27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Bus BTS Gratis hingga Desember

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Animo masyarakat terkait keberadaan Bus Trans Metro Deli di Kota Medan sejak Senin (16/11) lalu, tampak mulai terlihat. Di hari ketiga beroperasinya Bus dengan sistem pembelian pelayanan oleh pemerintah kepada pihak operator angkutan umum atau Buy The Service (BTS) itu, masyarakat Kota Medan tampak mulai mencoba untuk merasakan kenyamanan di atas Bus. Apalagi diketahui, Bus masih akan beroperasi secara gratis hingga bulan Desember mendatang.

RESMIKAN: Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, saat meresmikan Bus Buy The Service (BTS) di Terminal Amplas, Jalan Sisingamangaraja, baru-baru ini.

Kepala Bagian (Kabag) Operasional Bus Trans Metro Deli, Jimmy Petrus Tamba mengatakan, Bus yang saat ini beroperasi mulai dari pukul 05.00 WIB hingga 23.00 WIB tersebut memang belum bisa menerapkan aturan secara penuh. Misalnya, tentang penggunaan e-money dengan tarif Rp0. Sebab faktanya, saat ini masih banyak masyarakat yang naik bus tersebut tanpa memiliki e-money dan tetap gratis.

“Itu yang sedang kita sosialisikan lagi, teman-teman media juga kami mohon untuk ikut membantu menyosialisasikan. Artinya walaupun gratis, tapi seharusnya tetap pakai e-money,” ujarnya kepada Sumut Pos, Rabu (18/11).

MEWAH: Kondisi di dalam Bus Trans Metro Deli, tampak mewah. Bus ini beroperasi mulai dari pukul 05.00 WIB hingga 23.00 WIB.

Dikatakan Jimmy, saat ini pihaknya tengah berupaya untuk segera mengoperasikan Bus moda transportasi modern tersebut di dua koridor lainnya yang masih belum beroperasi hingga saat ini, yakni koridor Lapangan Merdeka – Pinangbaris dan Lapangan Merdeka – Belawan.”Doakan kami supaya bisa kita buka yang dua koridor lagi di bulan depan, tentunya dengan tambahan bus-bus lainnya hingga nantinya total ada 72 unit bus,” katanya.

Terkait keberadaan halte dan tempat perhentian yang belum memadai secara keseluruhan, Jimmya pun mengakuinya. Namun begitu, ia menegaskan jika hal itu bukan kewenangan pihak operator.

“Kita hanya bertugas sebagai operator Bus, untuk halte dan lain-lain bukan kewenagan kita. Begitupun kami akan terus berbenah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” jawabnya.

Terpisah, Ketua Organda Medan, Mont Goreng Munthe tetap menegaskan dua hal yang menjadi permintaan para sopir angkot di Kota Medan. Pertama, Organda Medan menolak beroperasinya Bus BTS di Kota Medan dengan kondisi tarif Rp0 atau gratis. Kedua, Organda Medan menolak beroperasinya Bus BTS di Kota Medan dengan kondisi tempat perhentian yang belum jelas dikarenakan keberadaan halte yang belum tersedia.

“Kita tetap tegas, bahwa Bus Trans Metro Deli atau Bus BTS tetap harus berjalan dengan tarif yang layak, bukan Rp0 ataupun gratis. Karena kalau begitu, itu sama saja ‘membunuh’ angkot-angkot. Lalu Bus BTS juga harus punya tempat perhentian berupa halte yang jelas supaya Bus tidak sembarangan berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang,” tegasnya.

Selain itu, kata Gomery, Organda Medan juga terus mengetuk hati para pengambil kebijakan terkait keberadaan Bus BTS tersebut agar tidak merugikan para sopir angkot yang setiap harinya harus memikirkan cara untuk membayar angsuran mobil angkot ataupun setoran sewa angkot setiap harinya.

Sebab dengan kondisi pandemi ini saja, ditambah adanya transportasi online, para sopir angkot sudah kesulitan dalam membayar kewajiban-kewajibannya. Di sisi lain, para sopir angkot juga harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

“Ini bukan persaingan yang sehat. Kami berharap kebijakan dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sebagai perwakilan kami para sopir angkot. Semoga persaingan tidak sehat ini cepat berlalu,” harapnya.

