26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Kami Berharap Eka Masih Hidup…

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_Tim DVI mendata Jenazah korban banjir bandang Sibolangit yang telah teridentifikasi untuk selanjutnya di serahkan kepada keluarga di RS. Bhayangkara Medan, Selasa (17/5).
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_Tim DVI mendata Jenazah korban banjir bandang Sibolangit yang telah teridentifikasi untuk selanjutnya di serahkan kepada keluarga di RS. Bhayangkara Medan, Selasa (17/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak kurang dari satu jam, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumut, kembali mengidentifikasi satu jenazah korban banjir bandang dan longsor di Air Terjun Dua Warna, Sibolangit. Jenazah yang ditemukan pada Kamis (19/5), diidentifikasi bernama Dora Safitri, warga Jalan KH Dewantara, Kota Sibolga.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara cabang Medan, Kombes Farid Amansyah saat dikonfirmasi Sumut Pos, Jumat (20/5) siang, mengatakan, sejauh ini sudah 17 jenazah yang berhasil didentifikasi dan diserahkan pada keluarga.

“Tadi pagi kita melakukan tes pemeriksaan jenazah dan melakukan penelitian data ante mortem. Jenazah itu, atas nama Dora Safitri,” ungkap Farid yang juga Wakil Ketua Tim DVI Polda Sumut.

Menurutnya, jenazah wanita berusia 22 tahun itu merupakan mahasiswi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Flora Medan. Menurut Farid, meski jenazah sudah membusuk dan gembung. Namun, masih bisa dikenal dan diindetifikasi dari data ante mortem. Sehingga identifikasi hanya memakan waktu sekitar satu jam.

“Dengan ini, kami sudah mengidentifikasi 17 jenazah. Dengan perincian 7 jenazah dengan jenis laki-laki dan 10 jenazah dengan jenis perempuan,” jelas Farid.

Farid mengatakan, jasad Dora sudah membusuk, membengkak dan muka sudah hancur, akibat hantaman bendar keras. “Dari data anta mortem dan fisik masih utuh. Sehingga kita mudah simpulkan itu jenaza Dora,” jelasnya.

Lebih lanjut, Farid mengatakan, jenazah Dora sudah diserahkan kepada pihak keluarga untuk segera dikebumikan. Mengingat jenazah sudah membusuk.

“Sudah kita diserahkan kepada keluarga tadi,” tandasnya.

Seperti diketahui, jenazah Dora ditemukan di Desa Derek, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Lokasi penemuan jenazah berjarak 6 kilometer dari lokasi banjir bandang dan longsor. Jenazah itu ditemukan berada di kedalaman 150 meter dari tebing di aliran sungai Lau Betimus.

Dengan ini, tim SAR sudah mengevakuasi 17 jenazah dari total korban tewas 21 orang. Kini, tim SAR masih mencari empat korban yang tewas dan masih dinyatakan hilang.

Kecemasan sangat dirasakan keluarga keempat korban itu. Mereka masih mencari informasi, baik di rumah sakit Bhayangkara Medan maupun di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deliserdang di Sibolangit.

Hal itu, dilakukan keluarga korban atas nama Eka Nurul R. Yang saat ini, belum juga berhasil ditemukan jenazah mahasiswi Universitas Darmawangsa, Medan. Saat bencana alam itu, Eka pergi ke Air Terjun Dua Warna bersama rekan-rekannya dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

“Kami masih terus mencari informasi atas keberadaan anak saya ini,” tutur Syabania, ibu kandung Eka kepada Sumut Pos di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, kemarin siang.

Wanita cantik ini, masuk dalam daftar korban tewas dan belum ditemukan sampai saat ini. Berdasarkan data ante mortem di RS Bhayangkara Medan, jenazah yang belum ditemukan, masing-masing bernama Eka Nurul R, Mirzano, Priyarmando S, dan Gunawan. 

“Kami masih mengharap Eka masih hidup. Kalau sudah meninggal kami ikhlas. Tapi, kami minta jenazahnya ditemukan, biar kami kebumikan dengan baik,” sebut Syabania sembari meneteskan air mata.

Anak pertama dari empat saudara pasangan suami istri Syabania dan Rahmat Riyadi. Terakhir kontak sama bapaknya, pada Sabtu (14/5) lalu.

“Dia terakhir menelpon meminta uang kos (kontrakan). Memang Eka mau kemana tidak pernah tak member kabar, termasuk ke Air Terjun Dua Warna ini,” jelas wanita berjilbab hitam itu.

Syabania mendapatkan kabar anak gadisnya menjadi korban tewas dalam bencana alam itu, dari saudara mereka yang berada di Medan. “Saya sudah berada di Medan selama empat hari. Kami terus mencari informasi anak saya ini. Tolong sama rekan-rekan media saya diberitahu bila ada jenazah yang ditemukan. Biar kami kebumikan anak kami bila dia sudah meninggal,” tangis Syabania.

Eka merupakan mahasiswi semester VI Fakultas Ekonomi Universitas Darmawangsa Medan. Untuk mencari informasi tentang Eka, keluarganya tersebut dibantu rekan-rekan Eka.

Diberitakan, tim SAR sudah mengevakuasi 17 jenazah dari 21 korban yang tewas. Seluruh 17 jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga. Kini, tim SAR masih terus melakukan pencarian terhadap empat korban yang masih dinyatakan hilang tersebut.

Sementara, aktifis Liga Masyarakat Peduli Lingkungan (Lima Puluh)  M Rifai mendesak Pemkab Deliserdang menutup akses menuju Air Terjun Dua Warna. Menurutnya, banyak pertimbangan mengapa akses ke sana harus ditutup. Diantarany, tempat itu tidak layak dan medan yang dilalui menuju Air Terjun Dua Warna cukup terjal.

“Air Terjun Dua Warna ini berada di hutan konservasi, bukan hutan wisata,” kata bekas Ketua Pendidikan Konservasi Daerah (PKD) Sumut ini di Tanjungmorawa, Jumat (20/5).

Disinggung upaya Pemkab Deliserdang akan melakukan pengkajian pascabanjir bandang ini, Rifai menyesalkan hal tersebut. Menurut dia, Pemkab Deliserdang lamban dalam melakukan pengkajian tersebut. “Kalaupun seandainya dibuka menjadi hutan wisata, harus ada Perdanya atau Peraturan Pemerintah. Tapi nyatanya, sampai sekarang tidak ada, makanya itu ilegal dan dikomersilkan,” tambah dia.

Sejak kawasan hutan Air Terjun Dua Warna diketahui masyarakat luas, dia tak memungkiri banyak yang datang berkunjung melihat keindahan alam itu. Bahkan, kata Rifai, dibukanya secara luas Air Terjun Dua Warna juga membuat saling bentrok fisik lantaran perebuatan kekuasaan pemegang retribusi masuk ke dalam.

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_Tim DVI mendata Jenazah korban banjir bandang Sibolangit yang telah teridentifikasi untuk selanjutnya di serahkan kepada keluarga di RS. Bhayangkara Medan, Selasa (17/5).
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_Tim DVI mendata Jenazah korban banjir bandang Sibolangit yang telah teridentifikasi untuk selanjutnya di serahkan kepada keluarga di RS. Bhayangkara Medan, Selasa (17/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak kurang dari satu jam, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumut, kembali mengidentifikasi satu jenazah korban banjir bandang dan longsor di Air Terjun Dua Warna, Sibolangit. Jenazah yang ditemukan pada Kamis (19/5), diidentifikasi bernama Dora Safitri, warga Jalan KH Dewantara, Kota Sibolga.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara cabang Medan, Kombes Farid Amansyah saat dikonfirmasi Sumut Pos, Jumat (20/5) siang, mengatakan, sejauh ini sudah 17 jenazah yang berhasil didentifikasi dan diserahkan pada keluarga.

“Tadi pagi kita melakukan tes pemeriksaan jenazah dan melakukan penelitian data ante mortem. Jenazah itu, atas nama Dora Safitri,” ungkap Farid yang juga Wakil Ketua Tim DVI Polda Sumut.

Menurutnya, jenazah wanita berusia 22 tahun itu merupakan mahasiswi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Flora Medan. Menurut Farid, meski jenazah sudah membusuk dan gembung. Namun, masih bisa dikenal dan diindetifikasi dari data ante mortem. Sehingga identifikasi hanya memakan waktu sekitar satu jam.

“Dengan ini, kami sudah mengidentifikasi 17 jenazah. Dengan perincian 7 jenazah dengan jenis laki-laki dan 10 jenazah dengan jenis perempuan,” jelas Farid.

Farid mengatakan, jasad Dora sudah membusuk, membengkak dan muka sudah hancur, akibat hantaman bendar keras. “Dari data anta mortem dan fisik masih utuh. Sehingga kita mudah simpulkan itu jenaza Dora,” jelasnya.

Lebih lanjut, Farid mengatakan, jenazah Dora sudah diserahkan kepada pihak keluarga untuk segera dikebumikan. Mengingat jenazah sudah membusuk.

“Sudah kita diserahkan kepada keluarga tadi,” tandasnya.

Seperti diketahui, jenazah Dora ditemukan di Desa Derek, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Lokasi penemuan jenazah berjarak 6 kilometer dari lokasi banjir bandang dan longsor. Jenazah itu ditemukan berada di kedalaman 150 meter dari tebing di aliran sungai Lau Betimus.

Dengan ini, tim SAR sudah mengevakuasi 17 jenazah dari total korban tewas 21 orang. Kini, tim SAR masih mencari empat korban yang tewas dan masih dinyatakan hilang.

Kecemasan sangat dirasakan keluarga keempat korban itu. Mereka masih mencari informasi, baik di rumah sakit Bhayangkara Medan maupun di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deliserdang di Sibolangit.

Hal itu, dilakukan keluarga korban atas nama Eka Nurul R. Yang saat ini, belum juga berhasil ditemukan jenazah mahasiswi Universitas Darmawangsa, Medan. Saat bencana alam itu, Eka pergi ke Air Terjun Dua Warna bersama rekan-rekannya dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

“Kami masih terus mencari informasi atas keberadaan anak saya ini,” tutur Syabania, ibu kandung Eka kepada Sumut Pos di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, kemarin siang.

Wanita cantik ini, masuk dalam daftar korban tewas dan belum ditemukan sampai saat ini. Berdasarkan data ante mortem di RS Bhayangkara Medan, jenazah yang belum ditemukan, masing-masing bernama Eka Nurul R, Mirzano, Priyarmando S, dan Gunawan. 

“Kami masih mengharap Eka masih hidup. Kalau sudah meninggal kami ikhlas. Tapi, kami minta jenazahnya ditemukan, biar kami kebumikan dengan baik,” sebut Syabania sembari meneteskan air mata.

Anak pertama dari empat saudara pasangan suami istri Syabania dan Rahmat Riyadi. Terakhir kontak sama bapaknya, pada Sabtu (14/5) lalu.

“Dia terakhir menelpon meminta uang kos (kontrakan). Memang Eka mau kemana tidak pernah tak member kabar, termasuk ke Air Terjun Dua Warna ini,” jelas wanita berjilbab hitam itu.

Syabania mendapatkan kabar anak gadisnya menjadi korban tewas dalam bencana alam itu, dari saudara mereka yang berada di Medan. “Saya sudah berada di Medan selama empat hari. Kami terus mencari informasi anak saya ini. Tolong sama rekan-rekan media saya diberitahu bila ada jenazah yang ditemukan. Biar kami kebumikan anak kami bila dia sudah meninggal,” tangis Syabania.

Eka merupakan mahasiswi semester VI Fakultas Ekonomi Universitas Darmawangsa Medan. Untuk mencari informasi tentang Eka, keluarganya tersebut dibantu rekan-rekan Eka.

Diberitakan, tim SAR sudah mengevakuasi 17 jenazah dari 21 korban yang tewas. Seluruh 17 jenazah sudah diserahkan ke pihak keluarga. Kini, tim SAR masih terus melakukan pencarian terhadap empat korban yang masih dinyatakan hilang tersebut.

Sementara, aktifis Liga Masyarakat Peduli Lingkungan (Lima Puluh)  M Rifai mendesak Pemkab Deliserdang menutup akses menuju Air Terjun Dua Warna. Menurutnya, banyak pertimbangan mengapa akses ke sana harus ditutup. Diantarany, tempat itu tidak layak dan medan yang dilalui menuju Air Terjun Dua Warna cukup terjal.

“Air Terjun Dua Warna ini berada di hutan konservasi, bukan hutan wisata,” kata bekas Ketua Pendidikan Konservasi Daerah (PKD) Sumut ini di Tanjungmorawa, Jumat (20/5).

Disinggung upaya Pemkab Deliserdang akan melakukan pengkajian pascabanjir bandang ini, Rifai menyesalkan hal tersebut. Menurut dia, Pemkab Deliserdang lamban dalam melakukan pengkajian tersebut. “Kalaupun seandainya dibuka menjadi hutan wisata, harus ada Perdanya atau Peraturan Pemerintah. Tapi nyatanya, sampai sekarang tidak ada, makanya itu ilegal dan dikomersilkan,” tambah dia.

Sejak kawasan hutan Air Terjun Dua Warna diketahui masyarakat luas, dia tak memungkiri banyak yang datang berkunjung melihat keindahan alam itu. Bahkan, kata Rifai, dibukanya secara luas Air Terjun Dua Warna juga membuat saling bentrok fisik lantaran perebuatan kekuasaan pemegang retribusi masuk ke dalam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/