Di Sangiran, Gustav melakukan survei di Ngebung dan menemukan jejak-jejak keberadaan manusia purba. Di areal seluas 59,21 kilometer persegi pada 1934, dia kembali menemukan artefak hasil budaya manusia. Puncaknya pada dua tahun kemudian, dia menemukan delapan individu manusia Homo Erectus. Di sinilah dunia mencatat, Situs Sangiran di Sragen dan Karanganyar ditemukan pertama kali oleh Gustav.
“Sampai hari ini, sudah ditemukan 120 individu manusia purba Sangiran atau 50 persen dari populasi Homo Erectus di dunia,” sebut Syukron.
Dijelaskannya, temuan awal Gustav berupa alat dari batuan kalsedon dan jasper berukuran kecil. Ini menjadi indikasi kuat keberadaan manusia awal di Sangiran. Perkakas batu tersebut punya ukuran dan teknologi pengerjaan yang khas, Gustav menyebutnya sebagai Sangiran Flakes Industry dalam publikasi perdananya.
“Temuan ini langsung menjadi perhatian dunia. Dalam kurun waktu 1936 sampai 1941, sisa-sisa peninggalan manusia purba terus ditemukan. Sangiran menjadi salah satu situs hominid yang penting di dunia,” ucapnya.
Potensi Situs Sangiran dinilai warga dunia penting untuk ilmu pengetahuan. Pada 1977 situs ini ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya. Dilanjut pada 1996, Situs Sangiran menjadi salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO dengan nomor C593.
Menurut dia, perbedaan situs Sangiran dengan situs-situs lain adalah, dalam lapisan tanahnya yang berusia 250.000 sampai 2 juta tahun tersimpan rekaman jejak manusia dan lingkungannya. Kehadiran Homo Erectus Sangiran ditemukan di lapisan tanah berusia antara 1,5 hingga 0,9 juta tahun silam. Lapisan tanah ini berupa endapan lempung hitam yang menunjukkan lingkungan rawa.
Ia menyebutkan, ada empat evolusi yang terjadi di Sangiran, pertama adalah evolusi lingkungan tanpa terputus sejak 1,9 juta sampai 2,4 juta tahun. Masa itu, Sangiran adalah laut dalam. Kemudian pada 1,9 juta hingga 900.000 tahun, Sangiran sudah berubah dari laut dalam menjadi laut tangkal lalu rawa-rawa. Selanjutnya, 900.000 tahun sampai saat ini menjadi daratan.
Evolusi kedua adalah manusia dimulai sejak Homo Erectus Tipik hidup pada 800.000 tahun lalu dan Homo Erectus Progresif yang hidup sekitar 250.000 tahun lalu. Ditemukan di Situs Ngandong Blora dan Sambung Macan, Sragen.
Berikutnya, evolusi ketiga adalah fauna terdapat tiga spesies gajah di Sangiran yaitu mastodon hidup 1,5 juta tahun, yang kemudian berevolusi menjadi stegodon trigonocephalus. Selanjutnya, menjadi elephas namacidus.
Terakhir, evolusi keempat merupakan evolusi budaya di mana ditemukan alat serpih atau hasil budaya manusia purba yang berumur 1,2 juta tahun lalu. “Pada intinya, selain memiliki potensi peninggalan manusia dn budayanya, Situs Sangiran juga mempunyai potensi fosil fauna yang tersebar pada seluruh tingkatan. Mulai dari lapisan endapan laut, rawa hingga daratan. Ragam fauna yang ditemukan pun sangat banyak, antara lain gajah, rusa, kerbau, sapi, banteng, badak, dan lain sebagainya,” bebernya. (*/adz)