29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Dilatih Belajar Keagamaan di Tengah Libur Sekolah

Para siswa yang bersekolah di Sekolah Unit Pelaksana Tugas (UPT), SLB E Pembina Tingkat Provinsi di Jalan Karya Ujung, memang tengah libur.

Andika S Tanjung, Medan.

Namun pihak sekolah mengisi kegiatan libur bersama siswanya dengan membuat kegiatan keagamaan di bulan puasa ini. Seperti apa?n

Sepintas, siswa SLB E Pembina yang mengikuti kegiatan keagamaan ini sama seperti siswa pada umumnya. Misalnya saja, dari segi penampilan, kesan siswa berkebutuhan khusus ini tak ada bedanya dengan siswa normal lainnya. Siswa putra tampak gagah mengenakan baju muslim (koko), lengkap dengan peci penutup kepala. Begitu juga siswinya, mengenakan baju muslim berwarna cerah dipadu dengan jilbab, menambah kesan cantik sebagai wanita yang mulai beranjak remaja.

Apalagi soal teknologi, mereka juga tak mau ketinggalan. Beberapa siswa diantaranya menggunakan smart phone. Ya, para siswa itu menderita tuna rungu (tuli dan bisu) dan tuna grahita (IQ lemah). Mereka berkumpul untuk mengikuti kegiatan keagamaan di bulan suci Ramadan.

Siang itu, mereka mendapatkan materi belajar tata cara berwudhu serta gerakan salat. Siswa yang hadir dalam kesempatan ini, tampak serius mendengarkan pengarahan dan tata cara berwudhu yang merupakan syarat wajib sebelum melakukan salat.

Kegiatan keagamaan ini bukan seperti agenda pesantren kilat yang dilakukan sekolah pada umumnya, melainkan seperti taman bermain, dimana sesama tuna rungu dan tuna grahita berkumpul dan bermain sambil mendapatkan pelajaran agama.

Meski memiliki kekurangan pada diri mereka, namun mereka terlihat antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan cara berwudhu, mulai dari mencuci tangan, kumur-kumur hingga mencuci kaki. Setiap melihat satu gerakan, siswa langsung diinstruksikan mempraktekkannya. Ada juga yang disuruh tampil di hadapan teman-temannya untuk mempraktekkan gerakan yang baru diajarkan.

Setelah selesai tahapan berwudhu, siswa diperlihatkan tayangan orang yang sedang mempraktekkan gerakan-gerakan dalam salat. Sayangnya, hanya sampai bacaan surat Alfatihah, kegiatan sudah berakhir karena waktu sudah menunjukan pukul 11.00 WIB.
Pembantu kepala sekolah (PKS) Bidang Humas Azhar Spd, kegiatan keagamaan ini berlangsung selama 6 hari mulai dari 15-20 Juli mendatang. Selama 6 hari banyak hal yang akan diajarkan kepada siswa luar biasa ini di antaranya, Rukun Iman, Rukun Islam, tata cara salat, berwudhu tayyamum serta salat jenazah. “Kegiatan keagamaan diikuti oleh siswa kelas besar yakni dari tingkat SMP dan SMA,” ujarnya.

Tuna Grahita, kata dia, memiliki beberapa kategori yakni mampu rawat (hanya dirawat) mampu latih (dapat diberikan pelatihan keterampilan), serta mampu didik (bisa dididik). “Siswa luar biasa dibedakan setiap kelas sesuai kategorinya masing-masing,” bebernya.
Sementara itu, seorang guru agama SLB E, Syamsudin mengatakan, siswa tuna grahita serta tuna rungu cepat merasa jehuh dan bosan. Maka dari itu kegiatan keagamaan ini hanya berlangsung satu jam mulai dari pukul 10.00-11.00 Wib. “Memberikan ilmu kepada siswa berkebutuhan khusus, tidak sama seperti siswa pada umumnya. Sebab, siswa berkebutuhan khusus ini cepat merasa jenuh dan bosan. Maka dari itu kegiatan ini dikemas seperti tempat bermain namun tetap serius,” katanya kepada Sumut Pos, Rabu (17/7).

Dirinya tetap tetap menganjurkan siswanya menjalankan ibadah puasa. Karena mereka masih dalam kategori waras dan puasanya akan disah apabila tidak melakukan hal yang menyebabkan puasanya batal. “Tingkat kecerdasan mereka yang lemah, sedangkan tingkat kewarasan sama layaknya orang biasa. Maka dari itu siswa tersebut harus sudah mulai di biasakan berpuasa, agar ketika dewasa juga dapat menjalankan ibadah wajib ini di setiap bulan Suci Ramadan,” jelasnya.(*)

Para siswa yang bersekolah di Sekolah Unit Pelaksana Tugas (UPT), SLB E Pembina Tingkat Provinsi di Jalan Karya Ujung, memang tengah libur.

