29 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Misteri Kedalaman Danau Toba

Foto: Triadi/Sumut Pos
Keluarga korban menunggu kabar di Dermaga Tiga Ras.

SUMUTPOS.CO – Lima hari sejak tenggelam, bangkai kapal kayu KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, Senin (18/6) lalu, belum ditemukan. Kedalaman dasar danau menjadi kendala pencarian. Di peta, kedalaman Danau Toba hanya 500-550 meter. Tetapi alat canggih tak mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter. Sementara sistem GPS memperlihatkan kedalaman danau mencapai 1.600-an meter. Lebih dalam 640 meter dari perkiraan terdalam tahun 2013 lalu: 960 meter. Berapa sebenarnya kedalaman Danau Toba?

Danlantamal I Laksamada Pertama TNI, Ali Triswanto, mengatakan alat yang digunakan Tim SAR Gabungan tidak mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter. Gelombang sensor akustik yang ada di dalam alat, tak mampu menampilkan kontur dasar danau.

“Kita tadi sampai kedalaman 600 meter. Gelombang sensor akustik kita ternyata sudah tidak mampu menampilkan kontur dasar danau. Karena kedalamannya melebihi 600 meter,” kata Ali Triswanto usai turun dari kapal yang memuat alat canggih dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), Jumat (22/6).

Kepala Unit Tanggap Darurat Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), Mayor Laut Ari Wibowo, yang langsung memimpin operasi penggunaan yang dipasang di satu unit kapal kayu, memberikan sedikit informasi terkait hal kegunaan alat tersebut.

Multibeam Echosounder, merupakan alat yang dapat mendeteksi hingga kedalaman dari 400 meter hingga dengan 500 meter. Sedangkan Side Scan Sonar untuk mendeteksi kedalaman air.

“Nantinya hasil dari operasi akan diberikan kepada pihak Basarnas, untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Peralatan ini sudah dipergunakan untuk melakukan pencarian bencana lainnya, di antaranya di Balik Papan dan Pulau Seribu,” katanya singkat.

Kepala Basarnas Pusat Letjend M Syaugi, dalam konferensi pers Jumat (22/6)  juga mengatakan, pencarian korban dengan titik koordinat yang diduga tempat tenggelamnya KM Sinar Bangun, ternyata melebihi batas jarak yang diperkirakan.

“Sampai hari ini, korban belum bisa ditemukan karena kedalaman Danau Toba melebihi 300 meter. Di peta kedalaman air mencapai 500-550 meter, sehingga harus dibantu oleh TNI AL dan diberikan bantuan alat Multibeam Side Scan Sonar. Tapi peralatan milik angkatan laut ini hanya punya jangkauan hingga 600 meter. Mendekati lokasi yang diduga tenggelamnya KM Sinar Bangun, alat Multibeam Side Scan Sonar sudah tidak bisa mendeteksi lagi. Artinya kedalaman Danau Toba melebihi 600 meter,” katanya.

Begitupun, tim gabungan tidak menyerah. Tim tetap akan melakukan upaya pencarian para korban, dengan menurunkan alat yang lebih canggih. Yakni sejenis Multibeam Side Scan Sonar dengan jangkauan hingga kedalaman 2.000 meter. Alat ini milik Basarnas dari Pekanbaru. Alat ini akan digunakan untuk menyisir semua daerah yang diperkirakan titik koordinat bangkai kapal. “Sekarang ini belum bisa dipastikan titik pasti koordinat kapal dimana. Tapi perkiraan sudah diseser,” ujarnya.

Ditambah lagi helikopter hari ini (Sabtu) sudah berada di Danau Toba untuk melakukan pencarian para korban. “Kita sudah serius dan maksimal dalam operasi pencarian ini,” kata M Syaugi.

Foto: Triadi/Sumut Pos
Keluarga korban menunggu kabar di Dermaga Tiga Ras.

SUMUTPOS.CO – Lima hari sejak tenggelam, bangkai kapal kayu KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, Senin (18/6) lalu, belum ditemukan. Kedalaman dasar danau menjadi kendala pencarian. Di peta, kedalaman Danau Toba hanya 500-550 meter. Tetapi alat canggih tak mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter. Sementara sistem GPS memperlihatkan kedalaman danau mencapai 1.600-an meter. Lebih dalam 640 meter dari perkiraan terdalam tahun 2013 lalu: 960 meter. Berapa sebenarnya kedalaman Danau Toba?

Danlantamal I Laksamada Pertama TNI, Ali Triswanto, mengatakan alat yang digunakan Tim SAR Gabungan tidak mampu mendeteksi hingga kedalaman 600 meter. Gelombang sensor akustik yang ada di dalam alat, tak mampu menampilkan kontur dasar danau.

“Kita tadi sampai kedalaman 600 meter. Gelombang sensor akustik kita ternyata sudah tidak mampu menampilkan kontur dasar danau. Karena kedalamannya melebihi 600 meter,” kata Ali Triswanto usai turun dari kapal yang memuat alat canggih dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), Jumat (22/6).

Kepala Unit Tanggap Darurat Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), Mayor Laut Ari Wibowo, yang langsung memimpin operasi penggunaan yang dipasang di satu unit kapal kayu, memberikan sedikit informasi terkait hal kegunaan alat tersebut.

Multibeam Echosounder, merupakan alat yang dapat mendeteksi hingga kedalaman dari 400 meter hingga dengan 500 meter. Sedangkan Side Scan Sonar untuk mendeteksi kedalaman air.

“Nantinya hasil dari operasi akan diberikan kepada pihak Basarnas, untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Peralatan ini sudah dipergunakan untuk melakukan pencarian bencana lainnya, di antaranya di Balik Papan dan Pulau Seribu,” katanya singkat.

Kepala Basarnas Pusat Letjend M Syaugi, dalam konferensi pers Jumat (22/6)  juga mengatakan, pencarian korban dengan titik koordinat yang diduga tempat tenggelamnya KM Sinar Bangun, ternyata melebihi batas jarak yang diperkirakan.

“Sampai hari ini, korban belum bisa ditemukan karena kedalaman Danau Toba melebihi 300 meter. Di peta kedalaman air mencapai 500-550 meter, sehingga harus dibantu oleh TNI AL dan diberikan bantuan alat Multibeam Side Scan Sonar. Tapi peralatan milik angkatan laut ini hanya punya jangkauan hingga 600 meter. Mendekati lokasi yang diduga tenggelamnya KM Sinar Bangun, alat Multibeam Side Scan Sonar sudah tidak bisa mendeteksi lagi. Artinya kedalaman Danau Toba melebihi 600 meter,” katanya.

Begitupun, tim gabungan tidak menyerah. Tim tetap akan melakukan upaya pencarian para korban, dengan menurunkan alat yang lebih canggih. Yakni sejenis Multibeam Side Scan Sonar dengan jangkauan hingga kedalaman 2.000 meter. Alat ini milik Basarnas dari Pekanbaru. Alat ini akan digunakan untuk menyisir semua daerah yang diperkirakan titik koordinat bangkai kapal. “Sekarang ini belum bisa dipastikan titik pasti koordinat kapal dimana. Tapi perkiraan sudah diseser,” ujarnya.

Ditambah lagi helikopter hari ini (Sabtu) sudah berada di Danau Toba untuk melakukan pencarian para korban. “Kita sudah serius dan maksimal dalam operasi pencarian ini,” kata M Syaugi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/