Di sisi lain, anggota Komisi IV DPRD Medan, Dedy Aksyari menilai jika pengoperasian Bus BTS tanpa dilengkapi infrastruktur seperti halte adalah sesuatu yang dipaksakan. “Kita tidak menolak Bus BTS itu beroperasi, justru kita dukung agar masyarakat semakin diberi pilihan untuk mendapatkan transporasi yang nyaman dan murah. Hanya saja, kita juga tidak mau Bus itu beroperasi tanpa halte ataupun infrastruktur pendukung lainnya,” kata Dedy kepada Sumut Pos, Rabu (18/11).

Diungkapkan Dedy, Pemko Medan seharusnya telah memastikan terlebih dahulu ketersediaan infrastruktur yang mendukung beroperasinya Bus BTS. “Karena kalau begini, kesannya jadi dipaksakan. Kalau memang belum siap beroperasi, harusnya ditunda dulu sampai infrastrukturnya memadai. Lalu dengan Organda, Pemko Medan dalam hal ini Dishub Medan harusnya bisa menjadi ‘jembatan’ dalam menyelesaikan beberapa keluhan mereka,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Bus BTS telah beroperasi di tiga koridor dari lima koridor yang direncanakan. Ketiga koridor tersebut yakni koridor Lapangan Merdeka – Amplas, Lapangan Merdeka – Tuntungan, serta Lapangan Merdeka – Tembung. 

Saat ini total 39 Bus BTS tersebut telah berjalan di Kota Medan dengan total 35 unit Bus yang beroperasi dan 4 bus sebagai cadangan. Rinciannya, 10 unit diantaranya untuk koridor Lapangan Merdeka – Amplas dengan cadangan 1 unit, 16 unit untuk koridor Lapangan Merdeka – Tuntungan dengan cadangan 2 unit dan 9 unit sisanya untuk koridor Lapangan Merdeka – Tembung dengan cadangan 1 unit.

Bus BTS sendiri terdiri dari 2 ukuran, yakni Bus dengan ukuran Besar dengan kapasitas 40 hingga 50 orang dan Bus dengan ukuran sedang dengan kapasitas 25 orang. Bus berukuran besar baru beroperasi di koridor Lapangan Merdeka – Amplas, sedangkan Us berukuran sedang beroperasi di dua koridor lainnya. (map/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Animo masyarakat terkait keberadaan Bus Trans Metro Deli di Kota Medan sejak Senin (16/11) lalu, tampak mulai terlihat. Di hari ketiga beroperasinya Bus dengan sistem pembelian pelayanan oleh pemerintah kepada pihak operator angkutan umum atau Buy The Service (BTS) itu, masyarakat Kota Medan tampak mulai mencoba untuk merasakan kenyamanan di atas Bus. Apalagi diketahui, Bus masih akan beroperasi secara gratis hingga bulan Desember mendatang.

RESMIKAN: Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, saat meresmikan Bus Buy The Service (BTS) di Terminal Amplas, Jalan Sisingamangaraja, baru-baru ini.

Kepala Bagian (Kabag) Operasional Bus Trans Metro Deli, Jimmy Petrus Tamba mengatakan, Bus yang saat ini beroperasi mulai dari pukul 05.00 WIB hingga 23.00 WIB tersebut memang belum bisa menerapkan aturan secara penuh. Misalnya, tentang penggunaan e-money dengan tarif Rp0. Sebab faktanya, saat ini masih banyak masyarakat yang naik bus tersebut tanpa memiliki e-money dan tetap gratis.

“Itu yang sedang kita sosialisikan lagi, teman-teman media juga kami mohon untuk ikut membantu menyosialisasikan. Artinya walaupun gratis, tapi seharusnya tetap pakai e-money,” ujarnya kepada Sumut Pos, Rabu (18/11).

MEWAH: Kondisi di dalam Bus Trans Metro Deli, tampak mewah. Bus ini beroperasi mulai dari pukul 05.00 WIB hingga 23.00 WIB.

Dikatakan Jimmy, saat ini pihaknya tengah berupaya untuk segera mengoperasikan Bus moda transportasi modern tersebut di dua koridor lainnya yang masih belum beroperasi hingga saat ini, yakni koridor Lapangan Merdeka – Pinangbaris dan Lapangan Merdeka – Belawan.”Doakan kami supaya bisa kita buka yang dua koridor lagi di bulan depan, tentunya dengan tambahan bus-bus lainnya hingga nantinya total ada 72 unit bus,” katanya.

Terkait keberadaan halte dan tempat perhentian yang belum memadai secara keseluruhan, Jimmya pun mengakuinya. Namun begitu, ia menegaskan jika hal itu bukan kewenangan pihak operator.

“Kita hanya bertugas sebagai operator Bus, untuk halte dan lain-lain bukan kewenagan kita. Begitupun kami akan terus berbenah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” jawabnya.

Terpisah, Ketua Organda Medan, Mont Goreng Munthe tetap menegaskan dua hal yang menjadi permintaan para sopir angkot di Kota Medan. Pertama, Organda Medan menolak beroperasinya Bus BTS di Kota Medan dengan kondisi tarif Rp0 atau gratis. Kedua, Organda Medan menolak beroperasinya Bus BTS di Kota Medan dengan kondisi tempat perhentian yang belum jelas dikarenakan keberadaan halte yang belum tersedia.

“Kita tetap tegas, bahwa Bus Trans Metro Deli atau Bus BTS tetap harus berjalan dengan tarif yang layak, bukan Rp0 ataupun gratis. Karena kalau begitu, itu sama saja ‘membunuh’ angkot-angkot. Lalu Bus BTS juga harus punya tempat perhentian berupa halte yang jelas supaya Bus tidak sembarangan berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang,” tegasnya.

Selain itu, kata Gomery, Organda Medan juga terus mengetuk hati para pengambil kebijakan terkait keberadaan Bus BTS tersebut agar tidak merugikan para sopir angkot yang setiap harinya harus memikirkan cara untuk membayar angsuran mobil angkot ataupun setoran sewa angkot setiap harinya.

Sebab dengan kondisi pandemi ini saja, ditambah adanya transportasi online, para sopir angkot sudah kesulitan dalam membayar kewajiban-kewajibannya. Di sisi lain, para sopir angkot juga harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

“Ini bukan persaingan yang sehat. Kami berharap kebijakan dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sebagai perwakilan kami para sopir angkot. Semoga persaingan tidak sehat ini cepat berlalu,” harapnya.

Di sisi lain, anggota Komisi IV DPRD Medan, Dedy Aksyari menilai jika pengoperasian Bus BTS tanpa dilengkapi infrastruktur seperti halte adalah sesuatu yang dipaksakan. “Kita tidak menolak Bus BTS itu beroperasi, justru kita dukung agar masyarakat semakin diberi pilihan untuk mendapatkan transporasi yang nyaman dan murah. Hanya saja, kita juga tidak mau Bus itu beroperasi tanpa halte ataupun infrastruktur pendukung lainnya,” kata Dedy kepada Sumut Pos, Rabu (18/11).

Diungkapkan Dedy, Pemko Medan seharusnya telah memastikan terlebih dahulu ketersediaan infrastruktur yang mendukung beroperasinya Bus BTS. “Karena kalau begini, kesannya jadi dipaksakan. Kalau memang belum siap beroperasi, harusnya ditunda dulu sampai infrastrukturnya memadai. Lalu dengan Organda, Pemko Medan dalam hal ini Dishub Medan harusnya bisa menjadi ‘jembatan’ dalam menyelesaikan beberapa keluhan mereka,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Bus BTS telah beroperasi di tiga koridor dari lima koridor yang direncanakan. Ketiga koridor tersebut yakni koridor Lapangan Merdeka – Amplas, Lapangan Merdeka – Tuntungan, serta Lapangan Merdeka – Tembung. 

Saat ini total 39 Bus BTS tersebut telah berjalan di Kota Medan dengan total 35 unit Bus yang beroperasi dan 4 bus sebagai cadangan. Rinciannya, 10 unit diantaranya untuk koridor Lapangan Merdeka – Amplas dengan cadangan 1 unit, 16 unit untuk koridor Lapangan Merdeka – Tuntungan dengan cadangan 2 unit dan 9 unit sisanya untuk koridor Lapangan Merdeka – Tembung dengan cadangan 1 unit.

Bus BTS sendiri terdiri dari 2 ukuran, yakni Bus dengan ukuran Besar dengan kapasitas 40 hingga 50 orang dan Bus dengan ukuran sedang dengan kapasitas 25 orang. Bus berukuran besar baru beroperasi di koridor Lapangan Merdeka – Amplas, sedangkan Us berukuran sedang beroperasi di dua koridor lainnya. (map/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/