Andika S Tanjung, Medan.

Namun pihak sekolah mengisi kegiatan libur bersama siswanya dengan membuat kegiatan keagamaan di bulan puasa ini. Seperti apa?n

Sepintas, siswa SLB E Pembina yang mengikuti kegiatan keagamaan ini sama seperti siswa pada umumnya. Misalnya saja, dari segi penampilan, kesan siswa berkebutuhan khusus ini tak ada bedanya dengan siswa normal lainnya. Siswa putra tampak gagah mengenakan baju muslim (koko), lengkap dengan peci penutup kepala. Begitu juga siswinya, mengenakan baju muslim berwarna cerah dipadu dengan jilbab, menambah kesan cantik sebagai wanita yang mulai beranjak remaja.

Apalagi soal teknologi, mereka juga tak mau ketinggalan. Beberapa siswa diantaranya menggunakan smart phone. Ya, para siswa itu menderita tuna rungu (tuli dan bisu) dan tuna grahita (IQ lemah). Mereka berkumpul untuk mengikuti kegiatan keagamaan di bulan suci Ramadan.

Siang itu, mereka mendapatkan materi belajar tata cara berwudhu serta gerakan salat. Siswa yang hadir dalam kesempatan ini, tampak serius mendengarkan pengarahan dan tata cara berwudhu yang merupakan syarat wajib sebelum melakukan salat.

Kegiatan keagamaan ini bukan seperti agenda pesantren kilat yang dilakukan sekolah pada umumnya, melainkan seperti taman bermain, dimana sesama tuna rungu dan tuna grahita berkumpul dan bermain sambil mendapatkan pelajaran agama.

Meski memiliki kekurangan pada diri mereka, namun mereka terlihat antusias dan bersemangat mengikuti pelatihan cara berwudhu, mulai dari mencuci tangan, kumur-kumur hingga mencuci kaki. Setiap melihat satu gerakan, siswa langsung diinstruksikan mempraktekkannya. Ada juga yang disuruh tampil di hadapan teman-temannya untuk mempraktekkan gerakan yang baru diajarkan.

Setelah selesai tahapan berwudhu, siswa diperlihatkan tayangan orang yang sedang mempraktekkan gerakan-gerakan dalam salat. Sayangnya, hanya sampai bacaan surat Alfatihah, kegiatan sudah berakhir karena waktu sudah menunjukan pukul 11.00 WIB.
Pembantu kepala sekolah (PKS) Bidang Humas Azhar Spd, kegiatan keagamaan ini berlangsung selama 6 hari mulai dari 15-20 Juli mendatang. Selama 6 hari banyak hal yang akan diajarkan kepada siswa luar biasa ini di antaranya, Rukun Iman, Rukun Islam, tata cara salat, berwudhu tayyamum serta salat jenazah. “Kegiatan keagamaan diikuti oleh siswa kelas besar yakni dari tingkat SMP dan SMA,” ujarnya.

Tuna Grahita, kata dia, memiliki beberapa kategori yakni mampu rawat (hanya dirawat) mampu latih (dapat diberikan pelatihan keterampilan), serta mampu didik (bisa dididik). “Siswa luar biasa dibedakan setiap kelas sesuai kategorinya masing-masing,” bebernya.
Sementara itu, seorang guru agama SLB E, Syamsudin mengatakan, siswa tuna grahita serta tuna rungu cepat merasa jehuh dan bosan. Maka dari itu kegiatan keagamaan ini hanya berlangsung satu jam mulai dari pukul 10.00-11.00 Wib. “Memberikan ilmu kepada siswa berkebutuhan khusus, tidak sama seperti siswa pada umumnya. Sebab, siswa berkebutuhan khusus ini cepat merasa jenuh dan bosan. Maka dari itu kegiatan ini dikemas seperti tempat bermain namun tetap serius,” katanya kepada Sumut Pos, Rabu (17/7).

Dirinya tetap tetap menganjurkan siswanya menjalankan ibadah puasa. Karena mereka masih dalam kategori waras dan puasanya akan disah apabila tidak melakukan hal yang menyebabkan puasanya batal. “Tingkat kecerdasan mereka yang lemah, sedangkan tingkat kewarasan sama layaknya orang biasa. Maka dari itu siswa tersebut harus sudah mulai di biasakan berpuasa, agar ketika dewasa juga dapat menjalankan ibadah wajib ini di setiap bulan Suci Ramadan,” jelasnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/