26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

WAduh, Pak Satpol PP Disiram Cabai

Foto: Riadi/PM Sebagian pedagang meneriakkan kata-kata kotor kepada petugas Satpol-PP, saat penggusuran terjadi, Senin (20/4/2015).
Foto: Riadi/PM
Sebagian pedagang meneriakkan kata-kata kotor kepada petugas Satpol-PP, saat penggusuran terjadi, Senin (20/4/2015).

Aksi kembali memanas ketika alat berat mencoba menghancurkan tempat berjualan para pedagang ikan di Jalan RRI. Pedagang berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan lokasinya mencari nafkah.

Pedagang Ikan, S Sitompul mengaku kecewa dengan tindakan yang dilakukan petugas Satpol PP. Pasalnya, selama ini dirinya selalu membayar kewajiban berupa uang keamanan serta uang sampah.

“Mau cari makan pakai apa kami nanti, memang nggak ada perasaan Satpol PP ini,” katanya sembari terkulai lesu melihat kiosnya dihancurkan alat berat.

Pria berkulit hitam itu mengaku akan tetap berjualan meski tempatnya berjualan sudah rata dengan tanah akibat dihancurkan dengan alat berat. “Kami cari makan halal, tidak mencuri. Harusnya pemerintah mendukung. Kalau pedagang dilarang berjualan, mau pakai apa kami makan? Apa kami harus mencuri atau jual narkoba? Besok (hari ini) aku tetap berjualan,” katanya.

Pedagang lainnya, Mamak Evi Br Sitepu mengatakan, dirinya bukan tidak bersedia direlokasi ke Pasar Induk. Namun, lokasi Pasar Induk yang sulit dijangkau itu tidak ramah bagi para pedagang jenis eceran.

“Mau makan apa pedagang eceran seperti kami di Pasar Induk? Waktu aku berjualan di sana, jangankan balik modal, buka dasar saja tidak,” ujar pedagang cabai yang berada persisis di depan gedung RRI lama itu.

Sambil menguyah sirih di mulutnya, br Sitepu itu mengungkapkan, banyak yang harus dilakukan pembenahan oleh pemerintah di Pasar Induk, diantaranya ketersediaan angkutan, keamanan, serta tidak lengkapnya pedagang yang berjualan di lokasi tersebut.

“Kalau di sini (Jalan RRI) semua ada. Jual cabai ada, sayur ada, ikan ada, bumbu ada, deterjen atau sabun juga ada, sembako apalagi, jadi semua lengkap makanya pembeli mau datang. Kalau di Pasar Induk hanya ada penjual sayur dan buah,” urainya.

Kata dia, pembeli tidak mau jauh-jauh datang ke Pasar Induk kalau hanya mau beli sekilo atau dua kilo, pasti sudah beli banyak tentu transaksinya sama pedagang grosir atau subgrosir, makanya pedagang eceran tidak akan bertahan.

“Maunya itu dipikirkan pemerintah, jangan main asal pindahkan pedagang saja. Bukannya kami tidak mau ikut aturan yang ada, tapi kalau kami tidak bisa hidup di pasar induk untuk apa lagi, toh kami pedagang eceran juga belanja dengan pedagang grosir,” tuturnya.

Foto: Riadi/PM Sebagian pedagang meneriakkan kata-kata kotor kepada petugas Satpol-PP, saat penggusuran terjadi, Senin (20/4/2015).
Foto: Riadi/PM
Sebagian pedagang meneriakkan kata-kata kotor kepada petugas Satpol-PP, saat penggusuran terjadi, Senin (20/4/2015).

Aksi kembali memanas ketika alat berat mencoba menghancurkan tempat berjualan para pedagang ikan di Jalan RRI. Pedagang berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan lokasinya mencari nafkah.

Pedagang Ikan, S Sitompul mengaku kecewa dengan tindakan yang dilakukan petugas Satpol PP. Pasalnya, selama ini dirinya selalu membayar kewajiban berupa uang keamanan serta uang sampah.

“Mau cari makan pakai apa kami nanti, memang nggak ada perasaan Satpol PP ini,” katanya sembari terkulai lesu melihat kiosnya dihancurkan alat berat.

Pria berkulit hitam itu mengaku akan tetap berjualan meski tempatnya berjualan sudah rata dengan tanah akibat dihancurkan dengan alat berat. “Kami cari makan halal, tidak mencuri. Harusnya pemerintah mendukung. Kalau pedagang dilarang berjualan, mau pakai apa kami makan? Apa kami harus mencuri atau jual narkoba? Besok (hari ini) aku tetap berjualan,” katanya.

Pedagang lainnya, Mamak Evi Br Sitepu mengatakan, dirinya bukan tidak bersedia direlokasi ke Pasar Induk. Namun, lokasi Pasar Induk yang sulit dijangkau itu tidak ramah bagi para pedagang jenis eceran.

“Mau makan apa pedagang eceran seperti kami di Pasar Induk? Waktu aku berjualan di sana, jangankan balik modal, buka dasar saja tidak,” ujar pedagang cabai yang berada persisis di depan gedung RRI lama itu.

Sambil menguyah sirih di mulutnya, br Sitepu itu mengungkapkan, banyak yang harus dilakukan pembenahan oleh pemerintah di Pasar Induk, diantaranya ketersediaan angkutan, keamanan, serta tidak lengkapnya pedagang yang berjualan di lokasi tersebut.

“Kalau di sini (Jalan RRI) semua ada. Jual cabai ada, sayur ada, ikan ada, bumbu ada, deterjen atau sabun juga ada, sembako apalagi, jadi semua lengkap makanya pembeli mau datang. Kalau di Pasar Induk hanya ada penjual sayur dan buah,” urainya.

Kata dia, pembeli tidak mau jauh-jauh datang ke Pasar Induk kalau hanya mau beli sekilo atau dua kilo, pasti sudah beli banyak tentu transaksinya sama pedagang grosir atau subgrosir, makanya pedagang eceran tidak akan bertahan.

“Maunya itu dipikirkan pemerintah, jangan main asal pindahkan pedagang saja. Bukannya kami tidak mau ikut aturan yang ada, tapi kalau kami tidak bisa hidup di pasar induk untuk apa lagi, toh kami pedagang eceran juga belanja dengan pedagang grosir,” tuturnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/