MEDAN, SUMUTPOS.CO – Demam tinggi memaksa keluarga melarikan Maruli Silalahi (33) ke RSU Mitra Sejati Medan. Ia terdaftar sebagai pasien BPJS Kesehatan. Namun Senin (23/3) sekira pukul 08.00, warga Menteng 7 Gg. Serasi itu tewas pasca dioperasi.
Kematian pria asal Kecamatan Medan ternyata tidak diterima pihak keluarga. Suasana lantai III rumah sakit langsung gaduh. Tudingan malpraktik mencuat. Ibu Maruli, Bungaria br Simbolon (55) dan keluarga pun mendatangi Polresta Medan.
Dibeber Bungaria, Kamis (19/3), Maruli demam tinggi dan dilarikan ke RS Mitra Sejati. Setelah diperiksa dokter, korban didiagnosa mengalami sakit usus buntu. Oleh dokter rumah sakit, korban disarankan untuk dioperasi. Tak mau gegabah, keluarga yang membawapun menunggu istri Maruli, Siptimiani br Lumbantobing untuk berembuk.
Setelah Sitimiani datang dan demi kesembuhan Maruli, apalagi dokter sudah mendiagnosa usus buntu lewat tes darah, akhirnya mereka setuju. Maruli menjalani operasi pada Jumat (20/3) siang dan selesai malamnya.
“Dokternya hanya menunjukkan hasil laboratorium, lalu katanya anak saya sakit usus buntu. Awalnya dari rumah anak saya sakit demam, tapi setelah operasi anak saya tidak dilayani lagi, mungkin karena anak saya pasien BPJS,” sedih Bungaria saat ditemui di Polresta Medan.
Mita Agustina Silalahi (25) adik korban menambahkan, pihak RS Mitra Sejati hanya melakukan pemeriksaan darah dan langsung mengatakan kalau Maruli usus buntu. “Abangku tidak discanning. Kami minta pertanggungjawaban dokter. Dia abangku nomor satu,” tandasnya sembari memeluk ibunya.
Pasca operasi, keluarga heran. Karena kondisi Maruli menurun. Esoknya, Sabtu (21/3), korban tak kunjung membaik. Malah terus muntah mengeluarkan cairan. Kuatir melihat kondisi suaminya, Siptimiani langsung melapor. Namun pihak rumah sakit mengatakan kalau Maruli tidak apa-apa. Masih tak puas, Siptimiani dan keluarga meminta agar dr. Hari Butarbutar yang menangani korban, datang untuk mengecek kesehatan Maruli.
Ironisnya, dokter tak juga datang hingga akhirnya Maruli meninggal dunia. Pasca kematian Maruli, keluarga coba menemui pihak dokter. Akhirnya keluarga bertemu dan berbicara di ruang tertutup. Sekitar 1 jam berembuk, akhirnya pihak keluarga keluar dan kesal.
“Tidak ada jalan keluarnya, hanya cakap-cakap saja,” teriak salah seorang keluarga korban. Selanjutnya keluarga korban pergi ke RS Pirngadi Medan karena mayat Maruli sudah diantar untuk keperluan autopsi.
Simbolon, paman Maruli mengatakan, terkait masalah ini, keluarga akan membuat laporan ke polisi. “Kita akan tempuh jalur hukum,” bebernya sembari berlalu.
Kuasa hukum korban, Jhoni P Simbolon menambahkan bahwa awalnya korban tidak mau dioperasi dikarenakan takut, namun karena dirayu akhirnya korban setuju untuk dioperasi. “Korban itu pasien BPJS, Jumat (20/3) jam 8 malam dioperasi. Setelah operasi tidak pernah lagi diperiksa oleh dokternya sampai Sabtu (21/3) sore. Sore itulah dokter cuma melintas saja. Sampai meninggal, dokternya dipanggil tapi gak ditanggapi dokternya,” ujarnya.
Jhoni juga menjelaskan, kondisi korban saat itu sangat mengkhawatirkan, pasalnya usai menjalani operasi,korban terlihat menderita akibat efek operasi tersebut. “Kami meminta pertanggung jawaban rumah sakit, kurangnya penanganan medis, ada dugaan kita ini kasus malpraktek dan perbuatan tidak benar terhadap pasien,” jelasnya usai melapor ke Polresta Medan.(ind/gib/trg)