MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanla) Kota Medan mengklaim telah mengubur seluruh bangkai babi yang ada di Kota Medan. Baik itu bangkai yang sengaja dibuang di sungai-sungai, maupun yang dibuang ke sejumlah tempat sampah dan pinggir jalann
“Semua sudah kita kubur. Tak ada lagi yang tersisa, karena kita sudah menyiapkan tim di setiap kecamatan. Tim selalu bersiap mengangkat dan mengubur, bila didapati bangkai babi,” ucap Kadis Pertanian dan Perikanan Kota Medan, Ikhsar Risyad Marbun kepada Sumut Pos, Minggu (17/11).
Ikhsar mengatakan, saat ini volume bangkai babi yang masuk dan di dapati di Kota Medan mulai menurun. “Sabtu (16/11) kita temukan 2 ekor (bangkai babi) lagi di Sungai Bederah. Langsung kita angkat dan kita kubur. Untuk hari ini, alhamdulillah belum ada kita dapati bangkai babi yang dibuang.
Jumlahnya jauh menurun, semoga terus menurun hingga tidak didapati lagi bangkai-bangkai babi lainnya. Bila pun nanti ada ditemukan lagi, petugas kita sudah bersiap untuk mengamankannya,” ujarnya.
Mengenai ketakutan masyarakat Kota Medan mengonsumsi ikan, pascaberedarnya isu ikan-ikan ikut terpapar virus Hog Cholera dari bangkai babi yang dibuang ke sungai, Ikhsar mengatakan, isu tersebut menyebabkan penjualan ikan menurun drastis.
“Kasihan nelayan-nelayan kita. Padahal isu tidak benar. Belum ada ditemukan ikan yang terpapar virus Hog Cholera. Apalagi belum tentu ikan di laut itu memakan bangkai babi. Bangkai pun tidak ada sampai ke laut lepas, sedangkan nelayan kita mencari ikan sampai ke tengah laut. Itu sudah sangat jauh dan kurang realistis,” paparnya.
Untuk itu, pihak Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Dinas Kesehatan Kota Medan, turun memberikan edukasi kepada masyarakat Kota Medan, mengenai kabar tersebut. “Kita sudah mengumpulkan kelompok nelayan untuk memberikan sosialisasi. Kita harapkan mereka tetap melaut mencari ikan. Khusus kepada masyarakat, Dinas Kesehatan akan memberikan imbauan dan sosialisasi agar tidak percaya isu-isu yang tidak benar. Masyarakat diminta tidak ragu karena ikan aman dikonsumsi,” tandasnya.
Bangkai Babi Masih Mengapung
Berbeda dengan keterangan Kadistanla Medan, warga Medan Marelan mengatakan, sepekan pasca penguburan ratusan bangkai babi, bangkai babi kembali ditemukan mengapung di sepanjang Sungai Bedera, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Sabtu (16/11).
Penemuan tersebut dilaporkan warga kepada Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara. Afri (40), warga setempat mengatakan, terkejut melihat bangkai babi masih mengapung di Sungai Bedera.
“Kami heran, baru kemarin dibersihkan dan dikubur, kenapa masih ada lagi bangkai babi mengapung di sungai,” keluhnya.
Nelayan ini berharap pemerintah serius menangani bangkai babi yang dibuang peternak, sebab mengganggu mata pencaharian nelayan sekitar. “Sekarang ini masyarakat takut makan ikan. Ini berdampak kepada penjualan ikan nelayan kepada penampung,” katanya.
Ketua HNSI Sumut, Zulfahri Siagian, meminta Pemprovsu dan Pemko Medan mengambil langkah tegas menangani bangkai babi yang hanyut di Sungai Bedera dari hulu menuju Paluh Gayau dan Muara Siombak.
Zulfahri tidak ingin masalah itu diselesaikan dengan cara berorasi ke jalan. “Kinerja Dinas Keluatan dan Perikana dan Dinas Lingkungan Hidup saya nilai lemah. Kita minta kepada gubernur untuk mengevalusi,” tegas Zulfahri.
Gelar Aksi Makan Ikan
Terkait ketakutan warga Medan mengonsumsi ikan, Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Medan, Rusdi Sinuraya, bersama MUI Medan dan asosiasi pedagang ikan, mengadakan makan ikan bersama di depan lokasi penjualan ikan di Pusat Pasar Medan, Sabtu (16/11).
Kegiatan ini bertujuan menghilangkan rasa kekhawatiran masyarakat terhadap isu ikan membawa virus Hog Cholera. Dikatakan Rusdi, ikan aman dikonsumsi dan tidak terkontaminasi virus.
Didampingi Kepala Pusar Pasar Medan, Idham Saudi Siregar dan Sekretaris LPPOM MUI Medan, serta Ketua Pedagang Ikan, Rusdi turun ke pasar untuk menanyakan asal-usul ikan yang dijual. Ternyata ikan yang dijual di sejumlah pasar di Kota Medan, berasal dari Aceh, Tanjungbalai, Sibolga maupun dari Danau Toba. “Jadi ikan ini masih segar dan layak dikonsumsi serta halal,” katanya.
Ia menuturkan, sejauh ini belum ada ditemukan dampaknya kepada manusia yang mengonsumsi ikan laut maupun sungai. “Untuk membuktikan ikan ini aman dikonsumsi, saya akan membuktikannya sendiri dengan memakan ikan-ikan ini,” katanya.
Sekretaris LPPOM MUI Kota Medan, Muhammad Basri, mengimbau masyarakat tak perlu khawatir memakan ikan. “Ikan halal untuk dikonsumsi dan menyehatkan. Ikannya dari tengah laut dan jauh dari bibir pantai,” katanya.
Kepala Pusat Pasar, Idham Saudi Siregar menyebutkan, pihaknya tidak ingin para pedagang ikan terus merugi akibat isu yang tidak benar. “Makanya kita buat makan ikan bersama ini. Habis kita beli, langsung kita goreng dan bakar. Lalu kita makan,” ucapnya.
Pedagang ikan, Ivo mengatakan, selama seminggu ini omset mereka turun drastis. “Biasa bisa habis 1 ton sehari, sekarang 200 kg sehari saja susah. Masyarakat ditawari makan ikan, katanya takut ada babinya. Padahal ikan ini nggak ada dari Belawan. Lebih murah harga ikan di sini daripada di Belawan,” katanya. (map/prn/fac)