31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Eramas Lebih Lugas dan Tegas Soal Hukum dan HAM

Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (dua kiri)-Musa Rajeckshah (kiri) disaksikan pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (dua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) menyampaikan program pada Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Medan, Selasa (19/6/2018). Debat publik tersebut digelar dengan tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

SUMUTPOS.CO – Debat kandidat putaran terakhir Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2018, selesai digelar, Selasa (19/6) malam. Mengambil tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), pasangan calon nomor urut satu, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) dinilai lebih lugas dan tegas menyampaikan pokok-pokok pikiran sesuai pertanyaan para pemateri di banding pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss).

“Kalau berbicara tepat akan sasaran berdasarkan tema, saya rasa paslon satu (Eramas, Red) lebih mengena. Jawaban mereka sangat lugas, tegas dan terbuka terkait persoalan hukum. Beda dengan Djarot-Sihar yang banyak berasumsi dan menutupi,” ujar akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Adamsyah kepada Sumut Pos, Rabu (20/6).

Menurut dia, jabaran pertanyaan yang disusun pemateri berdasarkan tema, berkenaan soal tanah dan kehutanan. Karena itu sangat sulit bagi paslon dua yakni Djarot-Sihar bersikap lebih tegas dibanding Edy-Ijeck. “Terganjal dengan Register 40 itu. Makanya mereka kurang berani menjelaskan persoalan-persoalan menyangkut pemanfaatan hutan oleh masyarakat,” katanya.

Terdapat tiga isu krusial yang menjadi landasan penilaiannya kenapa Eramas sedikit unggul dibanding Djoss pada debat kandidat tersebut. Yakni soal ilegal logging, human trafficking, penataan TNGL dan upaya penanggulangan narkoba. “Seperti debat antara Ijeck dan Sihar soal narkoba. Saya pikir Ijeck lebih paham soal itu dibanding Sihar. Karena Ijeck kita tahu tujuh tahun sebagai ketua PMI Medan, dia paham betul masalah-masalah sosial seperti ini. Juga tahu solusi apa ke depan yang perlu diambil. Bedanya, Sihar lebih banyak bicara soal pemakai sementara Ijeck tentang pengedar, untuk memutus mata rantai,” katanya.

Djarot, kata Adamsyah, terkesan banyak menyerang Edy-Ijeck secara fisik. Seperti berasumsi bahwa Ijeck kalau jadi tersangka atas kasus gratifikasi yang menjerat Gubsu Gatot Pujo Nugroho semasa menjabat. “Lalu dia juga menyerang Edy terkait kasus tanah warga Ramunia. Itukan sudah tak sehat, tidak pada kontennya,” katanya.

Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (dua kiri)-Musa Rajeckshah (kiri) disaksikan pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (dua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) menyampaikan program pada Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Medan, Selasa (19/6/2018). Debat publik tersebut digelar dengan tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

SUMUTPOS.CO – Debat kandidat putaran terakhir Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2018, selesai digelar, Selasa (19/6) malam. Mengambil tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), pasangan calon nomor urut satu, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) dinilai lebih lugas dan tegas menyampaikan pokok-pokok pikiran sesuai pertanyaan para pemateri di banding pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss).

“Kalau berbicara tepat akan sasaran berdasarkan tema, saya rasa paslon satu (Eramas, Red) lebih mengena. Jawaban mereka sangat lugas, tegas dan terbuka terkait persoalan hukum. Beda dengan Djarot-Sihar yang banyak berasumsi dan menutupi,” ujar akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Adamsyah kepada Sumut Pos, Rabu (20/6).

Menurut dia, jabaran pertanyaan yang disusun pemateri berdasarkan tema, berkenaan soal tanah dan kehutanan. Karena itu sangat sulit bagi paslon dua yakni Djarot-Sihar bersikap lebih tegas dibanding Edy-Ijeck. “Terganjal dengan Register 40 itu. Makanya mereka kurang berani menjelaskan persoalan-persoalan menyangkut pemanfaatan hutan oleh masyarakat,” katanya.

Terdapat tiga isu krusial yang menjadi landasan penilaiannya kenapa Eramas sedikit unggul dibanding Djoss pada debat kandidat tersebut. Yakni soal ilegal logging, human trafficking, penataan TNGL dan upaya penanggulangan narkoba. “Seperti debat antara Ijeck dan Sihar soal narkoba. Saya pikir Ijeck lebih paham soal itu dibanding Sihar. Karena Ijeck kita tahu tujuh tahun sebagai ketua PMI Medan, dia paham betul masalah-masalah sosial seperti ini. Juga tahu solusi apa ke depan yang perlu diambil. Bedanya, Sihar lebih banyak bicara soal pemakai sementara Ijeck tentang pengedar, untuk memutus mata rantai,” katanya.

Djarot, kata Adamsyah, terkesan banyak menyerang Edy-Ijeck secara fisik. Seperti berasumsi bahwa Ijeck kalau jadi tersangka atas kasus gratifikasi yang menjerat Gubsu Gatot Pujo Nugroho semasa menjabat. “Lalu dia juga menyerang Edy terkait kasus tanah warga Ramunia. Itukan sudah tak sehat, tidak pada kontennya,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/