25.6 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Mural Becak, Manusia dan Orangutan

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LUKISAN MURAL_Seorang pengendarabeck melintas di samping lukisan mural di Jalan Perdana Medan, Kamis (23/2). Mural karya pelukis dunia Ernest Zacharevic tersebut, diharapkan mampu mempromosikan alat transportasi khas Kota Medan dan Orangutan Sumatera yang menjadi salah satu andalan pariwisata di Bukit Lawang, Sumatera Utara

SUMUTPOS.CO  – ADA yang berbeda bila kita melintas Jalan Perdana Medan. Pemandangan tak biasa bakal membuat mata melirik ke bangunan tua bekas peninggalan Belanda di sana. Ya, sebuah mural tiga dimensi becak dengan gambar tiga orang anak kecil bermain bersama seekor anak orangutan.

Mural ini dilukis seorang seniman mural internasional, Ernest Zacharavic asal Lithuania. Kabarnya, dia juga yang melukis mural tiga dimensi dua bocah sedang bersepeda di Georgetown Street, Penang Malaysia.

Lukisan ini mulai dilukis Enest tiga hari lalu, dengan potongan becak ditempelkan di dinding bangunan sebagai medianya.  Mural ini seakan ingin menunjukkan begitu indahnya bila manusia dan satwa langka asal Indonesia ini yang kini terancam punah ini bisa hidup harmonis.

Kemunculan Ernest Zacharevic melukis mural di Medan merupakan besutan APINDO Medan bekerjasama dengan Orangutan Information Centre (OIC) dalam Project Splash and Burn di Medan dan Sumatera Utara (Sumut)

Semangatnya, merangkul komunitas seni bertujuan mengenalkan perspektif baru pada konsep konservasi, dan menawarkan rencana kerja alternatif untuk organisasi dan LSM yang berjuang memulai perubahan positif.

Mural tiga dimensi ini menjadi salahsatu upaya OIC untuk mengajak masyarakat bersama-sama menyelamatkan eksistensi satwa langka terancam punah ini.

Seperti diketahui, konflik manusia dengan spesies ini di lanskap pertanian sekitar Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memprihatinkan. Pembukaan lahan besar-besaran telah mempersempit habitat orangutan.

Sambutan positif datang dari pengendara yang melintas. Tak sedikit mereka berhenti untuk sekadar berfoto di sana. “Keren, bukan di Malaysia saja ada lukisan mural tiga dimensinya sekarang,” ungkap Andri seorang pengemudi sepedamotor yang ditemui di lokasi, Kamis (23/2).

Jafar, seorang pejalan kaki yang sempat mengabadikan gambar mural itu memuji karya Ernest. Dia meminta mural seperti ini harus tetap ada dan dikembangkan. “Keren. Itu yang bisa saya bilang,” ujarnya memuji.

Dia mengatakan, seandainya seniman mural di Medan bisa menjadikan menjadikan Ernest sebagai inspirasi. Kepada Pemko Medan dia berharap bisa memberi ruang kepada seniman mural lokal.“Jadi Kota Medan bisa berhias seperti kota-kota di Jawa yang memberikan ruang kepada seniman Mural. Lihat Yogya, senimannya punya ruang. Kotanya juga hidup,” kata Jafar.

Sebelumnya, artis mural Gabriel Pitcher, juga menuntaskan gambar Mak Ican, nenek berusia sekitar 90 tahun di dinding rumah berlantai dua di kawasan perkampungan warga Maltatuli, Medan, Sumut.

Gambar Mak Ican mengundang decak kagum karena mirip sekaligus jadi daya tari pelancong. Gabriel melukis wajah Mak Ican selama dua hari. Warga antusias melihat karya bule yang selama ini menetap di Penang. Mereka tidak beranjak dari lokasi sebelum Gabriel menyudahi gambar sekitar pukul 20.00 WIB. (mag-1/ila)

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LUKISAN MURAL_Seorang pengendarabeck melintas di samping lukisan mural di Jalan Perdana Medan, Kamis (23/2). Mural karya pelukis dunia Ernest Zacharevic tersebut, diharapkan mampu mempromosikan alat transportasi khas Kota Medan dan Orangutan Sumatera yang menjadi salah satu andalan pariwisata di Bukit Lawang, Sumatera Utara

SUMUTPOS.CO  – ADA yang berbeda bila kita melintas Jalan Perdana Medan. Pemandangan tak biasa bakal membuat mata melirik ke bangunan tua bekas peninggalan Belanda di sana. Ya, sebuah mural tiga dimensi becak dengan gambar tiga orang anak kecil bermain bersama seekor anak orangutan.

Mural ini dilukis seorang seniman mural internasional, Ernest Zacharavic asal Lithuania. Kabarnya, dia juga yang melukis mural tiga dimensi dua bocah sedang bersepeda di Georgetown Street, Penang Malaysia.

Lukisan ini mulai dilukis Enest tiga hari lalu, dengan potongan becak ditempelkan di dinding bangunan sebagai medianya.  Mural ini seakan ingin menunjukkan begitu indahnya bila manusia dan satwa langka asal Indonesia ini yang kini terancam punah ini bisa hidup harmonis.

Kemunculan Ernest Zacharevic melukis mural di Medan merupakan besutan APINDO Medan bekerjasama dengan Orangutan Information Centre (OIC) dalam Project Splash and Burn di Medan dan Sumatera Utara (Sumut)

Semangatnya, merangkul komunitas seni bertujuan mengenalkan perspektif baru pada konsep konservasi, dan menawarkan rencana kerja alternatif untuk organisasi dan LSM yang berjuang memulai perubahan positif.

Mural tiga dimensi ini menjadi salahsatu upaya OIC untuk mengajak masyarakat bersama-sama menyelamatkan eksistensi satwa langka terancam punah ini.

Seperti diketahui, konflik manusia dengan spesies ini di lanskap pertanian sekitar Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memprihatinkan. Pembukaan lahan besar-besaran telah mempersempit habitat orangutan.

Sambutan positif datang dari pengendara yang melintas. Tak sedikit mereka berhenti untuk sekadar berfoto di sana. “Keren, bukan di Malaysia saja ada lukisan mural tiga dimensinya sekarang,” ungkap Andri seorang pengemudi sepedamotor yang ditemui di lokasi, Kamis (23/2).

Jafar, seorang pejalan kaki yang sempat mengabadikan gambar mural itu memuji karya Ernest. Dia meminta mural seperti ini harus tetap ada dan dikembangkan. “Keren. Itu yang bisa saya bilang,” ujarnya memuji.

Dia mengatakan, seandainya seniman mural di Medan bisa menjadikan menjadikan Ernest sebagai inspirasi. Kepada Pemko Medan dia berharap bisa memberi ruang kepada seniman mural lokal.“Jadi Kota Medan bisa berhias seperti kota-kota di Jawa yang memberikan ruang kepada seniman Mural. Lihat Yogya, senimannya punya ruang. Kotanya juga hidup,” kata Jafar.

Sebelumnya, artis mural Gabriel Pitcher, juga menuntaskan gambar Mak Ican, nenek berusia sekitar 90 tahun di dinding rumah berlantai dua di kawasan perkampungan warga Maltatuli, Medan, Sumut.

Gambar Mak Ican mengundang decak kagum karena mirip sekaligus jadi daya tari pelancong. Gabriel melukis wajah Mak Ican selama dua hari. Warga antusias melihat karya bule yang selama ini menetap di Penang. Mereka tidak beranjak dari lokasi sebelum Gabriel menyudahi gambar sekitar pukul 20.00 WIB. (mag-1/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/