereka.

Ucapan terima kasih selesai, Sumut Pos berbalik dan tancap gas. Tidak bisa begitu kencang, jalanan berkerikil dan berliku serta menanjak dan menurun bukanlah trek yang bagus bukan? Terbayang jalanan yang telah dilalui dari Kacinambun dan harus melaluinya lagi. (bersambung)

Hingga sampailah ke sebuah persimpangan. Namanya Simpang Desa Singa. Terpampang di simpang itu spanduk ucapan selamat datang untuk Presiden Joko Widodo yang sempat akan hadir ke Siosar pada Hari Idul Adha lalu. Beruntung spanduk itu belum dicopot karena spanduk itu adalah satu-satunya penunjuk jalan.

Belok kiri. Perjalanan dimulai dengan jalan yang sempit. Tidak bisa dilalui dua mobil yang bersilisih. Ketika itu terjadi, maka salah satu mobil akan menepi. Jalanan masih beraspal. Masih baru. Kabarnya diaspal ketika Presiden Joko Widodo akan tiba tempo hari.

Tapi, jalan aspal mulus itu tak panjang. Setelah itu, jalan mulai rusak. Masih teraspal, tapi banyak terdapat lubang. Beruntung, pemandangan dengan ladang warga di kiri dan dan cukup menyegarkan. Persis dengan jalur sebelumnya, jalanan ini juga berliku tajam.

Sampai di Kacinambun, lewat jambur, Sumut Pos memilih belok kiri. Setidaknya pilihan itu berdasarkan informasi yang sebelumnya didapat. Jalan tetap berliku dan tajam. Masih beraspal. Tak terhitung berapa kilometer terlewati, tibalah di Desa Lau Riman, Kecamatan Tigapanah. Muncul kebingungan di kepala, bukankah Desa Kacinambun yang terakhir sebelum Siosar?
Di sebuah pertigaan, tanya dilemparkan kepada penduduk setempat. Katanya, memang benar itu menuju ke Siosar. Lurus dan mendaki saja serta jangan belok kiri. Berdasarkan keterangan itu, Sumut Pos tancap gas. Jalan mendaki dilalui dengan suka. Jalanan mulai tak beraspal. Berkerikil dan penuh dengan pecahan batu. Sepertinya, jalan itu sudah mengalami pengerasan dan tinggal tunggu waktu untuk diaspal. Kondisi ini membuat Sumut Pos yakin telah melalui jalan yang benar.

Tapi, tak terhitung lagi berapa kilometer dilalui, tanya di kepala makin mengemuka: kenapa begitu jauh? Sepasang suami istri baru keluar dari ladang jeruk mereka. Sepertinya mereka heran. Tanpa menunggu waktu, tanyapun disodorkan.

“Memang betul jalan ini ke Siosar. Tapi, masih jauh. Lebih dekat dari Kacinambun,” kata mereka.

“Bisa saja kalau mau lewat dari sini, tapi jalanannya rusak, tidak bagus. Ada juga yang lewat sini kalau mau ke sana, tapi jarang. Kemarin itu, ada bapak-bapak coba lewat sini, tapi balik lagi karena jalannya rusak. Kembali saja kam (kamu) ke Kacinambun, lebih bagus lewat sana. Apalagi kam naik kereta kecil (sepeda motor),” sambung mereka.

Pasangan suami istri itu senyum-senyum sendiri. “Kalau dari sini, sampai kam nanti di jambur Kacinambun itu, belok kiri. Setelah itu, ikuti saja jalan itu terus. Jadi kalau kam dari Medan, lurus saja pas sampek jambur itu,” terang mereka.

Ucapan terima kasih selesai, Sumut Pos berbalik dan tancap gas. Tidak bisa begitu kencang, jalanan berkerikil dan berliku serta menanjak dan menurun bukanlah trek yang bagus bukan? Terbayang jalanan yang telah dilalui dari Kacinambun dan harus melaluinya lagi. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/