26 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Eramas Lebih Lugas dan Tegas Soal Hukum dan HAM

Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (dua kiri)-Musa Rajeckshah (kiri) disaksikan pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (dua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) berpelukan usai Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Medan, Selasa (19/6/2018). Debat publik tersebut digelar dengan tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ia berharap masyarakat Sumut mampu menelaah kemampuan dan integritas calon pemimpinnya sebelum hari pencoblosan pada 27 Juni mendatang. Apalagi acara debat yang diinisiasi KPU Sumut ini sudah digelar sebanyak tiga kali, dalam rangka mendekatkan pemilih kepada kedua kandidat yang bertarung di Pilgubsu. Sebelumnya saat debat, Djarot menyinggung soal kasus lahan Ramunia. Edy Rahmayadi pun menyebut hanya orang Sumut yang tahu masalah di lahan itu. Djarot dalam tanggapannya mengatakan, dirinya membawa Open Manurung, yang disebutnya sebagai warga Ramunia. “Dia menuntut keadilan soal tanahnya, tapi malah mendapat perlakuan yang membuat dia trauma sampai saat ini,” katanya.

Nama Open Manurung memang mencuat setelah dirinya berkeras ingin memiliki tanah di kawasan Ramunia. Pada 2015, Open Manurung yang berunjukrasa menginap di gedung DPRD Sumut, sempat bersitegang dengan Edy, yang saat itu menjabat sebagai Pangdam I/BB. Selang beberapa waktu, Open Manurung meminta maaf pada Edy Rahmayadi dengan datang ke kediaman Edy bersama beberapa warga di lahan Ramunia itu.

Edy terlihat santai menanggapi penyataan Djarot ini. “Kalau bukan orang Sumut tak akan tahu kasus Ramunia. Itu tanah milik kodam (TNI), milik negara. Kalau mau mengurus kepemilikan harus ke negara. Jangan jadi orang sok tahu, merasa memiliki,” katanya.

“Tahun 2015 jadi tanggung jawab saya, karena saya Pangdam. Makanya saya tekankan soal fungsi hukum: keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Jangan digantung-gantung sehingga rakyat bingung,” imbuh Edy.

Mengenai reformasi agraria, Edy menegaskan, sudah ada jaminan Pancasila dan UUD 1945, pasal 33 bahwa kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Jadi hak kepemilikan tanah, jangan dipermainkan, ambil sana ambil sini. “Tapi, kami mengkhawatirkan adanya pressure politik kepada hukum. Ada yang mengaku elit politik, wakil rakyat, tapi memanfaatkan politik untuk kepentingannya,” ujarnya.

Sementara, Musa Rajeckshah (Ijeck) mengatakan dirinya dan Edy lahir di Sumut, makan dari hasil alam Sumut, serta hirup oksigen Sumut sehingga akan mengabdi untuk Sumut dengan menegakkan hukum dan HAM sebagaimana mestinya. “Kota Brastagi akan diperindah, Tapanuli Raya akan ditingkatkan pariwisatanya. Kalaupun banyak caci dan fitnah, saya dan Pak Edy telah ikhlas memaafkannya,” katanya berpantun. (prn/gus)

Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (dua kiri)-Musa Rajeckshah (kiri) disaksikan pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (dua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) berpelukan usai Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Medan, Selasa (19/6/2018). Debat publik tersebut digelar dengan tema Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ia berharap masyarakat Sumut mampu menelaah kemampuan dan integritas calon pemimpinnya sebelum hari pencoblosan pada 27 Juni mendatang. Apalagi acara debat yang diinisiasi KPU Sumut ini sudah digelar sebanyak tiga kali, dalam rangka mendekatkan pemilih kepada kedua kandidat yang bertarung di Pilgubsu. Sebelumnya saat debat, Djarot menyinggung soal kasus lahan Ramunia. Edy Rahmayadi pun menyebut hanya orang Sumut yang tahu masalah di lahan itu. Djarot dalam tanggapannya mengatakan, dirinya membawa Open Manurung, yang disebutnya sebagai warga Ramunia. “Dia menuntut keadilan soal tanahnya, tapi malah mendapat perlakuan yang membuat dia trauma sampai saat ini,” katanya.

Nama Open Manurung memang mencuat setelah dirinya berkeras ingin memiliki tanah di kawasan Ramunia. Pada 2015, Open Manurung yang berunjukrasa menginap di gedung DPRD Sumut, sempat bersitegang dengan Edy, yang saat itu menjabat sebagai Pangdam I/BB. Selang beberapa waktu, Open Manurung meminta maaf pada Edy Rahmayadi dengan datang ke kediaman Edy bersama beberapa warga di lahan Ramunia itu.

Edy terlihat santai menanggapi penyataan Djarot ini. “Kalau bukan orang Sumut tak akan tahu kasus Ramunia. Itu tanah milik kodam (TNI), milik negara. Kalau mau mengurus kepemilikan harus ke negara. Jangan jadi orang sok tahu, merasa memiliki,” katanya.

“Tahun 2015 jadi tanggung jawab saya, karena saya Pangdam. Makanya saya tekankan soal fungsi hukum: keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Jangan digantung-gantung sehingga rakyat bingung,” imbuh Edy.

Mengenai reformasi agraria, Edy menegaskan, sudah ada jaminan Pancasila dan UUD 1945, pasal 33 bahwa kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Jadi hak kepemilikan tanah, jangan dipermainkan, ambil sana ambil sini. “Tapi, kami mengkhawatirkan adanya pressure politik kepada hukum. Ada yang mengaku elit politik, wakil rakyat, tapi memanfaatkan politik untuk kepentingannya,” ujarnya.

Sementara, Musa Rajeckshah (Ijeck) mengatakan dirinya dan Edy lahir di Sumut, makan dari hasil alam Sumut, serta hirup oksigen Sumut sehingga akan mengabdi untuk Sumut dengan menegakkan hukum dan HAM sebagaimana mestinya. “Kota Brastagi akan diperindah, Tapanuli Raya akan ditingkatkan pariwisatanya. Kalaupun banyak caci dan fitnah, saya dan Pak Edy telah ikhlas memaafkannya,” katanya berpantun. (prn/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/