26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Akses ke Danau Toba Putus, 3 Kenderaan Tertimbun Longsor di Jalan Siantar-Parapat

istimewa
TERTIMPA: Warga menyaksikan truk yang tertimpa longsor di Jembatan Siduadua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun, Selasa (18/12) sore.

Bencana tanah longsor terus terjadi dalam sepekan terakhir di Sumatera Utara. Kali ini longsor menerjang Jembatan Kembar Siduadua, Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, sekitar 1 kilometer dari lokasi wisata Danau Toba, Selasa (18/12) sore. Hingga tadi malam, ratusan kendaraan dari Pematangsiantar menuju Parapat dan kawasan Pantai Barat atau Tapanuli serta sebaliknya, terjebak macet.

INFORMASI yang diperoleh Sumut Pos, truk BK 8058 BS bermuatan sembako tertimbun material longsor. Sedangkan dua kendaraan lagi, yakni pikap dan Rush ikut terpapar material tanah.

Truk yang bermuatan sembako seketika terbalik dihantam longsor, sehingga muatannya jadi bercampur tanah serta bongkahan batu dan kayu bekas yang sudah dipotong. Beruntung sopir angkutan ekspedisi ini Erik Sinaga, warga Huta Sipinggan, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten Simalungun bersama kernetnya Aknes Simajuntak penduduk Sibolga, Tapanuli Tengah, selamat dari musibah itu.

Sekretaris Camat Girsang Sipanganbolon, Doni Sinaga yang dikonfirmasi tadi malam mengatakan, material longsor belum dapat dibersihkan dari badan jalan, karena hujan masih terus berlangsung, bahkan masih terjadi longsor susulan dari dinding tebing. Akibatnya, jalan nasional ini pun lumpuh total.

“Antrean kendaraan lebih 1 kilometer, baik dari arah Pematangsiantar menuju wilayah Pantai Barat maupun sebaliknya. Karena timbunan tanah longsor yang menutup jalan belum dapat dibersihkan akibat hujan masih berlangsung dan masih ada longsor susulan sampai malam ini,” kata Doni.

Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun, Ramadani Purba menambahkan, pihaknya berupaya maksimal menormalkan kembali arus lalulintas dengan membersihkan timbunan longsor dan menarik kendaraan yang tertimbun material longsor. Dia juga mengimbau kendaraan roda empat agar tidak melintas dari jalur alternatifn

Simpang Palang menuju Girsang dan sebaliknya karena kondisi jalan berlumpur saat hujan. “Sebaiknya tidak melewati jalan alternatif Simpang Palang atau Girsang, karena kondisi jalan sangat berlumpur saat hujan,” imbaunya.

Menyikapi longsor yang memutus jalur transportasi Siantar-Parapat ini, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku sudah memerintahkan BPPD Sumut segera berkoordinasi dengan BPPD Simalungun untuk mengatasi kondisi darurat di lapangan. Ia pun menyampaikan duka atas bencana alam yang tidak diduga ini. Menurutnya, meski untuk sementara dilaporkan tidak ada korban jiwa, namun kondisi longsor yang sempat menimbun beberapa kendaraan roda empat dan truk itu agar ditanggulangi oleh pihak terkait sesegera mungkin.

Gubsu memerintahkan BPPD Sumut mengupayakan tambahan alat berat dengan komunikasi efektif Dengan BPPJN II. “Dinas BMBK juga sudah saya perintahkan membantu Pemkab Simalungun mengatasi kondisi yang ada,” ujarnya seraya menyatakan, target darurat terutama membuka jalur jalan yang terputus.

Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis saat dikonfirmasi Sumut Pos tadi malam, mengakui proses evakuasi sedang dilakukan. “Satu truk tronton, satu pikap, satu Rush tertimpa. Longsor pada hari itu terjadi beberapa kali sejak pukul 11.00 WIB, dan terjadi lagi longsor yang besar sekitar pukul 16.45 WIB. Namun korban jiwa tidak ada dalam peristiwa ini,” kata Riadil.

Sampai kini, kata Riadil, proses evakuasi sedang berjalan, lalu lintas di sekitar lokasi bencana sementara distop. Diungkapkannya, arus lalu lintas dari arah Tobasa mengalami kemacetan panjang sampai Parapat. “Dari arah Siantar macet sampai lebih kurang 2 Km. Kondisi cuaca saat ini hujan lebat. Direncanakan akan ada pengalihan arus kenderaan dari Siantar (simpang Aek Nauli) menuju Sipanganbolon sepanjang 18 Km,” katanya.

