MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala PJT RSUP Haji Adam Malik dr Nizam Zikri Akbar, SpJP (K) mengatakan, panjangnya antrean tersebut lantaran pasien bedah jantung jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu. Di satu sisi, dokter bedah jantung hanya bisa melakukan tindakan bedah dua kali operasi dalam sehari.
“Dokter bedah jantung kita hanya bisa sehari dua kali operasi. Apabila setahun 365 hari dikalikan dua, maka setiap hari menjadi sekitar 700 pasien pertahunn
Namun, jumlah ini belum dikurangi hari libur. Sementara jumlah pasien setahun mencapai 10 ribu,” ujarnya saat diwawancarai baru-baru ini.
Kata Nizam, antrian yang panjang tersebut bukan hanya terjadi di RSUP Haji Adam Malik. Melainkan, terjadi juga di rumah sakit lainnya di Indonesia. “Misalnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, yang ada empat kamar operasi. Rumah sakit itu saja antrean yang kita dapat informasi sudah setahun. Apalagi kita yang hanya punya dua kamar operasi, paling tidak 6 bulan,” paparnya.
Meski begitu, lanjut Nizam, pihaknya memang selalu berupaya untuk mendahulukan pasien dengan kasus darurat dalam menjadwalkan tindakan pembedahan. Namun, persoalannya penyakit jantung ini semuanya memang darurat.
“Antrean yang panjang sampai 6 bulan itu yang bedah. Bagi pasien jantung non bedah seperti pemasangan ring tanpa operasi bisa dilakukan 20 sampai 40 pasien setiap hari. Alasannya, pengerjaan tindakan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun, kalau tidak bisa ditangani secara non bedah maka kami kirim ke dokter bedah jantung,” tandasnya.
Sementara, Kassubag Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak menuturkan, dalam mengatasi antrean yang panjang tersebut, pihak rumah sakit berupaya melakukan inovasi. Salah satunya, dengan melakukan tindakan nonbedah dalam pemasangan ring.
Tak hanya itu, sudah merencanakan penambahan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia untuk mendukung layanan bedah jantung ini agar antreannya ke depan dapat diperpendek. Hanya saja, hal ini memang tidak bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. “Ini program jangka panjang, makanya kita terus melakukan inovasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien,” pungkasnya.
Sebelumnya, RSUP H Adam Malik Medan telah menerapkan teknologi bedah jantung dengan pemasangan ring pada organ tubuh lainnya, yakni di bagian paha kaki, bukan pada jantung.
Bahkan, ring yang akan dipasang tidak perlu dilakukan operasi. “Pasang ring di jantung sudah biasa, dan banyak rumah sakit melakukan hal itu. Akan tetapi, kini di PJT sudah berhasil melakukan tindakan-tindakan untuk penyakit lain di luar jantung tanpa operasi, bukan koroner. Ada dua kasus yang pernah kita tangani dan berhasil dilakukan tanpa operasi. Kasus pertama, pemasangan ring di pembuluh darah paha,” ungkap dr Nizam.
Dijelaskan dr Nizam, pemasangan ring di pembuluh darah dilakukan kepada pasien perempuan yang berusia 77 tahun. Pasien tersebut mengeluhkan sakit pada kedua kakinya. “Setelah dilakukan pemeriksaan dengan arteriogafi pada pembuluh darah kaki pasien, ternyata terlihat sumbatan total pada (pembuluh darah) arteri yang menyuplai kaki kiri dan kanan. Artinya, kedua arteri pada kaki pasien tersumbat,” terang dia.
Kata dr Nizam, pasien tersebut sudah berobat ke dokter bedah dan dianjurkan operasi. Namun pasien itu menolak. Selanjutnya, pasien ini datang ke RSUP H Adam Malik dan ditangani PJT.
“Setelah kita tangani tanpa operasi, hasilnya pembuluh darah paha yang tersumbat kembali lancar. Penanganan yang dilakukan hanya dengan membuat lubang kecil di bagian paha. Prosesnya hampir sama seperti pemasangan ring di jantung, tetapi letaknya berbeda karena dalam kasus ini letaknya pada level pinggul,” paparnya.
Ia mengaku, penanganan penyakit seperti itu atau kardiovaskuler sebenarnya sudah lama ditangani rumah sakit ini sejak tahun 2005. Hanya saja, penanganan yang dilakukan masih sebatas pemasangan ring di jantung. “Pembuluh darah manusia ini bukan hanya di jantung saja. Makanya, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi pemasangan ring bisa dilakukan mulai dari ujung kaki sampai ke leher. Sedangkan di kepala, banyak orang yang belum berani memasangnya (ring),” ujar dr Nizam.
Menurut dia, pemasangan ring di pembuluh darah paha atau organ tubuh selain jantung, merupakan pertama kalinya dan berhasil ditangani PJT RSUP H Adam Malik. Namun demikian, diakuinya, memang pernah ada beberapa kali diundang tim dokter dari Jakarta untuk menangani pembuluh darah selain jantung. Tapi tidak disiapkan atau tidak tuntas.
“Tidak perlu lagi berobat keluar negeri karena di PJT (RSUP H Adam Malik) sudah lengkap, dan hampir semua tindakan bisa dilakukan baik tanpa operasi atau dengan operasi. Bagusnya lagi, semua tindakan kita ini ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Sebab, biayanya antara Rp200 juta hingga Rp300 juta. Artinya, masyarakat kecil punya akses mendapat layanan dengan teknologi tinggi yang mahal seperti ini asalkan menjadi peserta BPJS Kesehatan,” paparnya.
Dokter Ali Nafiah Nasution SpJP menambahkan, untuk kasus kedua yang telah ditangani tim PJT yaitu pasien yang menderita penyakit jantung bawaan. Tindakan yang dilakukan dengan penutupan lubang di jantung pada pasien wanita berusia 32 tahun tanpa dilakukan operasi. “Pasien mengalami gangguan jantung bawaan dari lahir, keluhannya mudah capek sejak 3 bulan belakangan dan sudah berobat ke rumah sakit di Penang, Malaysia. Di sana, pasien didiagnosa ada lubang di antara serambi kiri dan kanan jantungnya. Lalu, dianjurkan operasi tapi pasien tidak bersedia karena langsung down atau cemas,” ujar dr Ali.
Kemudian, lanjutnya, pasien itu lalu datang ke RSUP H Adam Malik sekitar dua bulan lalu dan ditangani oleh tim PJT. Setelah diperiksa, ternyata memang ada lubang dengan ukuran 14 sampai 18 milimeter di antara sekat serambi kiri dan kanan.
Namun, karena lubang tidak terlalu besar maka disarankan untuk dilakukan pemeriksaan melalui Trans-esophageal echocardiografi (TEE). Pemeriksaan TEE itu untuk mengetahui apakah lubang ini bisa ditutup tanpa operasi yaitu dengan memasukkan alat melalui pembuluh darah di paha. (ris/ila)