28 C
Medan
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Bank Sampah Bunga dan Medio Maju Dukung Program Wali Kota Medan Ciptakan Kawasan Bebas Sampah

MEDAN, SUMUTPOS.CO– Penguatan dan pembinaan eksistensi Bank Sampah terus dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution, untuk menciptakan kawasan bebas sampah. Juga, untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan Muhammad Husni SE MSi saat bertemu dengan pengelola Bank Sampah Bunga dan Madio Jaya.

Karenanya, kunjungan tatap muka ini rutin dilakukan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, Muhammad Husni SE MSi, secara bergilir ke sejumlah Bank Sampah yang tersebar di Kota Medan. Seperti yang dilakukan hari ini, Rabu (22/9/21), Muhammad Husni, mengunjungi Bank Sampah Bunga dan Bank Sampah Madio Maju di Kelurahan Tanjung Mulia, Medan Deli.

“Dalam kunjungan ini dilakukan pembinaan, menyerap aspirasi pengelola Bank Sampah, dan memberikan motivasi. Selain menciptakan kawasan bebas sampah, banyak nilai ekonomis yang bisa dikelola dari keberadaan Bank Sampah,” ujar Muhammad Husni kepada wartawan.

Dalam pertemuan yang berlangsung guyub dan penuh kekeluargaan tersebut, Husni banyak menyampaikan ide-ide kreatif yang disambut antusias pengelola Bank Sampah. Di antaranya, menciptakan cluster Bank Sampah yang terintegrasi dengan kegiatan ekonomi warga, kegiatan budaya dan peningkatan literasi.
“Pelan-pelan kita benahi. Nanti, kalau Bank Sampah ini terus eksis dan membesar, bisa kita buat satu cluster. Selain Bank Sampah, di lokasi yang sama bisa dibuat composting, budidaya magot dan lele, ini merupakan solusi dari limbah organik yang selama ini belum termanfaatkan. Di lokasi yang sama juga bisa dibuat pusat jajanan panganan tradisional, rumah baca untuk meningkatkan literasi. Soal ini, Bank Sampah di sejumlah daerah di Jawa telah berhasil menerapkannya,” tambahnya.

Saat ini Bank Sampah memanfaatkan tanah kosong milik warga. Ke depan, harusnya Bank Sampah berdiri di tanah milik Pemko Medan. “Bapak dan ibu bisa mengusulkannya ke Pemko Medan, agar Bank Sampah memiliki lokasi yang referesentatif, sehingga banyak kegiatan sosial dan ekonomis bisa dilakukan warga, jika ada lokasi yang memadai. Saya ingin di kampung ini ada peradaban dan ada kegiatan untuk meningkatkan ekonomi warga. Nanti kita bangun sentra ekonominya,” sebutnya.

Kepada Husni, sejumlah pengelola Bank Sampah menyampaikan tantangan yang selama ini dihadapi. Di antaranya, terkait belum maksimalnya kesadaran warga dalam memanfaatkan Bank Sampah. Dan, minimnya fasilitas dan peralatan dalam mendukung operasional Bank Sampah. “Padahal, kalau Bank Sampah dimanfaatkan, selain lingkungan bersih, juga menghasilkan uang. Kami juga butuh becak untuk menjemput sampah, keliling rumah warga, karena banyak warga yang masih enggan mengantar sampahnya ke Bank Sampah. Kalau naik sepeda motor, gak bisa bawa banyak sampahnya,” ujar salah seorang pengelola Bank Sampah Bunga.

Sementara, perwakilan pengelola Bank Sampah Madio Jaya menyampaikan minimnya perhatian perusahaan yang ada di sekitarnya. “Lokasi Bank Sampah kami diapit dua perusahaan besar, kalau bisa kami dibantu agar mereka peduli (social responsibility), minimal 1 persen dari sampah atau limbah dari dua perusahaan tersebut bisa masuk ke Bank Sampah Madio Jaya,” ujarnya.

Semua aspirasi yang disampaikan pengelola Bank Sampah ditabulasi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dan segera dicarikan solusinya. “Semua kita lakukan perlahan, gak bisa langsung besar, yang penting kita konsisten menjalankannya. Untuk dua perusahaan sebagaimana keluhan Bank Sampah Madio Jaya, kita akan segera menyurati dua perusahaan tersebut,” ucap Husni.

Saat ini untuk sementara ada tiga lokasi yang dijadikan pilot project kawasan bebas sampah di Kota Medan, yakni kawasan Kampung Kubur (Kampung Sejahtera), Tanjung Mulia, dan Pekan Labuhan. Semuanya berada di pinggiran Sungai Deli, ke depan lokasi akan bertambah, sehingga keberadaan sampah di Kota Medan bisa diminimalir.

Di tempat yang sama, pengelola Bank Sampah Bunga menjelaskan operasional Bank Sampah yang dikelolanya. Dia mengatakan, saat ini mereka memiliki nasabah sebanyak 50 orang dengan 5 orang pengelola. Untuk sementara pihaknya hanya menampung sampah non organik, yang kemudian disetor ke pengepul besar. Setiap sampah yang disetor warga tercatat di buku rekening, mulai jenis sampah dan nilai uangnya.

