DELISERDANG, SUMUTPOS.co – Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), angkutan moda transportasi di Kualanamu Internasional Airport (KNIA) masih mengeluarkan tarif sebelumnya yakni Rp15 ribu. Manager Operasional Perum Damri Bandara Kualanamu, Ruslan mengakui pihaknya masih mengeluarkan tarif normal.
“Untuk tarif bus bandara sekarang belum naik. Tetapi ya akan naik juga. Banyak pertimbangan soal kenaikan tarif, termasuk kenaikan harga BBM dan lainnya,” kata Ruslan kepada Sumut Pos, Kamis (20/11).
Tarif bus Damri hingga saat ini masih sama karena belum turunnya Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sumatera Utara (Sumut) terkait melonjak BBM.
Menurut dia, saat ini pihak Damri dengan Dinas Perhubungan Sumut sedang melakukan rapat intensif menentukan tarif bus tersebut.
Adapun jumlah penumpang bandara dikatakan masih normal dan tidak begitu mengalami peningkatan.
Pantauan di bandara, hilir-mudik pengguna jasa dan pengunjung masih normal di jam-jam sibuk. Yang berbeda, PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) selaku pengelola KNIA membangun replika Istana Maimoon dan Masjid Raya.
Manager Humas PT AP II (Persero), Dewandono Prasetyo mengungkapkan replika Istana Maimoon itu dibangun berdasarkan perintah langsung dari Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugroho, saat melakukan kunjungan kerja (Kunker) beberapa waktu lalu. Menurut dia, Istana Maimoon itu dibangun dengan menggunakan anggaran dari Pemerintah Kota (Pemko) Medan.
“Itu replika Istana Maimoon di bangun di depan autogate, pintu keberangkatan. Nah, kalau kita bangun replika Masjid Raya di lantai I, itu dana dari AP II,” ungkap Pras sapaan akrab Dewandono Prasetyo.
Ia menargetkan proyek replika Masjid Raya itu akan rampung dalam 2 pekan mendatang dengan menelan anggaran sebesar Rp70 juta. “Kalau proyek dari Pemko Medan itu kita enggak tahu kapan selesai. Kita hanya mengawasinya saja,” bebernya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan PT AP II sebenarnya ingin menindaklanjuti keinginan dari Gatot Pujo Nugroho yang menginginkan bandara kebanggaan masyarakat Sumut itu menjadi lebih indah dengan dihiasi ornamen-ornamen suku etnis yang beragam. Namun, pihak AP II sayangnya terbatas dalam anggaran. “Mahal itu orname-ornamennya. Ini memang kita akui dan ini menjadi kebutuhan yang mendesak,” jelasnya.(ted-smg/trg)