SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Doa untuk Dahlan Iskan terus mengalir dari berbagai kalangan. Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya bersama sejumlah pengurus organisasi otonom kemarin (19/4) mendatangi Dahlan di rumahnya. Selain doa bersama, mereka penasaran dengan kesabaran mantan menteri BUMN itu dalam menghadapi proses hukum sehingga tidak melakukan perlawanan.
Kedatangan 16 pengurus PDM disambut hangat oleh Dahlan bersama istri Nafsiah Dahlan. Mereka adalah pengurus PDM Surabaya, ketua pimpinan cabang dari berbagai kecamatan di Surabaya, kepala sekolah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
Selama pertemuan berlangsung, banyak hal yang dibahas. Mulai masalah ekonomi, mobil listrik, hingga perkembangan teknologi mutakhir dunia yang bakal berpengaruh terhadap Indonesia. ”Semoga Bapak terus diberi kesabaran. Kami ada di belakang Bapak,” kata Sekretaris PDM Surabaya M Arif An.
Arif mengungkapkan, salah satu tujuan kedatangan PDM adalah menimba ilmu. Menurut dia, sebagai tokoh nasional, Dahlan memiliki banyak pengalaman yang bias dibagi, baik untuk pengurus Muhammadiyah, ortom, maupun siswa panti asuhan yang dibinanya.
Salah satunya penguatan ekonomi umat. Sebab, Muhammadiyah telah memiliki banyak amal usaha yang terkait langsung dengan pengembangan ekonomi. Dia berharap amal usaha itu bisa lebih berkembang lagi.
Dalam kesempatan tersebut, mereka juga meminta kesedian Dahlan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak panti asuhan yang dibinanya di Surabaya. Tujuannya, anak-anak memiliki semangat seperti Dahlan. Permintaan itu langsung disanggupi Dahlan dan mempersilakan kapan saja.
Bukan hanya tentang ekonomi. Mereka juga berterus terang ingin belajar tentang kesabaran Dahlan seperti yang dilakukannya selama menjalani proses hukum. ”Untuk memberi semangat anak-anak muda, Pak Dahlan,” kata Ketua Majelis Pelayanan Sosial PDM Surabaya Feri Yudi.
Dia menilai, Dahlan sangat sabar selama menjalani proses hukum. Menurut Feri, Dahlan sebenarnya memiliki kekuatan untuk melawan dengan segala kemampuannya ketika diperlakukan seperti itu. Namun, Dahlan memilih sabar dan menahan diri. ”Itu sesuatu yang luar biasa. Saya yakin kalau Bapak mau berteriak, banyak yang akan membela. Tapi, Bapak tidak mau melakukan itu,” ucap Feri.
Menanggapi hal tersebut, Dahlan membuka jawaban dengan senyuman. Mantan Dirut PLN itu menuturkan, tidak adanya perlawanan itu bukanlah strateginya. Dahlan menceritakan, dirinya pernah mengalami proses yang disebut sebagai puncak penderitaan. ”Saya pernah merasakan baina yahyaa wa yamuut (antara hidup dan mati, Red),” katanya. Yaitu, ketika didiagnosis menderita kanker hati dan akhirnya harus menjalani transplantasi.
Alasan lain Dahlan tidak melakukan perlawanan adalah dia memang tidak melakukan korupsi seperti yang dituduhkan. Jangankan menyelewengkan uang negara, gaji dan fasilitas selama menjadi pejabat pun tidak pernah diambil. ”Ini memang ujian kesabaran yang luar biasa,” imbuh Dahlan.