Mengenai acara pelantikan, politisi PDIP itu menilai latar panggung bertuliskan “Panggung Rakyat” tidak terelisasi.
“Yang kita saksikan, menikmati panggung itu justru mereka yang melantik dan yang dilantik, lalu rakyatnya di mana? Mengapa rakyat masih harus dikibuli? Dieksploitasi? Yang terjadi di atas panggung adalah narsisme para elit yang diselingi goyangan dari artis ibukota, kemudian, selfie, wefie. Mereka bergantian bernyanyi, dengan jatah Plt Gubernur tentu lebih besar sebagai bos yang sedang ingin direbut hatinya oleh para bawahannya yang hendak cari muka,” sindirnya.
Dia juga menyayangkan kegiatan pelantikan serentak tersebut menghadirkan artis dengan biaya yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Belum lagi penutupan jalan hanya karena banyaknya jumlah kendaraan mewah terparkir di sekitar lokasi tersebut yang membuat masyarakat terganggu kenyamanannya saat melintasi kawasan Lapangan Merdeka.
“Kita selalu salah memaknai keinginan rakyat. Jadi yang disebut panggung rakyat itu, panggung mereka itu sendiri,” ucapnya lagi.
Menurutnya, acara pelantikan itu merupakan acara sakral dan resmi. Sedangkan panggung hiburan bukan bagian dari kegiatan tersebut. Apalagi hal ini tidak sesuai dengan semangat efisiensi anggaran, dimana pelantikan gubernur beberapa hari lalu di Istana Negara, berlangsung sederhana. Sedangkan ‘pesta’ dilakukan saat penetapan calon terpilih atau pada masa Pilkada.
“Itu bukan acara hore-hore, tetapi resmi. Negara membiayai pelantikan, bukan untuk nyanyi-nyanyi, apalagi mengundang artis. Itukan membengkakkan anggaran. Dugaan saya, ini panggung Erry, bukan panggung rakyat,” katanya.
Untuk itu, dia berharap, kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa mendatang. Sutrisno pun mengajak semua pihak ikut mengawasi penggunaan uang negara untuk kepentingan rakyat. (dik/prn)