Untuk proses evakuasi sendiri, kata dia, saat ini satu unit alat berat sudah dikerahkan ke lokasi dan masih memerlukan penambahan dua alat berat. “Perlu pengerahan tambahan alat berat sudah kami koordinasikan dengan BPJN, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut serta BPBD Simalungun,” katanya.

Selain itu BPBD Sumut juga sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dan BPBD Simalungun akan mengalihkan arus kenderaan dari Simpang Palang (sebelum kawasan Aek Nauli sebelum Parapat-menuju Sipanganbolon) lewat Kota Parapat sepanjang 18 Km.

Seorang warga Kota Medan, Normin br Karo yang kebetulan melintasi jalan di lokasi longsor, membenarkan ihwal peristiwa tersebut. Saat ini, ungkap dia, terjadi antrian panjang kendaraan dari arah dan menuju Kota Parapat. “Betul sekali, kami gak bisa jalan pulang ke Medan akibat bencana longsor di Jalan Parapat/Siantar,” katanya.

Diakui dia, sejak pukul 17.00 WIB dirinya dan keluarga sudah terjebak macet akibat bencana tersebut. Alhasil mereka berputar arah mencari lokasi lebih aman yang jauh dari titik longsor. “Kami tadi masuk Parapat sekitar pukul 17.00 dan mobil sudah gak bisa jalan. Lantaran kami gak sampai ke titik dari masjid dan sudah gak bisa jalan, jadi kami mengarah ke mess,” katanya.

Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja yang dikonfirmasi mengatakan, personel Lantas dari Polsek Parapat dan Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan masih berada di lokasi, mengamankan proses evakuasi reruntuhan. Dari laporan yang ia terima, longsor tersebut terjadi sekira pukul 11.00 WIB. Sementara longsoran yang lebih besar lagi turun sorenya. “Jadi sejak pagi sudah longsor kecil. Baru sorenya jatuh longsor yang lebih besar. Informasinya, ada tiga kendaraan bermotor yang tertimbun longsor. Belum ada laporan korban jiwa dalam kejadian tersebut,” ungkapnya.

Ia mengatakan, arus lalulintas terpaksa dialihkan. Menurutnya, kondisi saat ini jalur tersebut tidak bisa dilalui sama sekali. “Arus lalulintas dari Siantar ke Balige dialihkan melalui Simpang Palang dan Simpang Sitahuan. Laporan terakhir macet panjang dari kedua arah, Parapat dan Siantar,” ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan yang dihubungi Sumut Pos mengatakan saat ini pihaknya masih fokus melakukan evakuasi agar lalulintas bisa berjalan normal. “Ia saat ini kami lagi fokus evakuasi. Alat berat masih terus melakukan pembersihan longsoran agar jalur bisa kembali dilintasi,” terangnya.

Ketika ditanya apakah ada korban jiwa dalam insiden tersebut, ia mengaku belum mendapat laporan lanjut. Namun, ia tak menampik ada sejumlah kendaraan yang tertimbun longsoran. “Sampai saat ini kita belum mendapat laporan ada korban jiwa. Kalau korban materil ada, beberapa kendaraan roda empat ada yang terimbun. Saat ini jalan putus total. Tidak bisa dilalui,” pungkas Liberty.

///Jalan 3 Kabupaten Tertimbun

Tanah longsor juga terjadi di Desa Lubuk Nornor, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu, Selasa (18/12). Material longsor menutup sebagian badan jalan penghubung tiga kabupaten yakni Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, dan Padang Lawas Utara.

Kepala BPBD Labuhanbatu, Sofyan Hasibuan mengakui terjadinya longsor di kawasan tersebut. Namun menurutnya, arus lalu lintas terbilang masih lancar. “Arus lalulintas tidak terpengaruh, masih lancar,” paparnya.

Untuk membersihkan material longsor, pihak BPBD Labuhanbatu berkordinasi dengan pihak Dinas Perumahan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) setempat. “Kita masih menunggu alat berat. Kita harapkan Dinas PU agar mengirimkan alat berat Becho untuk menyingkirkan tanah longsor yang menutupi badan jalan,” jelasnya.

Potensi Gerakan Tanah Tinggi

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap bencana pergerakan tanah saat libur akhir tahun bertepatan Natal 2018 dan tahun baru 2019. Sebab sepanjang Desember hingga Januari 2019 potensi bencana tersebut masih tinggi.

Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah, PVMBG, Badan Geologi Agus Budianto mengungkapkan, Indonesia merupakan wilayah dengan tingkat bencana pergerakan tanah cukup tinggi. Terutama di wilayah dengan topografi berbentuk pegunungan dan lereng terjal.

Berdasarkan data yang dimilikinya, potensi ancaman bencana pergerakan tanah pada Desember 2018 hingga menjelang tahun baru 2019 diperkirakan masih tinggi. Dari peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah di Indonesia pada Desember 2018 dibandingkan bulan November dan 2018 mengalami peningkatan.

Potensi gerakan tanah itu berpotensi terjadi mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Bagian Barat hingga Lampung, sebagian besar Jawa Bagian Barat, Jawa Tengah bagian tengah sampai selatan, Jawa Timur, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku dan Papua. “Untuk itu, perlu diwaspadai potensi terjadinya gerakan tanah/longsor di daerah-daerah tersebut utamanya jalur jalan dan pemukiman di perbukitan, pegunungan dan sepanjang aliran sungai serta zona lainnya,” kata Agus di kantor PVMBG, Kota Bandung, Selasa (18/12).

Dia menuturkan, pihaknya telah menyerahkan peta rawan bencana pergerakan tanah kepada semua pemerintah provinsi. Peta tersebut diharapkan bisa menjadi panduan penanganan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam mengantisipasi potensi terjadinya bencana pergerakan tanah di wilayahnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta masyarakat untuk berperan aktif memantau kondisi lingkungan agar bencana tersebut bisa diatasi secara dini. Pemerintah daerah harus memastikan kondisi jalur wisata terutama menghadapi libur Natal dan tahun baru 2019. “Curah hujan meningkat. Jelang liburan ini daerah-daerah wisata harus disiapkan. Jalur jalan yang harus hati-hati sudah kita siapkan dan dikirim ke semua Pemda. Tim kita juga lakukan inspeksi (di lapangan),” ujarnya.(adi/esa/smg/prn/dvs)

istimewa
TERTIMPA: Warga menyaksikan truk yang tertimpa longsor di Jembatan Siduadua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun, Selasa (18/12) sore.

Bencana tanah longsor terus terjadi dalam sepekan terakhir di Sumatera Utara. Kali ini longsor menerjang Jembatan Kembar Siduadua, Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, sekitar 1 kilometer dari lokasi wisata Danau Toba, Selasa (18/12) sore. Hingga tadi malam, ratusan kendaraan dari Pematangsiantar menuju Parapat dan kawasan Pantai Barat atau Tapanuli serta sebaliknya, terjebak macet.

INFORMASI yang diperoleh Sumut Pos, truk BK 8058 BS bermuatan sembako tertimbun material longsor. Sedangkan dua kendaraan lagi, yakni pikap dan Rush ikut terpapar material tanah.

Truk yang bermuatan sembako seketika terbalik dihantam longsor, sehingga muatannya jadi bercampur tanah serta bongkahan batu dan kayu bekas yang sudah dipotong. Beruntung sopir angkutan ekspedisi ini Erik Sinaga, warga Huta Sipinggan, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten Simalungun bersama kernetnya Aknes Simajuntak penduduk Sibolga, Tapanuli Tengah, selamat dari musibah itu.

Sekretaris Camat Girsang Sipanganbolon, Doni Sinaga yang dikonfirmasi tadi malam mengatakan, material longsor belum dapat dibersihkan dari badan jalan, karena hujan masih terus berlangsung, bahkan masih terjadi longsor susulan dari dinding tebing. Akibatnya, jalan nasional ini pun lumpuh total.

“Antrean kendaraan lebih 1 kilometer, baik dari arah Pematangsiantar menuju wilayah Pantai Barat maupun sebaliknya. Karena timbunan tanah longsor yang menutup jalan belum dapat dibersihkan akibat hujan masih berlangsung dan masih ada longsor susulan sampai malam ini,” kata Doni.

Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun, Ramadani Purba menambahkan, pihaknya berupaya maksimal menormalkan kembali arus lalulintas dengan membersihkan timbunan longsor dan menarik kendaraan yang tertimbun material longsor. Dia juga mengimbau kendaraan roda empat agar tidak melintas dari jalur alternatifn

Simpang Palang menuju Girsang dan sebaliknya karena kondisi jalan berlumpur saat hujan. “Sebaiknya tidak melewati jalan alternatif Simpang Palang atau Girsang, karena kondisi jalan sangat berlumpur saat hujan,” imbaunya.

Menyikapi longsor yang memutus jalur transportasi Siantar-Parapat ini, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku sudah memerintahkan BPPD Sumut segera berkoordinasi dengan BPPD Simalungun untuk mengatasi kondisi darurat di lapangan. Ia pun menyampaikan duka atas bencana alam yang tidak diduga ini. Menurutnya, meski untuk sementara dilaporkan tidak ada korban jiwa, namun kondisi longsor yang sempat menimbun beberapa kendaraan roda empat dan truk itu agar ditanggulangi oleh pihak terkait sesegera mungkin.

Gubsu memerintahkan BPPD Sumut mengupayakan tambahan alat berat dengan komunikasi efektif Dengan BPPJN II. “Dinas BMBK juga sudah saya perintahkan membantu Pemkab Simalungun mengatasi kondisi yang ada,” ujarnya seraya menyatakan, target darurat terutama membuka jalur jalan yang terputus.

Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis saat dikonfirmasi Sumut Pos tadi malam, mengakui proses evakuasi sedang dilakukan. “Satu truk tronton, satu pikap, satu Rush tertimpa. Longsor pada hari itu terjadi beberapa kali sejak pukul 11.00 WIB, dan terjadi lagi longsor yang besar sekitar pukul 16.45 WIB. Namun korban jiwa tidak ada dalam peristiwa ini,” kata Riadil.

Sampai kini, kata Riadil, proses evakuasi sedang berjalan, lalu lintas di sekitar lokasi bencana sementara distop. Diungkapkannya, arus lalu lintas dari arah Tobasa mengalami kemacetan panjang sampai Parapat. “Dari arah Siantar macet sampai lebih kurang 2 Km. Kondisi cuaca saat ini hujan lebat. Direncanakan akan ada pengalihan arus kenderaan dari Siantar (simpang Aek Nauli) menuju Sipanganbolon sepanjang 18 Km,” katanya.

Untuk proses evakuasi sendiri, kata dia, saat ini satu unit alat berat sudah dikerahkan ke lokasi dan masih memerlukan penambahan dua alat berat. “Perlu pengerahan tambahan alat berat sudah kami koordinasikan dengan BPJN, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut serta BPBD Simalungun,” katanya.

Selain itu BPBD Sumut juga sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dan BPBD Simalungun akan mengalihkan arus kenderaan dari Simpang Palang (sebelum kawasan Aek Nauli sebelum Parapat-menuju Sipanganbolon) lewat Kota Parapat sepanjang 18 Km.

Seorang warga Kota Medan, Normin br Karo yang kebetulan melintasi jalan di lokasi longsor, membenarkan ihwal peristiwa tersebut. Saat ini, ungkap dia, terjadi antrian panjang kendaraan dari arah dan menuju Kota Parapat. “Betul sekali, kami gak bisa jalan pulang ke Medan akibat bencana longsor di Jalan Parapat/Siantar,” katanya.

Diakui dia, sejak pukul 17.00 WIB dirinya dan keluarga sudah terjebak macet akibat bencana tersebut. Alhasil mereka berputar arah mencari lokasi lebih aman yang jauh dari titik longsor. “Kami tadi masuk Parapat sekitar pukul 17.00 dan mobil sudah gak bisa jalan. Lantaran kami gak sampai ke titik dari masjid dan sudah gak bisa jalan, jadi kami mengarah ke mess,” katanya.

Terpisah, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja yang dikonfirmasi mengatakan, personel Lantas dari Polsek Parapat dan Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan masih berada di lokasi, mengamankan proses evakuasi reruntuhan. Dari laporan yang ia terima, longsor tersebut terjadi sekira pukul 11.00 WIB. Sementara longsoran yang lebih besar lagi turun sorenya. “Jadi sejak pagi sudah longsor kecil. Baru sorenya jatuh longsor yang lebih besar. Informasinya, ada tiga kendaraan bermotor yang tertimbun longsor. Belum ada laporan korban jiwa dalam kejadian tersebut,” ungkapnya.

Ia mengatakan, arus lalulintas terpaksa dialihkan. Menurutnya, kondisi saat ini jalur tersebut tidak bisa dilalui sama sekali. “Arus lalulintas dari Siantar ke Balige dialihkan melalui Simpang Palang dan Simpang Sitahuan. Laporan terakhir macet panjang dari kedua arah, Parapat dan Siantar,” ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan yang dihubungi Sumut Pos mengatakan saat ini pihaknya masih fokus melakukan evakuasi agar lalulintas bisa berjalan normal. “Ia saat ini kami lagi fokus evakuasi. Alat berat masih terus melakukan pembersihan longsoran agar jalur bisa kembali dilintasi,” terangnya.

Ketika ditanya apakah ada korban jiwa dalam insiden tersebut, ia mengaku belum mendapat laporan lanjut. Namun, ia tak menampik ada sejumlah kendaraan yang tertimbun longsoran. “Sampai saat ini kita belum mendapat laporan ada korban jiwa. Kalau korban materil ada, beberapa kendaraan roda empat ada yang terimbun. Saat ini jalan putus total. Tidak bisa dilalui,” pungkas Liberty.

///Jalan 3 Kabupaten Tertimbun

Tanah longsor juga terjadi di Desa Lubuk Nornor, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu, Selasa (18/12). Material longsor menutup sebagian badan jalan penghubung tiga kabupaten yakni Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, dan Padang Lawas Utara.

Kepala BPBD Labuhanbatu, Sofyan Hasibuan mengakui terjadinya longsor di kawasan tersebut. Namun menurutnya, arus lalu lintas terbilang masih lancar. “Arus lalulintas tidak terpengaruh, masih lancar,” paparnya.

Untuk membersihkan material longsor, pihak BPBD Labuhanbatu berkordinasi dengan pihak Dinas Perumahan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) setempat. “Kita masih menunggu alat berat. Kita harapkan Dinas PU agar mengirimkan alat berat Becho untuk menyingkirkan tanah longsor yang menutupi badan jalan,” jelasnya.

Potensi Gerakan Tanah Tinggi

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap bencana pergerakan tanah saat libur akhir tahun bertepatan Natal 2018 dan tahun baru 2019. Sebab sepanjang Desember hingga Januari 2019 potensi bencana tersebut masih tinggi.

Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah, PVMBG, Badan Geologi Agus Budianto mengungkapkan, Indonesia merupakan wilayah dengan tingkat bencana pergerakan tanah cukup tinggi. Terutama di wilayah dengan topografi berbentuk pegunungan dan lereng terjal.

Berdasarkan data yang dimilikinya, potensi ancaman bencana pergerakan tanah pada Desember 2018 hingga menjelang tahun baru 2019 diperkirakan masih tinggi. Dari peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah di Indonesia pada Desember 2018 dibandingkan bulan November dan 2018 mengalami peningkatan.

Potensi gerakan tanah itu berpotensi terjadi mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Bagian Barat hingga Lampung, sebagian besar Jawa Bagian Barat, Jawa Tengah bagian tengah sampai selatan, Jawa Timur, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku dan Papua. “Untuk itu, perlu diwaspadai potensi terjadinya gerakan tanah/longsor di daerah-daerah tersebut utamanya jalur jalan dan pemukiman di perbukitan, pegunungan dan sepanjang aliran sungai serta zona lainnya,” kata Agus di kantor PVMBG, Kota Bandung, Selasa (18/12).

Dia menuturkan, pihaknya telah menyerahkan peta rawan bencana pergerakan tanah kepada semua pemerintah provinsi. Peta tersebut diharapkan bisa menjadi panduan penanganan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam mengantisipasi potensi terjadinya bencana pergerakan tanah di wilayahnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta masyarakat untuk berperan aktif memantau kondisi lingkungan agar bencana tersebut bisa diatasi secara dini. Pemerintah daerah harus memastikan kondisi jalur wisata terutama menghadapi libur Natal dan tahun baru 2019. “Curah hujan meningkat. Jelang liburan ini daerah-daerah wisata harus disiapkan. Jalur jalan yang harus hati-hati sudah kita siapkan dan dikirim ke semua Pemda. Tim kita juga lakukan inspeksi (di lapangan),” ujarnya.(adi/esa/smg/prn/dvs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/