“Kami buka seminggu sekali. Jadi nasabah bisa mengambil uangnya seminggu sekali juga. Semua jenis sampah non organik kami terima. Harapannya, taka da lagi sampah yang terbuang atau dibuang sembarangan, karena semuanya bisa jadi uang,” terangnya. (adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO– Penguatan dan pembinaan eksistensi Bank Sampah terus dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution, untuk menciptakan kawasan bebas sampah. Juga, untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.

Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan Muhammad Husni SE MSi saat bertemu dengan pengelola Bank Sampah Bunga dan Madio Jaya.

Karenanya, kunjungan tatap muka ini rutin dilakukan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, Muhammad Husni SE MSi, secara bergilir ke sejumlah Bank Sampah yang tersebar di Kota Medan. Seperti yang dilakukan hari ini, Rabu (22/9/21), Muhammad Husni, mengunjungi Bank Sampah Bunga dan Bank Sampah Madio Maju di Kelurahan Tanjung Mulia, Medan Deli.

“Dalam kunjungan ini dilakukan pembinaan, menyerap aspirasi pengelola Bank Sampah, dan memberikan motivasi. Selain menciptakan kawasan bebas sampah, banyak nilai ekonomis yang bisa dikelola dari keberadaan Bank Sampah,” ujar Muhammad Husni kepada wartawan.

Dalam pertemuan yang berlangsung guyub dan penuh kekeluargaan tersebut, Husni banyak menyampaikan ide-ide kreatif yang disambut antusias pengelola Bank Sampah. Di antaranya, menciptakan cluster Bank Sampah yang terintegrasi dengan kegiatan ekonomi warga, kegiatan budaya dan peningkatan literasi.
“Pelan-pelan kita benahi. Nanti, kalau Bank Sampah ini terus eksis dan membesar, bisa kita buat satu cluster. Selain Bank Sampah, di lokasi yang sama bisa dibuat composting, budidaya magot dan lele, ini merupakan solusi dari limbah organik yang selama ini belum termanfaatkan. Di lokasi yang sama juga bisa dibuat pusat jajanan panganan tradisional, rumah baca untuk meningkatkan literasi. Soal ini, Bank Sampah di sejumlah daerah di Jawa telah berhasil menerapkannya,” tambahnya.

Saat ini Bank Sampah memanfaatkan tanah kosong milik warga. Ke depan, harusnya Bank Sampah berdiri di tanah milik Pemko Medan. “Bapak dan ibu bisa mengusulkannya ke Pemko Medan, agar Bank Sampah memiliki lokasi yang referesentatif, sehingga banyak kegiatan sosial dan ekonomis bisa dilakukan warga, jika ada lokasi yang memadai. Saya ingin di kampung ini ada peradaban dan ada kegiatan untuk meningkatkan ekonomi warga. Nanti kita bangun sentra ekonominya,” sebutnya.

Kepada Husni, sejumlah pengelola Bank Sampah menyampaikan tantangan yang selama ini dihadapi. Di antaranya, terkait belum maksimalnya kesadaran warga dalam memanfaatkan Bank Sampah. Dan, minimnya fasilitas dan peralatan dalam mendukung operasional Bank Sampah. “Padahal, kalau Bank Sampah dimanfaatkan, selain lingkungan bersih, juga menghasilkan uang. Kami juga butuh becak untuk menjemput sampah, keliling rumah warga, karena banyak warga yang masih enggan mengantar sampahnya ke Bank Sampah. Kalau naik sepeda motor, gak bisa bawa banyak sampahnya,” ujar salah seorang pengelola Bank Sampah Bunga.

Sementara, perwakilan pengelola Bank Sampah Madio Jaya menyampaikan minimnya perhatian perusahaan yang ada di sekitarnya. “Lokasi Bank Sampah kami diapit dua perusahaan besar, kalau bisa kami dibantu agar mereka peduli (social responsibility), minimal 1 persen dari sampah atau limbah dari dua perusahaan tersebut bisa masuk ke Bank Sampah Madio Jaya,” ujarnya.

Semua aspirasi yang disampaikan pengelola Bank Sampah ditabulasi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dan segera dicarikan solusinya. “Semua kita lakukan perlahan, gak bisa langsung besar, yang penting kita konsisten menjalankannya. Untuk dua perusahaan sebagaimana keluhan Bank Sampah Madio Jaya, kita akan segera menyurati dua perusahaan tersebut,” ucap Husni.

Saat ini untuk sementara ada tiga lokasi yang dijadikan pilot project kawasan bebas sampah di Kota Medan, yakni kawasan Kampung Kubur (Kampung Sejahtera), Tanjung Mulia, dan Pekan Labuhan. Semuanya berada di pinggiran Sungai Deli, ke depan lokasi akan bertambah, sehingga keberadaan sampah di Kota Medan bisa diminimalir.

Di tempat yang sama, pengelola Bank Sampah Bunga menjelaskan operasional Bank Sampah yang dikelolanya. Dia mengatakan, saat ini mereka memiliki nasabah sebanyak 50 orang dengan 5 orang pengelola. Untuk sementara pihaknya hanya menampung sampah non organik, yang kemudian disetor ke pengepul besar. Setiap sampah yang disetor warga tercatat di buku rekening, mulai jenis sampah dan nilai uangnya.

“Kami buka seminggu sekali. Jadi nasabah bisa mengambil uangnya seminggu sekali juga. Semua jenis sampah non organik kami terima. Harapannya, taka da lagi sampah yang terbuang atau dibuang sembarangan, karena semuanya bisa jadi uang,” terangnya. (adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/