30 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Sampah Adalah Hidup Kami.….

Bagi Tomy, bila TPA Terjun tutup, ada 200 pemulung yang bakal kehilangan mata pencaharian. Karena, mereka yang tinggal di sekitar TPA Terjun tidak akan mungkin memulung ke lokasi TPA yang baru.

“Kalau nanti TPA Namu Bintang dibuka, tidak mungkin saya ke sana, karena lokasi jauh sedangkan penghasilan yang saya dapat pas – pasan, pasti untuk ongkos aja sudah habis,” beber pria yang sudah memulung selama belasan tahun ini.

Harapan Tomy, dirinya yang putus sekolah di bangku SMP, dengan adanya Rumah Pintar TPA Terjun, dirinya berharap dapat merubah nasib dan bisa bekerja di tempat lain.

“Saya memang ada ikut belajar dan sudah ujian paket C, kalau memang TPA Terjun ini tutup, saya berdoa dengan adanya ijazah paket C bisa bekerja lebih bagus, walaupun sampah sudah mendarah daging bagi saya,” ungkap Tomy.

Harapan Tomy, pemerintah sudah harus memikirkan nasib mereka yang bekerja sebagai pemulung. Agar, TPA Terjun dapat diperluas dan bisa beroperasi lama. “Kami ingin ini tetap beroperasi, jangan sempat tutup. Kalau pemerintah punya niat memikirkan nasib kami, TPA Terjun bisa beroperasi lama,” pinta pria lajang ini.

Begitu juga dengan Cipto, pria yang telah memiliki 2 orang anak ini sangat berharap agar TPA Terjun tetap beroperasi. Dirinya yang sudah menjadi tenaga honor di TPA Terjun bakal kehilangan pekerjaannya.

“Saya ini dasarnya dari pemulung, sudah 3 tahun ini jadi honor, kalau ini tutup dan tidak beroperasi, pasti saya kehilangan kerja, belum tentu saya tetap dipekerjakan di lokasi lain,” ungkap pria berusia 40 tahun ini.

Dikatakan pria yang menetap di Pasar 5 Marelan ini, bila dirinya tetap dipekerjakan di tempat lain, pasti pengeluaran biaya sehari – hari akan lebih besar. “Saya digaji sesuai UMK, tapi kalau nanti pindah ke Namo Bintang jaraknya jauh dan pasti biaya besar, kalau di TPA Terjun saya tidak kena ongkos dan makan siang bisa pulang ke rumah. Kami berharap agar TPA Terjun dapat dimanfaatkan terus,” harapan Cipto.

Bagi Tomy, bila TPA Terjun tutup, ada 200 pemulung yang bakal kehilangan mata pencaharian. Karena, mereka yang tinggal di sekitar TPA Terjun tidak akan mungkin memulung ke lokasi TPA yang baru.

“Kalau nanti TPA Namu Bintang dibuka, tidak mungkin saya ke sana, karena lokasi jauh sedangkan penghasilan yang saya dapat pas – pasan, pasti untuk ongkos aja sudah habis,” beber pria yang sudah memulung selama belasan tahun ini.

Harapan Tomy, dirinya yang putus sekolah di bangku SMP, dengan adanya Rumah Pintar TPA Terjun, dirinya berharap dapat merubah nasib dan bisa bekerja di tempat lain.

“Saya memang ada ikut belajar dan sudah ujian paket C, kalau memang TPA Terjun ini tutup, saya berdoa dengan adanya ijazah paket C bisa bekerja lebih bagus, walaupun sampah sudah mendarah daging bagi saya,” ungkap Tomy.

Harapan Tomy, pemerintah sudah harus memikirkan nasib mereka yang bekerja sebagai pemulung. Agar, TPA Terjun dapat diperluas dan bisa beroperasi lama. “Kami ingin ini tetap beroperasi, jangan sempat tutup. Kalau pemerintah punya niat memikirkan nasib kami, TPA Terjun bisa beroperasi lama,” pinta pria lajang ini.

Begitu juga dengan Cipto, pria yang telah memiliki 2 orang anak ini sangat berharap agar TPA Terjun tetap beroperasi. Dirinya yang sudah menjadi tenaga honor di TPA Terjun bakal kehilangan pekerjaannya.

“Saya ini dasarnya dari pemulung, sudah 3 tahun ini jadi honor, kalau ini tutup dan tidak beroperasi, pasti saya kehilangan kerja, belum tentu saya tetap dipekerjakan di lokasi lain,” ungkap pria berusia 40 tahun ini.

Dikatakan pria yang menetap di Pasar 5 Marelan ini, bila dirinya tetap dipekerjakan di tempat lain, pasti pengeluaran biaya sehari – hari akan lebih besar. “Saya digaji sesuai UMK, tapi kalau nanti pindah ke Namo Bintang jaraknya jauh dan pasti biaya besar, kalau di TPA Terjun saya tidak kena ongkos dan makan siang bisa pulang ke rumah. Kami berharap agar TPA Terjun dapat dimanfaatkan terus,” harapan Cipto.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru